Wednesday, January 4, 2012

Cerpen Sedih - Menjual Keperawanan



Cerpen Sedih - Menjual Keperawanan-

Sahabat pemikir cerdas berikut ada sebuah kisah yang sangat sedih n butuh pengorbanan besar untuk mencapai suatu tujuan.Nah sahabat sudah baca judulnya apa,tetapi sahabat jangan mikir yang aneh-aneh ya. Nah untuk lebih jelas dan sahabat tidak berpikir aneh yook baca aja lansung.

Wanita itu berjalan agak ragu memasuki hotel berbintang lima . Sang  petugas satpam yang berdiri di samping pintu hotel menangkap kecurigaan  pada wanita  itu. Tapi dia hanya memandang saja dengan awas ke arah langkah wanita itu  yang kemudian mengambil tempat duduk di lounge yang agak di pojok.

Petugas satpam itu memperhatikan sekian lama, ada sesuatu yang harus  dicurigainya terhadap wanita itu. Karena dua kali waiter mendatanginya  tapi,  wanita itu hanya menggelengkan kepala. Mejanya masih kosong. Tak ada yang  dipesan. Lantas untuk apa wanita itu duduk seorang diri. Adakah seseorang  yang sedang ditunggunya.

Petugas satpam itu mulai berpikir bahwa wanita itu bukanlah tipe wanita  nakal yang biasa mencari mangsa di hotel ini. Usianya nampak belum terlalu  dewasa. Tapi tak bisa dibilang anak-anak. Sekitar usia remaja yang t engah  beranjak dewasa.

Setelah sekian lama, akhirnya memaksa petugas satpam itu untuk mendekati  meja wanita itu dan bertanya:  '' Maaf, nona ... Apakah anda sedang menunggu seseorang? “

  ‘‘ Tidak! '' Jawab wanita itu sambil mengalihkan wajahnya ke tempat lain.

'' Lantas untuk apa anda duduk di sini?”

  ‘‘ Apakah tidak boleh? '' Wanita itu mulai memandang ke arah sang petugas  satpam..

'' Maaf, Nona. Ini tempat berkelas dan hanya diperuntukan bagi orang yang  ingin menikmati layanan kami.''

'' Maksud, bapak? “

  ‘‘ Anda harus memesan sesuatu untuk bisa duduk disini ''

'' Nanti saya akan pesan setelah saya ada uang. Tapi sekarang, izinkanlah  saya duduk di sini untuk sesuatu yang akan saya jual ''  Kata wanita itu dengan suara lambat.

'' Jual? Apakah anda menjual sesuatu di sini? ''  Petugas satpam itu memperhatikan wanita itu. Tak nampak ada barang yang  akan dijual. Mungkin wanita ini adalah pramuniaga yang hanya membawa  brosur.

'' Ok, lah. Apapun yang akan anda jual, ini bukanlah tempat untuk  berjualan. Mohon mengerti. ''

'' Saya ingin menjual diri saya, '' Kata wanita itu dengan tegas sambil  menatap dalam-dalam kearah petugas satpam itu.

Petugas satpam itu terkesima sambil melihat ke kiri dan ke kanan.

'' Mari ikut saya, '' Kata petugas satpam itu memberikan isyarat dengan  tangannya.

Wanita itu menangkap sesuatu tindakan kooperativ karena ada secuil senyum  di wajah petugas satpam itu. Tanpa ragu wanita itu melangkah mengikuti  petugas satpam itu.

Di koridor hotel itu terdapat kursi yang hanya untuk satu orang. Di  sebelahnya ada telepon antar ruangan yang tersedia khusus bagi pengunjung  yang ingin menghubungi penghuni kamar di hotel ini. Di tempat inilah deal  berlangsung.

'' Apakah anda serius? ''  '' Saya serius '' Jawab wanita itu tegas.

'' Berapa tarif yang anda minta? ''  '' Setinggi-tingginya. .' '  '' Mengapa?" Petugas satpam itu terkejut sambil menatap wanita itu.

'' Saya masih perawan ''  '' Perawan? '' Sekarang petugas satpam itu benar-benar terperanjat. Tapi  wajahnya berseri. Peluang emas untuk mendapatkan rezeki berlebih hari  ini..

Pikirnya  '' Bagaimana saya tahu anda masih perawan?''  '' Gampang sekali. Semua pria dewasa tahu membedakan mana perawan dan mana  bukan.. Ya kan ...''  '' Kalau tidak terbukti? “

  ‘‘ Tidak usah bayar ...''  '' Baiklah ...'' Petugas satpam itu menghela napas. Kemudian melirik ke  kiri dan ke kanan.

'' Saya akan membantu mendapatkan pria kaya yang ingin membeli keperawanan  anda. ''  '' Cobalah. ''  '' Berapa tarif yang diminta? ''  '' Setinggi-tingginya. ''  '' Berapa? ''  '' Setinggi-tingginya. Saya tidak tahu berapa? ''  '' Baiklah. Saya akan tawarkan kepada tamu hotel ini. Tunggu sebentar ya.

''  Petugas satpam itu berlalu dari hadapan wanita itu.

Tak berapa lama kemudian, petugas satpam itu datang lagi dengan wajah  cerah.

'' Saya sudah dapatkan seorang penawar. Dia minta Rp. 5 juta. Bagaimana?  ''  '' Tidak adakah yang lebih tinggi? ''  '' Ini termasuk yang tertinggi, '' Petugas satpam itu mencoba meyakinkan.

'' Saya ingin yang lebih tinggi...''  '' Baiklah. Tunggu disini ...'' Petugas satpam itu berlalu.

Tak berapa lama petugas satpam itu datang lagi dengan wajah lebih berseri.

   '' Saya dapatkan harga yang lebih tinggi. Rp. 6 juta rupiah. Bagaimana? ''        '' Tidak adakah yang lebih tinggi? ''  '' Nona, ini harga sangat pantas untuk anda. Cobalah bayangkan, bila anda  diperkosa oleh pria, anda tidak akan mendapatkan apa apa. Atau andai  perawan  anda diambil oleh pacar anda, andapun tidak akan mendapatkan apa apa,  kecuali janji. Dengan uang Rp. 6 juta anda akan menikmati layanan hotel  berbintang untuk semalam dan keesokan paginya anda bisa melupakan semuanya  dengan membawa uang banyak. Dan lagi, anda juga telah berbuat baik  terhadap  saya. Karena saya akan mendapatkan komisi dari transaksi ini dari tamu  hotel. Adilkan. Kita sama-sama butuh ... ''  '' Saya ingin tawaran tertinggi ... '' Jawab wanita itu, tanpa peduli  dengan celoteh petugas satpam itu.

Petugas satpam itu terdiam. Namun tidak kehilangan semangat.

'' Baiklah, saya akan carikan tamu lainnya. Tapi sebaiknya anda ikut saya.

Tolong kancing baju anda disingkapkan sedikit.

Agar ada sesuatu yang memancing mata orang untuk membeli. '' Kata petugas  satpam itu dengan agak kesal.

Wanita itu tak peduli dengan saran petugas satpam itu tapi tetap mengikuti  langkah petugas satpam itu memasuki lift.

Pintu kamar hotel itu terbuka. Dari dalam nampak pria bermata sipit agak  berumur tersenyum menatap mereka berdua.

'' Ini yang saya maksud, tuan. Apakah tuan berminat? " Kata petugas satpam  itu dengan sopan.

Pria bermata sipit itu menatap dengan seksama ke sekujur tubuh wanita itu  ...

'' Berapa? '' Tanya pria itu kepada Wanita itu.

'' Setinggi-tingginya '' Jawab wanita itu dengan tegas.

'' Berapa harga tertinggi yang sudah ditawar orang? '' Kata pria itu  kepada sang petugas satpam.

'' Rp.. 6 juta, tuan ''  '' Kalau begitu saya berani dengan harga Rp. 7 juta untuk semalam. ''  Wanita itu terdiam.

Petugas satpam itu memandang ke arah wanita itu dan berharap ada jawaban  bagus dari wanita itu.

'' Bagaimana? '' tanya pria itu.

''Saya ingin lebih tinggi lagi ...'' Kata wanita itu.

Petugas satpam itu tersenyum kecut.

'' Bawa pergi wanita ini. '' Kata pria itu kepada petugas satpam sambil  menutup pintu kamar dengan keras.

'' Nona, anda telah membuat saya kesal. Apakah anda benar benar ingin  menjual? ''  '' Tentu! ''  '' Kalau begitu mengapa anda menolak harga tertinggi itu ... ''  '' Saya minta yang lebih tinggi lagi ...''  Petugas satpam itu menghela napas panjang. Seakan menahan emosi. Dia pun  tak ingin kesempatan ini hilang.

Dicobanya untuk tetap membuat wanita itu merasa nyaman bersamanya.

'' Kalau begitu, kamu tunggu di tempat tadi saja, ya. Saya akan mencoba  mencari penawar yang lainnya. ''  Di lobi hotel, petugas satpam itu berusaha memandang satu per satu pria  yang ada. Berusaha mencari langganan yang biasa memesan wanita melaluinya.

Sudah  sekian lama, tak ada yang nampak dikenalnya. Namun, tak begitu jauh dari  hadapannya ada seorang pria yang sedang berbicara lewat telepon  genggamnya.

'' Bukankah kemarin saya sudah kasih kamu uang 25 juta Rupiah.

Apakah itu tidak cukup? " Terdengar suara pria itu berbicara.

Wajah pria itu nampak masam seketika  '' Datanglah kemari. Saya tunggu. Saya kangen kamu.

Kan sudah seminggu lebih kita engga ketemu, ya sayang?! ''  Kini petugas satpam itu tahu, bahwa pria itu sedang berbicara dengan  wanita.

Kemudian, dilihatnya, pria itu menutup teleponnya. Ada kekesalan di wajah  pria itu.

Dengan tenang, petugas satpam itu berkata kepada Pria itu: '' Pak, apakah  anda butuh wanita ... ??? ''  Pria itu menatap sekilas kearah petugas satpam dan kemudian memalingkan  wajahnya.

'' Ada wanita yang duduk disana, '' Petugas satpam itu menujuk kearah  wanita tadi.

Petugas satpam itu tak kehilangan akal untuk memanfaatkan peluang ini.

"Dia masih perawan..''  Pria itu mendekati petugas satpam itu.

Wajah mereka hanya berjarak setengah meter. '' Benarkah itu? ''  '' Benar, pak. ''  '' Kalau begitu kenalkan saya dengan wanita itu ... ''  '' Dengan senang hati. Tapi, pak ...Wanita itu minta harga setinggi  tingginya.''  '' Saya tidak peduli ... '' Pria itu menjawab dengan tegas.

Pria itu menyalami hangat wanita itu.

'' Bapak ini siap membayar berapapun yang kamu minta. Nah, sekarang  seriuslah ....'' Kata petugas satpam itu dengan nada kesal.

'' Mari kita bicara di kamar saja.'' Kata pria itu sambil menyisipkan uang  kepada petugas satpam itu.

Wanita itu mengikuti pria itu menuju kamarnya.

Di dalam kamar ...

'' Beritahu berapa harga yang kamu minta? ''  '' Seharga untuk kesembuhan ibu saya dari penyakit ''  '' Maksud kamu? ''  '' Saya ingin menjual satu satunya harta dan kehormatan saya untuk  kesembuhan ibu saya. Itulah cara saya berterima kasih .... ''  '' Hanya itu ...''  '' Ya ...! ''  Pria itu memperhatikan wajah wanita itu. Nampak terlalu muda untuk menjual  kehormatannya. Wanita ini tidak menjual cintanya. Tidak pula menjual  penderitaannya. Tidak! Dia hanya ingin tampil sebagai petarung gagah  berani di tengah kehidupan sosial yang tak lagi gratis. Pria ini sadar,  bahwa  di hadapannya ada sesuatu kehormatan yang tak ternilai. Melebihi dari  kehormatan sebuah perawan bagi wanita. Yaitu keteguhan untuk sebuah  pengorbanan tanpa ada rasa sesal. Wanta ini tidak melawan gelombang laut  melainkan ikut kemana gelombang membawa dia pergi. Ada kepasrahan diatas  keyakinan tak tertandingi. Bahwa kehormatan akan selalu bernilai dan  dibeli oleh orang terhormat pula dengan cara-cara terhormat.

'' Siapa nama kamu? ''  '' Itu tidak penting. Sebutkanlah harga yang bisa bapak bayar ... '' Kata  wanita itu  '' Saya tak bisa menyebutkan harganya. Karena kamu bukanlah sesuatu yang  pantas ditawar. ''

''Kalau begitu, tidak ada kesepakatan! ''  '' Ada ! " Kata pria itu seketika.

'' Sebutkan! ''

'' Saya membayar keberanianmu. Itulah yang dapat saya beli dari kamu.  Terimalah uang ini. Jumlahnya lebih dari cukup untuk membawa ibumu ke rumah sakit.  Dan sekarang pulanglah ... '' Kata pria itu sambil menyerahkan uang dari  dalam tas kerjanya.

'' Saya tidak mengerti ...''

'' Selama ini saya selalu memanjakan istri simpanan saya.  Dia menikmati semua pemberian saya tapi dia tak pernah berterima kasih.  Selalu memeras. Sekali saya memberi maka selamanya dia selalu meminta.  Tapi hari ini, saya bisa membeli rasa terima kasih dari seorang wanita  yang gagah berani untuk berkorban bagi orang tuanya.  Ini suatu kehormatan yang tak ada nilainya bila saya bisa membayar ...''

'' Dan, apakah bapak ikhlas...? ''

'' Apakah uang itu kurang? ''

'' Lebih dari cukup, pak ... ''

'' Sebelum kamu pergi, boleh saya bertanya satu hal? ''

'' Silahkan ...''

'' Mengapa kamu begitu beraninya ... ''

'' Siapa bilang saya berani. Saya takut pak ... Tapi lebih dari seminggu saya berupaya mendapatkan cara untuk membawa ibu  saya ke rumah sakit dan semuanya gagal.  Ketika saya mengambil keputusan untuk menjual kehormatan saya maka itu  bukanlah karena dorongan nafsu.  Bukan pula pertimbangan akal saya yang `bodoh` ... Saya hanya bersikap dan  berbuat untuk sebuah keyakinan ... ''

'' Keyakinan apa? ''

'' Jika kita ikhlas berkorban untuk ibu atau siapa saja, maka Tuhan lah  yang akan menjaga kehormatan kita ... '' Wanita itu kemudian melangkah  keluar  kamar.

Sebelum sampai di pintu wanita itu berkata:  '' Lantas apa yang bapak dapat dari membeli ini ... ''

'' Kesadaran... ''  .. . .

Di sebuah rumah di pemukiman kumuh. Seorang ibu yang sedang terbaring  sakit dikejutkan oleh dekapan hangat anaknya.

'' Kamu sudah pulang, nak ''

'' Ya, bu ... ''  '' Kemana saja kamu, nak ... ???''  '

' Menjual sesuatu, bu ... ''

'' Apa yang kamu jual?'' Ibu itu menampakkan wajah keheranan. Tapi wanita  muda itu hanya tersenyum ...

Hidup sebagai yatim lagi miskin terlalu sia-sia untuk diratapi di tengah  kehidupan yang serba pongah ini. Di tengah situasi yang tak ada lagi yang  gratis. Semua orang berdagang. Membeli dan menjual adalah keseharian yang  tak bisa dielakan. Tapi Tuhan selalu memberi tanpa pamrih, tanpa  perhitungan  ....

'' Kini saatnya ibu untuk berobat ... ''  Digendongnya ibunya dari pembaringan, sambil berkata: '' Tuhan telah  membeli yang saya jual... ''.

Taksi yang tadi ditumpanginya dari hotel masih setia menunggu di depan  rumahnya. Dimasukannya ibunya ke dalam taksi dengan hati-hati dan berkata  kepada supir taksi: '' Antar kami ke rumah sakit ...''    

 ++++++

Di dalam kehidupan ini, janganlah kita terlalu pongah dengan segala apa yang kita miliki, kesadaran hidup bahwa ada sang Pencipta yang sumber dari segala kehidupan, itulah yang akan selalu membawa kita pada KESELAMATAN.

   Semoga bermanfaat.

Menjual Keperawanan

Blog Pemikir Cerdas sebagai media untuk berbagi informasi dan tutorial simple untuk dunia IT.

1 comment:

  1. bner-bener sedih dan terharu...tuhan menolong seorang yang ikhlas berkorbal untuk ibu_nya,,..

    ReplyDelete

Masukan sahabat sangat berarti untuk perbaikan kedepannya.
EmoticonEmoticon