Monday, January 27, 2014

Kata Motivasi Diri - Temukan Jawaban pada Kamar Kita Sendiri

Kata Motivasi Diri - Temukan Jawaban pada Kamar Kita Sendiri


Kata Motivasi Diri - Temukan Jawaban pada Kamar Kita Sendiri

Ketika kita  bangun di pagi hari

Masih di tempat tidur, kita mungkin sering  bertanya pada diri sendiri

Apa sih sebenarnya rahasia untuk bisa mencapai  sukses  ??

Dan ternyata kita bisa  menemukan inspirasi jawabannya pada kamar kita sendiri.

AC bilang : dingin (hati kita harus tenang dan sabar).

Atap bilang : tinggi (harus dengan semangat mencapai yg tertinggi).

Jendela bilang : mari kita lihat jauh ke depan.

Jam bilang : setiap menit adalah harapan.

Kaca bilang : sebelum bertindak, lihatlah diri sendiri terlebih dahulu.

Kalender bilang : bersyukurlah masih diberi waktu dan kesempatan.

Pintu bilang : ayo kita berusaha mencapai apa yg kita inginkan.

Dan jangan lupa...

Lantai  bilang : bersujudlah pada sang Pencipta mu

Jaga hati dari  rasa dengki

Jaga ucapan  agar tidak menyakiti

Have a great day.... Met aktivitas.

Kata Motivasi Diri - Temukan Jawaban pada Kamar Kita Sendiri

Friday, January 17, 2014

Cerpen Cinta - Kado Teristimewa

Cerpen Cinta - Kado Teristimewa

 Cerpen Cinta - Kado Teristimewa

Sahabat pemikir cerdas cerpen ini merupakan kiriman dari salah seorang sahabat pemikir cerdas. Penulis cerpen ini menamakan dirinya sebagai "Selimut Beruang" (SB) dan tak ingin nama aslinya disebutkan :). Jika ada sahabat yang penasaran dengan nama asli penulis ini, ikuti terus cerpennya.
                                           
Selimut Beruang
                                                                      
 KADO TERISTIMEWA

Ukukukuuuuuuuuuuuuuk......

“aaah..berisik aja nih alarm!” teriak hatiku. Tanpa membuka mata tanganku menggapai-gapai sumber suara dan membunuh suara ayam yang mengganggu tidurku.“sadar donk, ini udah pagi, cepat bangun!!” teriak hatiku dari sisi lain.“yapp, aku harus bangun. ” yakinku dalam hati. Aku terduduk dan meregangkan semua persendianku. Menarik tangan ke atas dan menoleh kiri kanan. Tiba-tiba mataku terbuka semakin membesar dan mulut yang ternganga tidak percaya.“hha..apa benar ini kamarku?” aku berusaha meyakinkan diri, melihat semua benda yang ada di sekitarku. Ini kasur yang sering kutiduri, beralaskan sprei kuning dengan motif bunga berdaun hijau.

Aku mulai turun dari kasurku dan mengerayangi seluruh isi ruangan. Dua buah lemari baju dan rak buku serta meja belajar yang tersusun rapi. Memang punyaku, semua tertata dengan rapi. Karpet berwarna cokelat dengan gambar beruang bear juga tergulung dan menepi di sudut kamarku. “hm..ini memang kamarku, semuanya barang-barang milikku, kenapa bisa tersusun rapi ya?” pikiranku dipenuhi tanda tanya yang besar, satu orang terlintas di benakku, “mungkinkah kamarku dirapikan oleh mama?” Aku pun keluar dari kamar, dan berteriak memanggilnya “maaa... mamaa.., dimana ma?” tak ada yang menyahuti panggilanku. Tapi aku tetap berusaha mencari beliau dan berputar ke sekeliling rumah. Semua ruangan di lantai satu tak ada orang. Adikku semata wayang sudah berangkat ke sekolah dan papa sudah berangkat ke kantor. Sedangkan aku tak ada jadwal kuliah hari ini.

 Hanya tinggal aku dan mama di rumah. Tapi dimana beliau sekarang? “mungkin mama masih di kamar, ahhaa di lantai 2.” Dengan senangnya aku segera berlari menuju tangga dan menemukan sebuah boneka beruang bear besar berwarna cokelat. Boneka tersebut duduk terkulai di dinding tangga. Aku mengusap lembut bagian kepala dan menemukan kartu yang tergantung di telinganya. Ternyata bertuliskan: “Selamat ulang tahun sayang J. Ttd. Mama.”Ya ampuuun, aku lupa hari ini ulang tahunku dan ternyata boneka lucu ini dari mama. Aku merangkul boneka tersebut dan segera berdiri. Saat mendongak ke atas, aku melihat mama sudah menungguku di ujung tangga dengan senyum merekah di wajahnya. Tanpa pikir panjang lagi, aku menaiki anak tangga satu persatu dan masih menggendong boneka bear dalam pelukanku. Boneka pemberian mama terasa begitu hangat, membuatku semakin tak sabar memeluk si pemberi boneka ini. Karena kegirangannya, aku melompati dua anak tangga sekaligus. Alhasil,“dubbraakk.......”
“aduww..sakiiitt.” ceringisku. Aku tak dapat melihat apapun, yang aku rasakan hanya sakit dan seseorang berteriak memanggil namaku, “Taraa.” Aku yakin itu suara mama, beliau terus memanggil namaku dan menepuk-nepuk pipiku. Sampai akhirnya aku tersadar dan melihat mama di sampingku.

Aku senang melihat beliau lagi, artinya aku baik-baik saja meskipun terjatuh dari beberapa anak tangga. Aku sangat bersyukur dan ingin mengucapkan terima kasih sambil memeluk mama.Aku pun melebarkan kedua tanganku untuk memeluk mama, tapi mama malah berdiri dan mengoceh hal yang tak aku mengerti. “Kamu kenapa Tara? Jam segini baru bangun? Sudah jatuh dari tempat tidur, masih juga susah dibangunkan. Ckckckckc..”Belum sempat aku tersadar, beliau berceloteh kembali “ayo bangun tara, dan segera mandi.

Anak gadis baru bangun jam segini, kamar juga berantakan kayak gini, rapikan kasur juga kamar kamu sendiri, jadi anak tu harus mandiri, jangan malas!” Setelah puas mengomel mama pun pergi meninggalkan aku dalam kebingungan. Aku hanya terbengong dan memperhatikan setiap langkah kaki mama sampai punggung belakang beliau tak terlihat lagi.Mataku mulai liar memperhatikan setiap sudut ruangan. Lemari baju terbuka dan kemeja oranye yang kukenakan kemarin tergantung di pintu. Kertas-kertas kopi an tugas kuliah berserakan di meja belajar dan buku-buku juga tak tersusun dengan rapi. Karpet yang tadinya menepi di sudut ruang kamarku hanyalah miimpi, karena sekarang ia terkembang dan setumpuk pakaian menggunung di
atasnya. kamar yang rapi hanyalah mimpi. “huffft...” keluhku.

Aku tersadar dengan benda yang sedari tadi aku peluk. Ternyata aku hanya memeluk bantal cinta, bantal picak dengan ukuran yang lebih panjang. Boneka beruang bear ku hilang, boneka beruang bear hanyalah mimpi, boneka beruang bear dari mama di hari ulang tahunku. Aku mendapat kado dari mama di hari ulang tahunku, hanyalah mimpi belaka. Mimpi yang terus muncul di setiap hari ulang tahunku.

Hari ini usiaku genap 20 tahun. Tak pernah sekalipun aku memperoleh kado ulang tahun dari mama. Ini yang membuatku selalu bermimpi dan berharap bahwa mama akan memberiku hadiah di hari ulang tahunku. Mimpi yang takkan pernah terwujud, mimpi yang aku sendiri tidak tahu bagaimana cara mewujudkannya. Di hari ulang tahunku, tak pernah ada pesta, tak pernah ada kue, dan tak pernah ada kado dari mama.
Meskipun hanya terdiam mendengarkan ocehan mama, aku selalu mendengarkan dan mematuhi setiap perintahnya. Dengan sekuat tenaga, aku berusaha berdiri dan masih merasakan sedikit sakit di semua persendian ku. Mungkin ini efek terjatuh dari tempat tidur, atau akibat dari tidur pagi.

Entahlah, mana yang benar, rasanya otakku tak mampu berfikir dengan jernih saat ini. Aku masih ingin kembali lagi ke mimpiku dan tak ingin terbangun lagi.“wake up!!!” teriakku menyemangati diri sambil mengangkat kedua tangan dengan penuh semangat. Memutar kepala dalam hitungan delapan, serta meliukkan badan ke kiri dan kanan untuk meregangkan otot-ototku yang masih terasa kaku. Hanya butuh waktu 2 menit untukku bersenam pagi ini. “mandi, tentunya akan membuatku lebih segar lagi” gumamku sambil tersenyum sendiri untuk menambah semangat di pagi menjelang siang ini.

Seminggu berlalu dari hari ulang tahunku.

Aku mendapat banyak kado dari teman-temanku dan baru membukanya hari ini. Diantaranya bingkai foto berwarna cokelat tua pemberian sahabat terbaikku. Apa istimewanya sebuah bingkai foto? Memang biasa dan mudah untuk ditemukan. Itulah kesan pertama yang aku lihat saat membuka kado darinya. “Hanya sebuah bingkai foto yang aku dapatkan dari sahabat terbaikku semenjak SMA” gumamku dalam hati. “pikiran bodoh macam apa ini? Harusnya aku mensyukuri apa yang telah aku terima. Bodoh bodoh bodooooh..” teriak hati kecilku yang terus memaki evil.

 Evil yang membuatku ingkar, tidak mensyukuri apa yang ada. Aku mengangkat bingkai tersebut dari dalam kotak kado yang juga berwarna cokelat. Ternyata, sahabatku juga memasukkan sebuah foto, foto kami berdua saat masih duduk di bangku SMA. Aku kembali mengenang masa-masa indah SMA bersamanya. Kami telah berteman semenjak kelas 1, dia adalah teman sebangkuku saat itu. Seiring berjalannya waktu, membuat kami semakin akrab dan masih mempertahankan persahabatan sampai hari ini. Orangnya simpel tapi cara berfikirnya sangat dewasa, itulah kelebihan sahabatku.

Persahabatan kami semakin erat dengan sebuah motto : ‘no man, no cry and no money, just be happy!’. “hahhahahaaa.....” kami tertawa sepuasnya saat mendeklarasikan motto tersebut. Lamunanku semakin jauh saja ke masa lalu, tanpa terasa aku menjatuhkan foto yang ada di tanganku. Foto itu terjatuh di lantai dengan posisi membalik, aku melihat ada tulisan tangan sahabatku, sebuah kalimat singkat yang mampu menggugah hatiku.

“Kado teristimewa adalah sebuah ketulusan.”


Kalimat ini menggetarkan hatiku dan rasanya melumpuhkan kedua kakiku sehingga aku terhenyak jatuh di atas kasur. Kali ini aku mampu memilih tempat untuk terjatuh, karena aku yakin ini bukanlah mimpi tapi kenyataan. Sebuah kenyataan yang harus kusadari kebenarannya. Tanpa terasa setetes air jatuh dari sudut mataku. “aku menangis, tapi kenapa?” “apa kata-katanya yang membuatku begitu terharu, sehingga menjadikanku cengeng seperti ini? Bukaaaaann..jelas bukan itu”.

“taraaa..” lagi-lagi suara mama mengagetkanku. Dengan cekatan aku menyapu air mata yang terus menderas di pipiku. Aku merasakan langkah kaki mama terus mendekat ke arahku. Dengan sedikit berteriak, aku menjawab panggilan beliau, “ada apa ma?”. Suara yang keluar terasa begitu berat.“tadi mama pergi ke pasar dan membeli piyama tidur seukuran kamu, serta selimut bergambar beruang bear. Mungkin kamu menyukainya? Coba lihat ini” jawaban dari mama yang saat ini berada di belakangku.

Ya Tuhaaan...

Aku tak tahan lagi, tangisku kembali pecah. Aku berbalik arah dan menatap sendu ke arah mama. Dengan paniknya, mama bertanya kepadaku “Kamu kenapa tara? Apa kamu sakit?”.Aku tak menjawab pertanyaan dari mama, aku hanya membalas pertanyaan itu dengan sebuah pelukan. “terima kasih mama, apa mama menyayangiku?” ucapku di telinga mama dengan lembut. “ya sayang, mama sangat menyayangimu.” Jawaban dari mama. Singkat namun sangat berarti bagiku dan membuatku memeluknya lebih erat.

Sekarang aku mengerti bahwa kado tak perlu dibungkus dengan karton ataupun kertas karena akan terbuang percuma. Kado juga dapat diberikan diluar hari-hari istimewa, seperti hari ini mama memberiku piyama cantik dan selimut beruang bear. Artinya, mama tak perlu menggunakan tanggal kelahiranku sebagai alasan untuk memberiku kado.


Bodohnya, aku baru menyadari bahwa mama lah yang memberiku kado pertama kali. Tepat di detik pertama aku terlahir ke dunia ini, yaitu kehidupan. Bagiku kehidupan adalah kado terindah yang dipersembahkan oleh mama. Dan setiap harinya, mama melimpahiku dengan kado tak berwujud yaitu kasih sayang. Sebuah pepatah mengatakan, ‘sayang ibu sepanjang jalan dan sayang anak sepanjang penggalan’. Memang tak ada salahnya orang bijak mengatakan hal demikian.Hari ini aku memahami bahwa yang terpenting dari kado bukanlah barang ataupun wujudnya tapi ketulusannya. karena kado teristimewa adalah sebuah ketulusan.

                                                                               *****
Semoga cerpen ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua sahabat. Banyak pesan yang ingin disampaikan penulis kepada kita sahabat. Semoga pesan yang igin disampaikan penulis itu dapat kita tangkap sahabat , dan memberikan nilai positif kepada kita sahabat.

 Cerpen Cinta - Kado Teristimewa

Wednesday, January 1, 2014

Tutorial Membuat Slide Show Foto di Blogspot

Tutorial Membuat Slide Show Foto di Blogspot

Tutorial Membuat Slide Show Foto di Blogspot

Tutorial Pemikir Cerdas
Sahabat pemikir cerdas berikut ini ada cara untuk membuat slide show pada blog sahabat. Bermanfaat untuk menambah dekorasi blog sahabat. Jika sahabat ingin cara gampang sebenarnya pada widget blogspot telah menyediakan slide show, sahabat hanya perlu menambahkan nya saja. Jika ingin menggunakan widget itu sahabat bisa cari tutorialnya . mbah google banyak menyediakannya. Untuk kali ini cara membuat slide show menggunakan jquery hasilnya sangat memuaskan. Saya sendiri telah mencobanya.



Langkah-langkah Membuat Slide Show Foto Di Blogger /Blogspot

1.Login Blogger.com
2.Masuk halaman Rancangan lalu pilih Edit HTML
3.Cari kode </head>
4.Selanjutnya taruh kode dibawah ini sebelum kode </head>

<script src='http://ajax.googleapis.com/ajax/libs/jquery/1.4.2/jquery.min.js' type='text/javascript'></script>

<script type='text/javascript'>
//<![CDATA[

$(document).ready(function() {

//Execute the slideShow, set 6 seconds for each images
slideShow(3000);

});

function slideShow(speed) {


//append a LI item to the UL list for displaying caption
$('ul.slideshow').append('<li id="slideshow-caption" class="caption"><div class="slideshow-caption-container"><h3></h3><p></p></div></li>');

//Set the opacity of all images to 0
$('ul.slideshow li').css({opacity: 0.0});

//Get the first image and display it (set it to full opacity)
$('ul.slideshow li:first').css({opacity: 1.0});

//Get the caption of the first image from REL attribute and display it
$('#slideshow-caption h3').html($('ul.slideshow a:first').find('img').attr('title'));
$('#slideshow-caption p').html($('ul.slideshow a:first').find('img').attr('alt'));

//Display the caption
$('#slideshow-caption').css({opacity: 0.7, bottom:0});

//Call the gallery function to run the slideshow
var timer = setInterval('gallery()',speed);

//pause the slideshow on mouse over
$('ul.slideshow').hover(
function () {
clearInterval(timer);
},
function () {
timer = setInterval('gallery()',speed);
}
);

}

function gallery() {


//if no IMGs have the show class, grab the first image
var current = ($('ul.slideshow li.show')? $('ul.slideshow li.show') : $('#ul.slideshow li:first'));

//Get next image, if it reached the end of the slideshow, rotate it back to the first image
var next = ((current.next().length) ? ((current.next().attr('id') == 'slideshow-caption')? $('ul.slideshow li:first') :current.next()) : $('ul.slideshow li:first'));

//Get next image caption
var title = next.find('img').attr('title');
var desc = next.find('img').attr('alt');

//Set the fade in effect for the next image, show class has higher z-index
next.css({opacity: 0.0}).addClass('show').animate({opacity: 1.0}, 1000);

//Hide the caption first, and then set and display the caption
$('#slideshow-caption').animate({bottom:-70}, 300, function () {
//Display the content
$('#slideshow-caption h3').html(title);
$('#slideshow-caption p').html(desc);
$('#slideshow-caption').animate({bottom:0}, 500);
});

//Hide the current image
current.animate({opacity: 0.0}, 1000).removeClass('show');

}

//]]>
</script>

<style type="text/css">
ul.slideshow {
list-style:none;
width:600px;
height:240px;
overflow:hidden;
position:relative;
margin:0;
padding:0;
font-family:Arial,Helvetica,Trebuchet MS,Verdana;
;
}
ul.slideshow li {
position:absolute;
left:0;
right:0;
}
ul.slideshow li.show {
z-index:500;
}
ul img {
width:600px;
height:240px;
border:none;
}
#slideshow-caption {
width:600px;
height:70px;
position:absolute;
bottom:0;
left:0;
color:#fff;
background:#000;
z-index:500;
}
#slideshow-caption .slideshow-caption-container {
padding:5px 10px;
z-index:1000;
}
#slideshow-caption h3 {
margin:0;
padding:0;
font-size:16px;
}
#slideshow-caption p {
margin:5px 0 0 0;
padding:0;
}
</style>

5.Save/simpan.Selanjutnya sobat kembali kehalaman Rancangan lalu klik Tambah Gadget kemudian pilih HTML/JavaScript dan masukkan kode dibawah ini:

<ul class="slideshow">

<li><a href="#"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifOwdSlDQdVmosA_HsNMa2EcdLIutxgtdUUjUodEn-jUJplfZyC79bW8b9ftwuxL4AnEcXp61_Nc0u4nZuKIYtPLhaGcYHPn2ZoyGn_It8ceT9a06bmG6104olA42oWK6MsCvWedKRrpw/s1600/1.jpg" title="This is featured post 1 title" alt="Replace This Text With Your Featured Post 1 Description." /></a></li>

<li><a href="#"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCuFeQ4SKLeKOrxURqFGt75UcZIsgb5Z2hQ3pADKQUgf9kiS2C_pj4wtbBiTxLeq7zaFuFwnN9vHqdAyNixJsLzCbHgHUblJp4uDo_YfGF1_qn4hRK729ot0tIc-uhwQE8s-OU97MP6Is/s1600/2.jpg" title="This is featured post 2 title" alt="Replace This Text With Your Featured Post 2 Description." /></a></li>

<li><a href="#"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_Yqkw_XV7VB-GtcljDj_dA8ToEqwfAzHR7J6T0osuqewPS-v0OXg9HVh0412xIqw5km1N27ZtY-TKn990cGKgv6d77kfQnztW559fvaKc3bPs8H9dhVnfbRiK6FlV8BOkXiYCO-7FfvI/s1600/3.jpg" title="This is featured post 3 title" alt="Replace This Text With Your Featured Post 3 Description." /></a></li>

<li><a href="#"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOTyoh0VbXIdaV7uPsV2nGaIc5QiAlTQJf4ESHxzcW-duxhlMvmXE-I7VapQwpjur6LLm5Nd4o5JMtFrgc5akdRHy-SjK4sEqjgTOIUCiYSJ5DfKGo8gs-6eGzP-lkErG3PQyvbH__f_s/s1600/4.jpg" title="This is featured post 4 title" alt="Replace This Text With Your Featured Post 4 Description." /></a></li>

</ul>

6.Simpan dan lihat hasilnya
Ket:Untuk kode yang diberi warna merah ganti dengan URL/link gambar sobat dan warna biru untuk judul dan deskripsi gambar agar bisa di indeks oleh mesin pencari Google dll.
 Slide Show di blog sahabat telah jadi, menarik bukan.Semoga memberikan manfaat ya sahabat pemikir cerdas.

Tutorial Membuat Slide Show Foto di Blogspot

sumber: http://roningasinanblog.blogspot.com/2012/02/cara-membuat-slide-show-foto-di-blogger.html

Tuesday, December 17, 2013

Cerpen Cinta -  Perjuangan Cinta Seorang Istri

Cerpen Cinta - Perjuangan Cinta Seorang Istri


Cerpen Cinta -  Perjuangan Cinta Seorang Istri 

Sahabr pemikir cerdas lagi dan lagi PC share Cerpen cinta kepada sahabat. Soal cinta memang menarik untuk diulas sahabat.Dalam cerpen ini menceritakan perjuangan cinta seorang istri pada suaminya sahabat. Cerpen ini memberikan kita pengetahuan Apa yang harus ada dalam berkeluarga.  Jadi ceritanya itu semuanya berawal dari sebuah rumah mewah di pinggiran desa, yg mana hiduplah disana sepasang suami istri, sebut saja Pak Andre dan Bu Rina.
Pak Andre adalah anak tunggal keturunan orang terpandang di desa itu, sedangkan Bu Rina adalah anak orang biasa. Namun demikian kedua orang tua Pak Andre, sangat menyayangi menantu satu-satunya itu. Karena selain rajin, patuh dan taat beribadah, Bu Rina juga sudah tidak punya saudara dan orang tua lagi. Mereka semua menjadi salah satu korban gempa beberapa tahun yg lalu.

Sekilas orang memandang, mereka adalah pasangan yg sangat harmonis. Para tetangganya pun tahu bagaimana mereka dulu merintis usaha dari kecil untuk mencapai kehidupan mapan seperti sekarang ini. Sayangnya, pasangan itu belum lengkap.

Dalam kurun waktu sepuluh tahun usia pernikahannya, mereka belum juga dikaruniai seorang anakpun. Akibatnya Pak Andre putus asa hingga walau masih sangat cinta, dia berniat untukmenceraikan sang istri, yg dianggabnya tidak mampu memberikan keturunan sebagai penerus generasi. Setelah melalui perdebatan sengit, dengan sangat sedih dan duka yg mendalam, akhirnya Bu Rina pun menyerah pada keputusan suaminya untuk tetap bercerai.

Sambil menahan perasaan yg tidak menentu, suami istri itupun menyampaikan rencana perceraian tersebut kepada orang tuanya. Orang tuanya pun menentang keras, sangat tidak setuju, tapi tampaknya keputusan Pak Andre sudah bulat. Dia tetap akan menceraikan Bu Rina.

Setelah berdebat cukup lama dan alot, akhirnya dengan berat hati kedua orang tua itu menyetujui perceraian tersebut dengan satu syarat, yaitu agar perceraian itu juga diselenggarakan dalam sebuah pesta yg sama besar seperti besarnya pesta saat mereka menikah dulu.
Karena tak ingin mengecewakan kedua orang tuanya, maka persyaratan itu pun disetujui.

Beberapa hari kemudian, pesta diselenggarakan. Saya berani sumpah bahwa itu adalah sebuah pesta yg sangat tidak membahagiakan bagi siapapun yg hadir. Pak Andre nampak tertekan, stres dan terus menenggak minuman beralkohol sampai mabuk dan sempoyongan. Sementara Bu Rina tampak terus melamun dan sesekali mengusap air mata nelangsa di pipinya.
Di sela mabuknya itu tiba-tiba Pak Andre berdiri tegap dan berkata lantang,

"Istriku, saat kamu pergi nanti... ambil saja dan bawalah serta semua barang berharga atau apapun itu yg kamu suka dan kamu sayangi selama ini..!"
Setelah berkata demikian, tak lama kemudian ia semakin mabuk dan akhirnya tak sadarkan diri.

Keesokan harinya, seusai pesta, Pak Andre terbangun dengan kepala yg masih berdenyut-denyut berat. Dia merasa asing dengan keadaan disekelilingnya, tak banyak yg dikenalnya kecuali satu. Rina istrinya, yg masih sangat ia cintai, sosok yg selama bertahun-tahun ini menemani hidupnya.
Maka, dia pun lalu bertanya,

"Ada dimakah aku..? Sepertinya ini bukan kamar kita..? Apakah aku masih mabuk dan bermimpi..? Tolong jelaskan..."

Bu Rina pun lalu menatap suaminya penuh cinta, dan dengan mata berkaca dia menjawab,
"Suamiku... ini dirumah peninggalan orang tuaku, dan mereka itu para tetangga. Kemaren kamu bilang di depan semua orang bahwa aku boleh membawa apa saja yg aku mau dan aku sayangi. Dan perlu kamu tahu, di dunia ini tidak ada satu barangpun yg berharga dan aku cintai dengan sepenuh hati kecuali kamu. Karena itulah kamu sekarang kubawa serta kemanapun aku pergi. Ingat, kamu sudah berjanji dalam pesta itu..!"

Dengan perasaan terkejut setelah tertegun sejenak dan sesaat tersadar, Pak Andre pun lalu bangun dan kemudian memeluk istrinya erat dan cukup lama sambil terdiam. Bu Rina pun hanya bisa pasrah tanpa mampu membalas pelukannya. Ia biarkan kedua tangannya tetap lemas, lurus sejajar dengan tubuh kurusnya.

"Maafkan aku istriku, aku sungguh bodoh dan tidak menyadari bahwa ternyata sebegitu dalamnya cintamu buat aku. Sehingga walau aku telah menyakitimu dan berniat menceraikanmu sekalipun, kamu masih tetap mau membawa serta diriku bersamamu dalam keadaan apapun..."

Kedua suami istri itupun akhirnya ikhlas berpelukan dan saling bertangisan melampiaskan penyesalannya masing-masing. Mereka akhirnya mengikat janji (lagi) berdua untuk tetap saling mencintai hingga ajal memisahkannya.
Yup... till death do apart..! Subhanallah...#.#.#

Tahukah sahabat , apa yg dapat kita pelajari dari kisah di atas?
Kalau menurut Kang Sugeng sih begini, tujuan utama dari sebuah pernikahan itu bukan hanya untuk menghasilkan keturunan, meski diakui mendapatkan buah hati itu adalah dambaan setiap pasangan suami istri, tapi sebenarnya masih banyak hal-hal lain yg juga perlu diselami dalam hidup berumah-tangga.
Untuk itu rasanya kita perlu menyegarkan kembali tujuan kita dalam menikah yaitu peneguhan janji sepasang suami istri untuk saling mencintai, saling menjaga baik dalam keadaan suka maupun duka. Melalui kesadaran tersebut, apapun kondisi rumah tangga yg kita jalani akan menemukan suatu solusi. Sebab proses menemukan solusi dengan berlandaskan kasih sayang ketika menghadapi sebuah masalah, sebenarnya merupakan salah satu kunci keharmonisan rumah tangga kita.

"Harta dalam rumah tangga itu bukanlah terletak dari banyaknya tumpukan materi yg dimiliki, namun dari rasa kasih sayang dan cinta pasangan suami istri yg terdapat dalam keluarga tersebut. Maka jagalah harta keluarga yg sangat berharga itu..!"

Nah sahabat semoga cerpen ini dapat memberikan kita pelajaran. Ambil pesan yang baik ya sahabat dari cerpen ini.

Cerpen Cinta -  Perjuangan Cinta Seorang Istri

Sumber: http://www.ikutikutan.com/2010/01/kisah-nyata-perjuangan-cinta-seorang.html

Wednesday, December 4, 2013

Cerpen Cinta - Cinta Yang Tidak Bertepi

Cerpen Cinta - Cinta Yang Tidak Bertepi

Cerpen Cinta - Cinta Yang Tidak Bertepi

Sahabat pemikir cerdas Cerpen kali ini bisa menjadi cerpen cinta dan cerpen motivasi diri. Agar mendapatkan pesannya kali sahabat bisa putar lagu melow hihihih. Siapkan juga tisu sahabat jika ada, ini serius lho sahabat hihihi. Berikut kisah atau cerita sedih yang dapat memotivasi sahabat dalam menjalani kehidupan berumah tangga, Kisah mengharukan atau kisah sedih ini tentang perjalanan
cinta seorang istri yang tak pernah mencintai suaminya selama 10 tahun perjalanan pernikahannya hingga sang Suami meninggal dunia, dan akhirnya ia menyadari betapa besar cinta dan kasih sayang yang diberikan sang suami untuknya selama ini, dulu ia menghabiskan sepuluh tahun untuk membenci suaminya, tetapi setelah Suaminya tiada Ia menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupnya untuk mencintai sang Suami.

Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.

Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.

Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.

Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.

Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.

Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.

Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.

Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.

Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.

“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.

Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”

“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.

Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.
Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi,  ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.

Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.

Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.

Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.

Saat  pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.

Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.

Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya  dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.

Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.

Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.

Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.

Istriku Liliana tersayang,
Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.
Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.

Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.

Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!

Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.

Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.
Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.

Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”

Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”
Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”

Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”

Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus

Sahabat hapus dong tetes air matanya... Ambil tisu ....  Isi suratnya sangat menyentuh ya sahabat. semoga cerita ini dapat memberikan motivasi kepada sahabat dalam menjalani hidup. Tidak hanya dalam masalah CINTA, tetapi pada lingkungan tempat kita berada sahabat. Sahabat mohon maaf ya lupa sumber diambil dimana. Untuk penulisnya PC ucapkan terimakasih sangat memberikan motivasi, semoga amalnya mengalir terus. PC hanya bisa share ,Semoga memberikan manfaat untuk sahabat yang membacanya.

Cerpen Cinta - Cinta Yang Tidak Bertepi