Friday, October 14, 2011

Cerpen Cinta-Mereka Hadir Untuk Dicinta



Mereka Hadir Untuk Dicinta



Sahabat Pemikir Cerdas berikut adalah sebuah kisah yang mana pada intinya itu mengenai pendidikan untuk anak.Bacalah kisah  ini dengan seksama. Semoga memberikan manfaat untuk sahabat.

Jika masih tertahan kelopak mata ini untuk tetap terbuka hingga larut, atau saat terjaga di pertengahan malam selalu saya sempatkan untuk menyambangi kamar anak-anak. Saya hampiri dan tatap wajah mereka bergantian sambil menghalau nyamuk yang hinggap di tubuh mereka. Wajah indah yang terlelap itu menyibakkan kejujuran dalam hati, bahwa mereka hadir sebagai amanah yang harus dijaga sebaik-baiknya. Mereka ada untuk dicinta.

Terbayanglah kekesalan yang hampir tercipta akibat perbuatan dan tingkah nakal mau pun pembangkangan mereka siang tadi. Terlintaslah amarah yang nyaris meluap saat mereka tak mendengar perintah mau pun ketika peraturan terlanggar. Beruntung kekesalan itu hanya sempat mampir di kepala dan tak sampai keluar makian kasar yang pasti akan melukai telinga mereka. Bersyukur amarah ini tak sekali pun sempat membuat mereka melihat saya seperti monster yang menakutkan. Mereka hanya anak-anak yang sangat pantas dan bisa sangat dimaafkan ketika berbuat kesalahan. Jiwa mereka masih sangat rapuh untuk menerima kalimat dan perilaku kasar orang tua hanya karena kesalahan kecil yang mereka pun mungkin tak sadar kalau itu benar-benar sebuah kesalahan.

Bisa jadi letak kesalahan justru terletak pada orang tua yang terlalu kaku membuat peraturan, mengekang kebebasan mereka sebagai individu yang meski masih kecil tetap saja seorang manusia yang berhak dan bebas memilih untuk melakukan yang terbaik menurut mereka. Tugas orang tua bukan melarang atau memerintah, tapi lebih kepada mengarahkan agar mereka tetap berada pada jalur yang sebenarnya.

Menatap kembali wajah-wajah bersih itu dalam tidur mereka yang mungkin sedang memimpikan Ayah dan Ibu yang tengah menimang dan membuai penuh kasih, tergambar jelas tak sedikit pun ada dosa di diri mereka. Kalau mau menghitung-hitung, jangan-jangan justru kita lah yang lebih banyak berbuat kesalahan terhadap mereka dibanding jumlah kesalahan kecil mereka.

Saya teringat banyak kejadian di luar. Misalnya ketika di sebuah angkot seorang ibu memaki anaknya yang masih berusia empat tahun -dari posturnya seukuran anak saya- dengan kalimat yang sangat belum waktunya anak sekecil itu mendapatkannya. Belum lagi tempelengan yang sempat mampir di kepalanya. “Gila lu ya, kalau jatuh mampus luh,” hanya karena ia sempat melongok ke arah pintu angkot. Sebuah kesalahan kecil yang mestinya bisa disikapi lebih bijak dengan sebuah nasihat lembut. Atau ketika isteri saya bercerita tentang seorang ibu dari teman sekolah anak kami di TK. Anaknya terjatuh saat berlari, “Nyungsep sekalian biar bonyok tuh muka. Udah dibilangin jangan lari,” itu pun masih ditambah satu tamparan di kepala. Yang pasti itu tak meredakan tangis si anak, bahkan membuat memar di lututnya semakin perih terasa hingga ke hati.

Mengusap bulir keringat di kening mereka dan membelai rambutnya saat tidur membuahkan pertanyaan di benak ini, haruskah bintang-bintang sejernih ini mendapatkan perlakuan sekasar itu? Lihat saja senyum mereka saat terlelap, dan dengarkan hati mereka bernyanyi dalam mimpi. Anda akan mendengarkan nyanyian riangnya jika Anda memperlakukannya sepanjang hari seperti halnya Anda tengah menciptakan sebuah mimpi indah untuknya. Namun jangan terperanjat ketika tengah malam tidur Anda terusik saat ia mengigau dan berteriak ketakutan. Hanya rintihan yang bisa terdengar dari mimpinya karena sepanjang hari ia hanya mendapatkan kecemasan dan ketakutan dari kalimat kasar, delikkan mata dan ayunan keras tangan Anda ke tubuh mereka.

Tak seekor nyamuk pun pernah saya persilahkan untuk menyentuh setiap inci kulit mereka. Lalu kenapa masih ada yang tega mencederai anak-anak, padahal dalam berbagai dongeng mereka selalu mendengar bahwa yang kasih dan cintanya tak terbanding itulah Ayah dan Ibu. Coba sentuh dengan lembut wajah halusnya saat tidur, itu akan membuatnya bermimpi indah seolah tengah terbaring di pangkuan bidadari.

Anak-anak tak pernah membenci orang tuanya, bahkan saat mereka mendapatkan perlakukan kasar dari orang tua pun, tetap saja nama Ayah atau Ibu yang mereka panggil saat menangis. Anak-anak tak pernah berdosa terhadap orang tuanya, justru kebanyakan orang tua yang berdosa kepada mereka dengan makian kasar dan pukulan menyakitkan. Anak-anak tak pernah benar-benar membuat orang tua kesal, orang tua lah yang teramat sering membuat mereka kecewa mendapati Ayah dan Ibunya tak seindah syair lagu yang selalu diajarkan guru di sekolah.

Ah, kadang orang tua baru menyadari bahwa anak-anak hadir untuk dicinta saat ia terbaring lemah di salah satu tempat tidur di bangsal anak-anak. Atau ketika Tuhan mencabut amanah itu dari kita. Menangiskah kita?

Mereka Hadir Untuk Dicinta

Cerpen sedih-Pengorbanan si Daun Hijau



Pengorbanan si Daun Hijau



Lama g  Update.. Sekarang baru Update. Sahabat pemikir cerdas ada sebuah kisah yang mengisahkan tentang gambaran hidup. Kini kita gambarkan pada seekor ulat daun dan daun.
Musim hujan sudah berlangsung dua bulan sehingga di mana-mana pepohonan nampak menghijau. Seekor ulat menyeruak di antara daun-daun hijau yang bergoyang-goyang diterpa angin.

“Apa kabar daun hijau,”katanya.Tersentak daun hijau menoleh ke arah suara yang datang. “Oo,kamu ulat. Badanmu kelihatan kurus dan kecil,mengapa?”tanya daun hijau. “Aku hampir tidak mendapatkan dedaunan untuk makananku.Bisakah engkau membantuku sobat?”kata ulat kecil.

“Tentu…tentu…mendekatlah kemari.” Daun hijau berpikir,”jika aku memberikan sedikit dari tubuhku ini untuk makanan si ulat, aku akan tetap hijau. Hanya saja aku akan kelihatan berlobang2.Tapi tak apalah. ”

Perlahan-lahan ulat menggerakkan tubuhnya menuju daun hijau. Setelah makan dengan kenyang, ulat berterima kasih kepada daun hijau yang telah merelakan bagian tubuhnya menjadi makanan si ulat. Ketika ulat mengucapkan terima kasih kepada sahabat yang penuh kasih dan pengorbanan itu, ada rasa puas di dalam diri daun hijau. Sekalipun tubuhnya kini berlobang di sana-sini namun ia bahagia bisa melakukan sesuatu bagi ulat kecil yang lapar. Tidak lama berselang ketika musim panas datang daun hijau menjadi kering dan berubah warna. Akhirnya ia jatuh ke tanah,disapu orang dan dibakar.

Apa yang terlalu berarti di hidup kita sehingga kita enggan berkorban sedikit saja bagi sesama?Tokh akhirnya semua yang ada akan binasa. Daun hijau yang baik mewakili orang2 yang masih mempunyai ” hati ” bagi sesamanya. Yang tidak menutup mata ketika sesamanya dalam kesulitan. Yang tidak membelakangi dan seolah tidak mendengar ketika sesamanya berteriak minta tolong. Ia rela melakukan sesuatu untuk kepentingan orang lain dan sejenak mengabaikan kepentingan diri sendiri.

Merelakan kesenangan dan kepentingan diri sendiri bagi sesama memang tidak mudah ,tetapi indah. Ketika berkorban,diri kita sendiri menjadi seperti daun hijau yang berlobang namun itu sebenarnya tidak mempengaruhi hidup kita. kita akan tetap hijau,Allah SWT akan tetap menjaga dan memelihara kita. Bagi “daun hijau”,berkorban merupakan suatu hal yang mengesankan dan terasa indah serta memuaskan. Dia bahagia melihat sesamanya bisa tersenyum karena pengorbanan yang ia lakukan. Ia juga melakukannya karena menyadari bahwa ia tidak akan selamanya tinggal sebagai “daun hijau”. Suatu hari ia akan kering dan jatuh.

Demikianlah kehidupan kita,hidup ini hanya sementara kemudian kita akan mati. Itu sebabnya isilah hidup ini dengan perbuatan2 baik kepada sesame, pengorbanan ; pengertian ;kesetiaan ; kesabaran dan kerendahan hati.

Jadikanlah berkorban itu sebagai sesuatu yang menyenangkan dan membawa sukaciti tersendiri bagi anda. Dalam banyak hal kita bisa berkorban. Mendahulukan kepentingan sesama,melakukan sesuatu bagi mereka, memberikan apa yang kita punyai dan masih banyak lagi pengorbanan yang bisa kita lakukan.

Yang mana yang sering kita lakukan? jadi ulat kecil yang menerima kabaikan orang atau manjadi “daun hijau” yang senang memberi?
Sudahkah pernah anda rasakan kesenangan yang “daun hijau” rasakan pada saat ia memberi daunnya untuk si ulat kecil ? Bisakah anda bedakan rasa yang akan anda rasakan bila: anda punya, maka anda memberi dan anda tidak punya, tetapi anda tetap memberi ??? anda punya dan memberi……itu sudah biasa,sudah umumnya,sudah tidak heran…tapi anda tidak punya, justru anda memberi lebih….itulah yang luar biasa !!!!!!

Pengorbanan si Daun Hijau