Namaku Aisyah |
CERPEN RELIGI - NAMAKU AISYAH
“Setiap orang punya takdir masing-masing dan itu sudah disiapkan oleh sang pencipta untuk setiap umatnya di muka bumi ini”. Kata-kata itu terlintas sejenak dibenakku saat kurenungi perjalanan hidup yang kujalani saat ini. Mawar…..mawar, i….ya bos ada apa bos mencari saya ? (jawab mawar yang kaget melihat kedatangan seorang laki-laki berbadan besar dan berambut gondrong yang selama ini dipanggilnya bos).“ada target baru buat kamu, seorang pengusaha kaya yang ingin dilayani cuma dengan kamu saja kalau yang lain dia tidak mau. “Kamu harus terima ini kesempatan besar, bayarannya juga pasti banyak karena pengusaha kaya” ujar si bos pada mawar. Mawar hanya pasrah dengan keadaan yang membuatnya seperti ini. Terkadang dalam satu hari mawar harus melayani 3 orang laki-laki hidung belang yang mungkin tidak puas dengan istrinya sampai-sampai mencari pelampiasan dengan wanita lain.
Terkadang mawar ingin berhenti dengan pekerjaan ini tapi apa daya setiap ia ingin kabur dari tempat hina dimana ia makan dan hidup setiap hari, ia selalu saja dihalangi oleh si bos (germo) yang mempekerjakannya selama 2 tahun silam. Di depan cermin kutatap wajahku dalam-dalam, kumonyongkan bibir ini untuk meratakan lipstik yang kupakai lalu kupoles pipiku dengan rata. Kubersiap melangkahkan kaki ini ke tempat dimana aku menyerahkan diriku sepenuhnya kepada orang lain.
Seperti biasa setelah mawar melayani pelanggannya dia buru-buru pulang dan sialnya ketika perjalanan pulang ia dihadang sekumpulan preman yang sedang mabuk berat dan berniat jahat pada mawar. Berulang-ulang mawar berteriak minta tolong tapi tak ada satu orang pun yang lewat di jalanan itu mungkin karena saat itu sudah tengah malam, orang-orang sudah pada tidur semua. Tapi mawar terus berteriak sekuat tenaga untuk mencari pertolongan.
Mawar berharap ada malaikat baik hati yang datang menolongnya. Tiba-tiba satu persatu preman itu roboh berkat jurus yang dikeluarkan oleh sosok pria tampan yang berpeci itu. Mawar yang tadinya ketakutan, spontan berlari mendekati pria itu dan merangkulnya dari belakang. “Astagfirullahul Adzim lepaskan tangan mbak, kita bukan muhrim. Tidak sepantasnya mbak berbuat seperti ini”. Maaf mas atas sikapku tadi aku spontan, mungkin karena aku bersyukur ada orang yang mau menolongku “ucap mawar sambil tersipu malu”.
Saya mengerti mbak tapi lain kali saya harap mbak tidak melakukan hal ini lagi “iya mas, saya janji tidak akan berbuat seperti ini lagi”, jawab mawar sambil menatap sosok pria tampan yang telah menolongnya. Sejenak mawar terdiam dan mengamati tempat itu, mawar baru sadar kalau ternyata tempat itu mengingatkannya pada kejadian yang pernah menimpanya 2 tahun yang lalu. Ketika mawar beranjak dari lamunannya tanpa ia sadari pria yang telah menolongnya pun telah jauh dari pandangannya, tanpa sempat ia mengucapkan kata terima kasih pada orang itu.
Derap langkah kakinya pun menuntunnya untuk kembali pulang kerumahnya. Sepanjang perjalanan mawar hanya berharap bisa bertemu lagi dengan malaikat penolongnya tadi dan mengucapkan terima kasih kepadanya. Tidak seperti biasanya, mawar yang paling anti lewat dijalan mawar yang sempat membuatnya trauma 2 tahun yang lalu, kini tiba-tiba mawar memberanikan diri melewati tempat itu lagi. Dia berharap bisa bertemu lagi dengan malikat yang menolongnya semalam di tempat yang sama. Kali ini mawar rela kabur dari pelanggannya hanya untuk bisa bertemu dengan pria itu.
Hampir satu jam mawar menunggu di tempat itu, tapi sosok pria yang dikaguminya itu belum juga lewat. Uliran tasbih dan untaian kalimat dzikir menggema ditelingaku, sejenak hati ini tenang mendengarkannya. Suara itu makin dekat dan makin jelas terucap ditelingaku. “itu kan mas yang menolongku tadi malam” ucap mawar dengan kegirangan sambil mengejar dan memanggil pria itu. Mas….mas, iya…ada apa mbak ? “mas masih ingat denganku ? aku adalah orang yang mas tolong tadi malam “ucap mawar sambil meyakinkan pria itu”.
Insya allah saya masih ingat mbak, klo boleh tau mbak ada perlu apa memanggil saya ? begini mas tadi malam aku belum sempat mengucapkan kata terima kasih, mas keburu pergi deh. Btw terima kasih yah mas atas pertolongannya semalam. “ucap mawar sambil mengulurkan tangannya dan hendak berkenalan dengan pria itu”. “Afwan….mbak bukannya tidak mau berkenalan sama mbak, tapi di dalam islam perempuan dan laki-laki dilarang bersentuhan selama mereka bukan muhrimnya” ucap pria itu dengan sopan.
Mawar pun minta maaf dan memperkenalkan dirinya pada pria itu. Mawar baru tahu kalau ternyata pria yang dikaguminya itu adalah seorang ustadz, kekagumannya pada ustadz itu membuatnya ingin bertobat dan kembali ke jalan Allah. Mawar pun menceritakan kisah hidupnya yang kelam yang berawal dari tempat itu. Tempat dimana dia diperkosa oleh 7 orang preman dan akhirnya mawar yang awalnya bernama Aisyah kemudian mengubah namanya karena merasa tidak pantas lagi memiliki nama yang suci itu disaat badannya sudah tidak suci lagi.
Mawar yang sudah jatuh hati sejak pertama bertemu dengan ustadz itu pun minta tolong pada ustadz yusuf agar bisa ikut pulang bersamanya, karena mawar ingin bertobat dan meninggalkan pekerjaannya yang hina itu. Akhirnya ustadz yusuf pun bersedia membantu mawar untuk bertobat dan kembali ke jalan Allah. Ustadz yusuf mengajak mawar ke suatu tempat yang tak jauh dari rumah pak ustadz yusuf sendiri dan tempat itu adalah sebuah pesantren yang khusus untuk kaum hawa saja. Disana mawar dititipkan pada pemilik pesantren tersebut dan setelah itu ustadz yusuf pun kembali menuju rumahnya. Sejak saat itulah Aisyah menjalani hidupnya seperti bayi yang baru lahir lagi.
Aisyah tidak ingin menoleh kebelakang lagi, ia tidak ingin mengenang perempuan yang bernama mawar yang sebenarnya merupakan masa lalunya yang kelam. Ustadz yusuf yang sehari-harinya selalu datang menjenguk dan memastikan perubahan yang dialami Aisyah selama di pesantren itu pun disalah artikan oleh Aisyah. Aisyah pun makin kagum pada ustadz yusuf. Sampai pada suatu hari kekaguman Aisyah pada ustadz yusuf membuatnya memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya langsung di depan ustadz yusuf. Setelah mendengar pengakuan dari ustadz yusuf, Aisyah pun minta maaf dan merasa malu karena telah berani mencintai suami orang lain.
Berulang kali Aisyah meminta maaf dan berjanji akan mengubur dalam-dalam perasaannya tersebut agar tidak terjadi fitnah diantara mereka berdua nantinya. Kejadian itu membuat Aisyah berubah drastis, imannya makin diperkuat dan ibadahnya makin khusyuk. Perubahannya disukai banyak orang, sampai-sampai pemilik pesantren tersebut hendak menjodohkan anak laki-lakinya dengan Aisyah.
By: Damayanti Childiesh