Seandainya Ini Hari Terakhir Saya 
Sahabat berikut ada sebuah cerita dari sahabat kita Bayu Gawtama. Berikut ceritanya sahabat,semoga cerita ini memberikan banyak manfaat untuk kita semua. 
 Sepertinya, Ini Hari Terakhir Saya
Tetapi saya masih terus  menikmati keterlenaan dan menunda-nunda amal baik. Semestinya diri ini  berpacu dengan waktu yang semakin dekat, agar lebih banyak lagi kebaikan  yang terbuat. Bukankah saya teramat tahu, manusia yang berhak tersenyum  di akhirat kelak ialah yang paling banyak timbangan amal kebaikannya?  Lalu kenapa diri ini masih banyak berdiam diri, meski terbentang luas  hamparan ladang amal di depan saya. Anak-anak yatim masih terlantar,  masjid-masjid lebih sering menyendiri, dan fakir miskin terus bertambah.
Semakin  hari, semakin saya merasa bahwa waktu yang diberikan Allah buat diri  ini semakin berkurang. Masanya semakin dekat bagi saya, dan saya kira  tidak berapa lama lagi utusan Allah akan berkunjung. Tetapi saya masih  merasa tenang, tidak sedikit pun ada ketakutan menghadapinya. Padahal  saya teramat sadar, jikalah malaikat melihat tas bekal takwa yang saya  punya, teramat malulah diri. Sangat jauh dari cukup perbekalan yang  sudah saya persiapkan untuk menuju kampung akhirat. Sebuah perjalanan  yang teramat jauh dan memerlukan bekal sebanyak-banyaknya, namun saya  tak pernah berusaha memenuhi tas bekal itu. Akankah saya menghadap-Nya  dengan berbagai kekurangan ini?
Pakaian yang saya kenakan  saat ini begitu compang-camping, tak terhitung lubang dan koyak yang  belum sempat tertambal. Tak malukah saya bertemu dengan Allah yang Maha  Agung dengan pakaian yang penuh noda? Tak terbilang dosa yang saya  perbuat selama hidup, tak mampu terhitung kesalahan yang disengaja  maupun yang tak tersengaja, belum banyak kebaikan yang saya perbuat  untuk menambal keburukan yang semakin pekat memenuhi wajah ini. Padahal,  hanya dengan memperbanyak kebaikan lah noda-noda hitam itu bisa  terhapus, segala koyak dan lubang di pakaian diri kembali terjahit. Hari  ini, mungkin hari terakhir saya, tapi teramat banyak koyak yang belum  tertambal.
Malam nanti, bisa jadi terakhir kalinya saya  menikmati indahnya rembulan, dan bintang-bintang di sekitarnya, sambil  merasai kesejukan angin malam. Saya tahu, bisa jadi, disaat saya tengah  menikmati malam inilah malaikat Izrail datang dan mengajak serta diri  ini menghadap Sang Khalik. Semestinya saya lebih sering menghiasi  malam-malam saya dengan bersujud, membasahi bibir ini dengan lebih  sering menyebut nama-Nya. Sudah sering saya dengar, bahwa Allah senang  kepada hamba yang menyebut-nyebut nama-Nya.
Nyatanya, saya  belum benar-benar siap jika hari ini Dia menghendaki saya bertemu-Nya.  Tak banyak kebaikan yang membuat saya merasa percaya diri menghadap-Nya  saat ini. Belum bersih benar wajah ini dari noda kehitaman akibat sekian  banyak kesalahan yang belum sempat saya menghapusnya dengan amal  shalih, teramat tak pantas untuk bersua dengan wajah agung milik-Nya.  Meski sudah berusaha menambal setiap koyak di pakaian, namun masih saja  tangan ini berbuat alpa dan kekeliruan sehingga menyebabkan koyak yang  lebih banyak lagi. Padahal, pakaian terbaik lah yang harus saya kenakan  saat bertemu-Nya nanti. Dan terpenting dari itu semua, nampaknya Allah  masih belum bisa tersenyum dengan ibadah-ibadah saya yang seadanya,  seperlunya, sekadarnya dan sesempatnya.
Tuhan, semoga hari  ini bukan hari terakhir saya. Belum cukup bekal takwa yang saya  persiapkan menuju-Mu, tak satupun amal unggulan yang bakal saya  persembahkan di hadapan-Mu. Tapi, jika memang ini hari terakhir bagi  saya, maka ampunilah diri ini. Jika ampunan-Mu tak saya dapati,  malanglah diri ini sungguh.
Saturday, August 27, 2011
Cerpen Sedih-Seandainya Ini Hari Terakhir Saya
Related Posts
Dedehbloger
Blog Pemikir Cerdas sebagai media untuk berbagi informasi dan tutorial simple untuk dunia IT.
      Comments