Cerpen Cinta - Kado Teristimewa
Sahabat pemikir cerdas cerpen ini merupakan kiriman dari salah seorang sahabat pemikir cerdas. Penulis cerpen ini menamakan dirinya sebagai "Selimut Beruang" (SB) dan tak ingin nama aslinya disebutkan :). Jika ada sahabat yang penasaran dengan nama asli penulis ini, ikuti terus cerpennya.
Selimut Beruang |
KADO TERISTIMEWA
Ukukukuuuuuuuuuuuuuk......
“aaah..berisik aja nih alarm!” teriak hatiku. Tanpa membuka mata tanganku menggapai-gapai sumber suara dan membunuh suara ayam yang mengganggu tidurku.“sadar donk, ini udah pagi, cepat bangun!!” teriak hatiku dari sisi lain.“yapp, aku harus bangun. ” yakinku dalam hati. Aku terduduk dan meregangkan semua persendianku. Menarik tangan ke atas dan menoleh kiri kanan. Tiba-tiba mataku terbuka semakin membesar dan mulut yang ternganga tidak percaya.“hha..apa benar ini kamarku?” aku berusaha meyakinkan diri, melihat semua benda yang ada di sekitarku. Ini kasur yang sering kutiduri, beralaskan sprei kuning dengan motif bunga berdaun hijau.
Aku mulai turun dari kasurku dan mengerayangi seluruh isi ruangan. Dua buah lemari baju dan rak buku serta meja belajar yang tersusun rapi. Memang punyaku, semua tertata dengan rapi. Karpet berwarna cokelat dengan gambar beruang bear juga tergulung dan menepi di sudut kamarku. “hm..ini memang kamarku, semuanya barang-barang milikku, kenapa bisa tersusun rapi ya?” pikiranku dipenuhi tanda tanya yang besar, satu orang terlintas di benakku, “mungkinkah kamarku dirapikan oleh mama?” Aku pun keluar dari kamar, dan berteriak memanggilnya “maaa... mamaa.., dimana ma?” tak ada yang menyahuti panggilanku. Tapi aku tetap berusaha mencari beliau dan berputar ke sekeliling rumah. Semua ruangan di lantai satu tak ada orang. Adikku semata wayang sudah berangkat ke sekolah dan papa sudah berangkat ke kantor. Sedangkan aku tak ada jadwal kuliah hari ini.
Hanya tinggal aku dan mama di rumah. Tapi dimana beliau sekarang? “mungkin mama masih di kamar, ahhaa di lantai 2.” Dengan senangnya aku segera berlari menuju tangga dan menemukan sebuah boneka beruang bear besar berwarna cokelat. Boneka tersebut duduk terkulai di dinding tangga. Aku mengusap lembut bagian kepala dan menemukan kartu yang tergantung di telinganya. Ternyata bertuliskan: “Selamat ulang tahun sayang J. Ttd. Mama.”Ya ampuuun, aku lupa hari ini ulang tahunku dan ternyata boneka lucu ini dari mama. Aku merangkul boneka tersebut dan segera berdiri. Saat mendongak ke atas, aku melihat mama sudah menungguku di ujung tangga dengan senyum merekah di wajahnya. Tanpa pikir panjang lagi, aku menaiki anak tangga satu persatu dan masih menggendong boneka bear dalam pelukanku. Boneka pemberian mama terasa begitu hangat, membuatku semakin tak sabar memeluk si pemberi boneka ini. Karena kegirangannya, aku melompati dua anak tangga sekaligus. Alhasil,“dubbraakk.......”
“aduww..sakiiitt.” ceringisku. Aku tak dapat melihat apapun, yang aku rasakan hanya sakit dan seseorang berteriak memanggil namaku, “Taraa.” Aku yakin itu suara mama, beliau terus memanggil namaku dan menepuk-nepuk pipiku. Sampai akhirnya aku tersadar dan melihat mama di sampingku.
Aku senang melihat beliau lagi, artinya aku baik-baik saja meskipun terjatuh dari beberapa anak tangga. Aku sangat bersyukur dan ingin mengucapkan terima kasih sambil memeluk mama.Aku pun melebarkan kedua tanganku untuk memeluk mama, tapi mama malah berdiri dan mengoceh hal yang tak aku mengerti. “Kamu kenapa Tara? Jam segini baru bangun? Sudah jatuh dari tempat tidur, masih juga susah dibangunkan. Ckckckckc..”Belum sempat aku tersadar, beliau berceloteh kembali “ayo bangun tara, dan segera mandi.
Anak gadis baru bangun jam segini, kamar juga berantakan kayak gini, rapikan kasur juga kamar kamu sendiri, jadi anak tu harus mandiri, jangan malas!” Setelah puas mengomel mama pun pergi meninggalkan aku dalam kebingungan. Aku hanya terbengong dan memperhatikan setiap langkah kaki mama sampai punggung belakang beliau tak terlihat lagi.Mataku mulai liar memperhatikan setiap sudut ruangan. Lemari baju terbuka dan kemeja oranye yang kukenakan kemarin tergantung di pintu. Kertas-kertas kopi an tugas kuliah berserakan di meja belajar dan buku-buku juga tak tersusun dengan rapi. Karpet yang tadinya menepi di sudut ruang kamarku hanyalah miimpi, karena sekarang ia terkembang dan setumpuk pakaian menggunung di
atasnya. kamar yang rapi hanyalah mimpi. “huffft...” keluhku.
Aku tersadar dengan benda yang sedari tadi aku peluk. Ternyata aku hanya memeluk bantal cinta, bantal picak dengan ukuran yang lebih panjang. Boneka beruang bear ku hilang, boneka beruang bear hanyalah mimpi, boneka beruang bear dari mama di hari ulang tahunku. Aku mendapat kado dari mama di hari ulang tahunku, hanyalah mimpi belaka. Mimpi yang terus muncul di setiap hari ulang tahunku.
Hari ini usiaku genap 20 tahun. Tak pernah sekalipun aku memperoleh kado ulang tahun dari mama. Ini yang membuatku selalu bermimpi dan berharap bahwa mama akan memberiku hadiah di hari ulang tahunku. Mimpi yang takkan pernah terwujud, mimpi yang aku sendiri tidak tahu bagaimana cara mewujudkannya. Di hari ulang tahunku, tak pernah ada pesta, tak pernah ada kue, dan tak pernah ada kado dari mama.
Meskipun hanya terdiam mendengarkan ocehan mama, aku selalu mendengarkan dan mematuhi setiap perintahnya. Dengan sekuat tenaga, aku berusaha berdiri dan masih merasakan sedikit sakit di semua persendian ku. Mungkin ini efek terjatuh dari tempat tidur, atau akibat dari tidur pagi.
Entahlah, mana yang benar, rasanya otakku tak mampu berfikir dengan jernih saat ini. Aku masih ingin kembali lagi ke mimpiku dan tak ingin terbangun lagi.“wake up!!!” teriakku menyemangati diri sambil mengangkat kedua tangan dengan penuh semangat. Memutar kepala dalam hitungan delapan, serta meliukkan badan ke kiri dan kanan untuk meregangkan otot-ototku yang masih terasa kaku. Hanya butuh waktu 2 menit untukku bersenam pagi ini. “mandi, tentunya akan membuatku lebih segar lagi” gumamku sambil tersenyum sendiri untuk menambah semangat di pagi menjelang siang ini.
Seminggu berlalu dari hari ulang tahunku.
Aku mendapat banyak kado dari teman-temanku dan baru membukanya hari ini. Diantaranya bingkai foto berwarna cokelat tua pemberian sahabat terbaikku. Apa istimewanya sebuah bingkai foto? Memang biasa dan mudah untuk ditemukan. Itulah kesan pertama yang aku lihat saat membuka kado darinya. “Hanya sebuah bingkai foto yang aku dapatkan dari sahabat terbaikku semenjak SMA” gumamku dalam hati. “pikiran bodoh macam apa ini? Harusnya aku mensyukuri apa yang telah aku terima. Bodoh bodoh bodooooh..” teriak hati kecilku yang terus memaki evil.
“aduww..sakiiitt.” ceringisku. Aku tak dapat melihat apapun, yang aku rasakan hanya sakit dan seseorang berteriak memanggil namaku, “Taraa.” Aku yakin itu suara mama, beliau terus memanggil namaku dan menepuk-nepuk pipiku. Sampai akhirnya aku tersadar dan melihat mama di sampingku.
Aku senang melihat beliau lagi, artinya aku baik-baik saja meskipun terjatuh dari beberapa anak tangga. Aku sangat bersyukur dan ingin mengucapkan terima kasih sambil memeluk mama.Aku pun melebarkan kedua tanganku untuk memeluk mama, tapi mama malah berdiri dan mengoceh hal yang tak aku mengerti. “Kamu kenapa Tara? Jam segini baru bangun? Sudah jatuh dari tempat tidur, masih juga susah dibangunkan. Ckckckckc..”Belum sempat aku tersadar, beliau berceloteh kembali “ayo bangun tara, dan segera mandi.
Anak gadis baru bangun jam segini, kamar juga berantakan kayak gini, rapikan kasur juga kamar kamu sendiri, jadi anak tu harus mandiri, jangan malas!” Setelah puas mengomel mama pun pergi meninggalkan aku dalam kebingungan. Aku hanya terbengong dan memperhatikan setiap langkah kaki mama sampai punggung belakang beliau tak terlihat lagi.Mataku mulai liar memperhatikan setiap sudut ruangan. Lemari baju terbuka dan kemeja oranye yang kukenakan kemarin tergantung di pintu. Kertas-kertas kopi an tugas kuliah berserakan di meja belajar dan buku-buku juga tak tersusun dengan rapi. Karpet yang tadinya menepi di sudut ruang kamarku hanyalah miimpi, karena sekarang ia terkembang dan setumpuk pakaian menggunung di
atasnya. kamar yang rapi hanyalah mimpi. “huffft...” keluhku.
Aku tersadar dengan benda yang sedari tadi aku peluk. Ternyata aku hanya memeluk bantal cinta, bantal picak dengan ukuran yang lebih panjang. Boneka beruang bear ku hilang, boneka beruang bear hanyalah mimpi, boneka beruang bear dari mama di hari ulang tahunku. Aku mendapat kado dari mama di hari ulang tahunku, hanyalah mimpi belaka. Mimpi yang terus muncul di setiap hari ulang tahunku.
Hari ini usiaku genap 20 tahun. Tak pernah sekalipun aku memperoleh kado ulang tahun dari mama. Ini yang membuatku selalu bermimpi dan berharap bahwa mama akan memberiku hadiah di hari ulang tahunku. Mimpi yang takkan pernah terwujud, mimpi yang aku sendiri tidak tahu bagaimana cara mewujudkannya. Di hari ulang tahunku, tak pernah ada pesta, tak pernah ada kue, dan tak pernah ada kado dari mama.
Meskipun hanya terdiam mendengarkan ocehan mama, aku selalu mendengarkan dan mematuhi setiap perintahnya. Dengan sekuat tenaga, aku berusaha berdiri dan masih merasakan sedikit sakit di semua persendian ku. Mungkin ini efek terjatuh dari tempat tidur, atau akibat dari tidur pagi.
Entahlah, mana yang benar, rasanya otakku tak mampu berfikir dengan jernih saat ini. Aku masih ingin kembali lagi ke mimpiku dan tak ingin terbangun lagi.“wake up!!!” teriakku menyemangati diri sambil mengangkat kedua tangan dengan penuh semangat. Memutar kepala dalam hitungan delapan, serta meliukkan badan ke kiri dan kanan untuk meregangkan otot-ototku yang masih terasa kaku. Hanya butuh waktu 2 menit untukku bersenam pagi ini. “mandi, tentunya akan membuatku lebih segar lagi” gumamku sambil tersenyum sendiri untuk menambah semangat di pagi menjelang siang ini.
Seminggu berlalu dari hari ulang tahunku.
Aku mendapat banyak kado dari teman-temanku dan baru membukanya hari ini. Diantaranya bingkai foto berwarna cokelat tua pemberian sahabat terbaikku. Apa istimewanya sebuah bingkai foto? Memang biasa dan mudah untuk ditemukan. Itulah kesan pertama yang aku lihat saat membuka kado darinya. “Hanya sebuah bingkai foto yang aku dapatkan dari sahabat terbaikku semenjak SMA” gumamku dalam hati. “pikiran bodoh macam apa ini? Harusnya aku mensyukuri apa yang telah aku terima. Bodoh bodoh bodooooh..” teriak hati kecilku yang terus memaki evil.
Evil yang membuatku ingkar, tidak mensyukuri apa yang ada. Aku mengangkat bingkai tersebut dari dalam kotak kado yang juga berwarna cokelat. Ternyata, sahabatku juga memasukkan sebuah foto, foto kami berdua saat masih duduk di bangku SMA. Aku kembali mengenang masa-masa indah SMA bersamanya. Kami telah berteman semenjak kelas 1, dia adalah teman sebangkuku saat itu. Seiring berjalannya waktu, membuat kami semakin akrab dan masih mempertahankan persahabatan sampai hari ini. Orangnya simpel tapi cara berfikirnya sangat dewasa, itulah kelebihan sahabatku.
Persahabatan kami semakin erat dengan sebuah motto : ‘no man, no cry and no money, just be happy!’. “hahhahahaaa.....” kami tertawa sepuasnya saat mendeklarasikan motto tersebut. Lamunanku semakin jauh saja ke masa lalu, tanpa terasa aku menjatuhkan foto yang ada di tanganku. Foto itu terjatuh di lantai dengan posisi membalik, aku melihat ada tulisan tangan sahabatku, sebuah kalimat singkat yang mampu menggugah hatiku.
Persahabatan kami semakin erat dengan sebuah motto : ‘no man, no cry and no money, just be happy!’. “hahhahahaaa.....” kami tertawa sepuasnya saat mendeklarasikan motto tersebut. Lamunanku semakin jauh saja ke masa lalu, tanpa terasa aku menjatuhkan foto yang ada di tanganku. Foto itu terjatuh di lantai dengan posisi membalik, aku melihat ada tulisan tangan sahabatku, sebuah kalimat singkat yang mampu menggugah hatiku.
“Kado teristimewa adalah sebuah ketulusan.”
Kalimat ini menggetarkan hatiku dan rasanya melumpuhkan kedua kakiku sehingga aku terhenyak jatuh di atas kasur. Kali ini aku mampu memilih tempat untuk terjatuh, karena aku yakin ini bukanlah mimpi tapi kenyataan. Sebuah kenyataan yang harus kusadari kebenarannya. Tanpa terasa setetes air jatuh dari sudut mataku. “aku menangis, tapi kenapa?” “apa kata-katanya yang membuatku begitu terharu, sehingga menjadikanku cengeng seperti ini? Bukaaaaann..jelas bukan itu”.
“taraaa..” lagi-lagi suara mama mengagetkanku. Dengan cekatan aku menyapu air mata yang terus menderas di pipiku. Aku merasakan langkah kaki mama terus mendekat ke arahku. Dengan sedikit berteriak, aku menjawab panggilan beliau, “ada apa ma?”. Suara yang keluar terasa begitu berat.“tadi mama pergi ke pasar dan membeli piyama tidur seukuran kamu, serta selimut bergambar beruang bear. Mungkin kamu menyukainya? Coba lihat ini” jawaban dari mama yang saat ini berada di belakangku.
Ya Tuhaaan...
Aku tak tahan lagi, tangisku kembali pecah. Aku berbalik arah dan menatap sendu ke arah mama. Dengan paniknya, mama bertanya kepadaku “Kamu kenapa tara? Apa kamu sakit?”.Aku tak menjawab pertanyaan dari mama, aku hanya membalas pertanyaan itu dengan sebuah pelukan. “terima kasih mama, apa mama menyayangiku?” ucapku di telinga mama dengan lembut. “ya sayang, mama sangat menyayangimu.” Jawaban dari mama. Singkat namun sangat berarti bagiku dan membuatku memeluknya lebih erat.
Sekarang aku mengerti bahwa kado tak perlu dibungkus dengan karton ataupun kertas karena akan terbuang percuma. Kado juga dapat diberikan diluar hari-hari istimewa, seperti hari ini mama memberiku piyama cantik dan selimut beruang bear. Artinya, mama tak perlu menggunakan tanggal kelahiranku sebagai alasan untuk memberiku kado.
Bodohnya, aku baru menyadari bahwa mama lah yang memberiku kado pertama kali. Tepat di detik pertama aku terlahir ke dunia ini, yaitu kehidupan. Bagiku kehidupan adalah kado terindah yang dipersembahkan oleh mama. Dan setiap harinya, mama melimpahiku dengan kado tak berwujud yaitu kasih sayang. Sebuah pepatah mengatakan, ‘sayang ibu sepanjang jalan dan sayang anak sepanjang penggalan’. Memang tak ada salahnya orang bijak mengatakan hal demikian.Hari ini aku memahami bahwa yang terpenting dari kado bukanlah barang ataupun wujudnya tapi ketulusannya. karena kado teristimewa adalah sebuah ketulusan.
*****
Semoga cerpen ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua sahabat. Banyak pesan yang ingin disampaikan penulis kepada kita sahabat. Semoga pesan yang igin disampaikan penulis itu dapat kita tangkap sahabat , dan memberikan nilai positif kepada kita sahabat.