Wednesday, August 31, 2011

Salam Sejahtera Untuk Kita Semua

Salam Sejahtera Untuk Kita Semua

Salam Sejahtera Untuk Kita Semua
Sahabat cerpenhik dalam cerpen berikut terdapat sifat yang sangat mulia sahabat. Diharapkan para sahabat bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Nah lansung aja deh keceritanya
Adzan maghrib berkumandang, waktu berbuka puasa pun tiba.

Tapi sore itu saya masih berada di angkot, duduk di pojok berhadapan dengan lelaki paruh baya. Lelaki itu, serta merta mengeluarkan sebuah minuman kemasan rasa jeruk dari dalam tasnya.

Untuknya berbuka puasa, pikir saya. Tapi ternyata, “Silahkan berbuka, sudah masuk waktunya,” sambil menyodorkan minuman itu ke arah saya.

Belum sempat saya menolaknya, ia sudah mengeluarkan beberapa gelas minuman kemasan yang sama, kemudian dibagikan kepada seluruh penumpang dalam angkot, termasuk seorang mahasiswa di sebelahnya.

Mahasiswa itu, seorang non muslim. Dengan sangat sopan ia menolak pemberian lelaki paruh baya itu. “Saya bukan muslim, saya tidak berpuasa, terima kasih,” ujarnya sopan.

Lelaki itu dengan sikap sopan tetap menyodorkan minuman itu, “Ini bulan berkah, keberkahan puasa bukan hanya untuk kami yang muslim, bahkan juga untuk saudara kami diluar muslim,” kata-kata itu teramat menyentuh batin saya, dan saya yakin juga bagi mahasiswa itu.

“Nama saya Muslim” begitu ia memperkenalkan dirinya kepada saya. Nama yang sangat mewakili perbuatannya. Islam sebagai rahmat bagi semesta alam, dan seorang muslim semestinya menjadi rahmat bagi semua orang, tidak terkecuali.

Seorang muslim ialah yang senantiasa menebar kasih sayang kepada sesama, tak peduli ia berbeda agama. Dan Pak Muslim telah mengajarkan langsung kan hal-hal yang selama ini masih sering menjadi materi dasar di berbagai pengajian dan forum keagamaan yang kita ikuti.

Pak Muslim bukan seorang ustadz, bukan ulama, dia juga tidak banyak berbicara di atas mimbar, di televisi, tapi apa yang baru saja dilakukannya di hadapan saya, jauh lebih mengagumkan dari sekadar kata-kata indah yang terumbar di berbagai mimbar dan corong pengeras suara.

Sungguh saya malu, terlalu sering berbicara dan tak berupaya mengimbanginya dengan amal nyata. Kalau mau dihitung, sedikit sekali yang sudah saya kerjakan untuk membuktikan betapa Islam itu benar-benar menjadi rahmat bagi seluruh alam, bagi semua umat, tidak terkecuali.Jati diri seorang muslim bukan ditunjukkan dengan simbol, bendera dan kata-kata. Sesungguhnya, jati diri itu tertanam dalam jiwa yang kemudian tercermin dalam perilaku dan perbuatannya sehar-hari.

Pakaian yang kita kenakan hanya menunjukkan fisik kemusliman kita, tapi kesejatian seorang muslim lebih dipancarkan dari kebaikan-kebaikan yang kita kerjakan. Pakaian seorang muslim yang sebenarnya, adalah kata-kata yang baik dan perbuatan yang mengandung keberkahan bagi siapa saja, tidak terkecuali.

Nama saya bukan Muslim, tapi saya seorang muslim. Semoga saya bisa seperti Pak Muslim.Semoga....

Saturday, August 27, 2011

Cerpen Sedih-Seandainya Ini Hari Terakhir Saya

Cerpen Sedih-Seandainya Ini Hari Terakhir Saya

Seandainya Ini Hari Terakhir Saya
Sahabat berikut ada sebuah cerita dari sahabat kita Bayu Gawtama. Berikut ceritanya sahabat,semoga cerita ini memberikan banyak manfaat untuk kita semua.
 Sepertinya, Ini Hari Terakhir Saya
Tetapi saya masih terus menikmati keterlenaan dan menunda-nunda amal baik. Semestinya diri ini berpacu dengan waktu yang semakin dekat, agar lebih banyak lagi kebaikan yang terbuat. Bukankah saya teramat tahu, manusia yang berhak tersenyum di akhirat kelak ialah yang paling banyak timbangan amal kebaikannya? Lalu kenapa diri ini masih banyak berdiam diri, meski terbentang luas hamparan ladang amal di depan saya. Anak-anak yatim masih terlantar, masjid-masjid lebih sering menyendiri, dan fakir miskin terus bertambah.

Semakin hari, semakin saya merasa bahwa waktu yang diberikan Allah buat diri ini semakin berkurang. Masanya semakin dekat bagi saya, dan saya kira tidak berapa lama lagi utusan Allah akan berkunjung. Tetapi saya masih merasa tenang, tidak sedikit pun ada ketakutan menghadapinya. Padahal saya teramat sadar, jikalah malaikat melihat tas bekal takwa yang saya punya, teramat malulah diri. Sangat jauh dari cukup perbekalan yang sudah saya persiapkan untuk menuju kampung akhirat. Sebuah perjalanan yang teramat jauh dan memerlukan bekal sebanyak-banyaknya, namun saya tak pernah berusaha memenuhi tas bekal itu. Akankah saya menghadap-Nya dengan berbagai kekurangan ini?

Pakaian yang saya kenakan saat ini begitu compang-camping, tak terhitung lubang dan koyak yang belum sempat tertambal. Tak malukah saya bertemu dengan Allah yang Maha Agung dengan pakaian yang penuh noda? Tak terbilang dosa yang saya perbuat selama hidup, tak mampu terhitung kesalahan yang disengaja maupun yang tak tersengaja, belum banyak kebaikan yang saya perbuat untuk menambal keburukan yang semakin pekat memenuhi wajah ini. Padahal, hanya dengan memperbanyak kebaikan lah noda-noda hitam itu bisa terhapus, segala koyak dan lubang di pakaian diri kembali terjahit. Hari ini, mungkin hari terakhir saya, tapi teramat banyak koyak yang belum tertambal.

Malam nanti, bisa jadi terakhir kalinya saya menikmati indahnya rembulan, dan bintang-bintang di sekitarnya, sambil merasai kesejukan angin malam. Saya tahu, bisa jadi, disaat saya tengah menikmati malam inilah malaikat Izrail datang dan mengajak serta diri ini menghadap Sang Khalik. Semestinya saya lebih sering menghiasi malam-malam saya dengan bersujud, membasahi bibir ini dengan lebih sering menyebut nama-Nya. Sudah sering saya dengar, bahwa Allah senang kepada hamba yang menyebut-nyebut nama-Nya.

Nyatanya, saya belum benar-benar siap jika hari ini Dia menghendaki saya bertemu-Nya. Tak banyak kebaikan yang membuat saya merasa percaya diri menghadap-Nya saat ini. Belum bersih benar wajah ini dari noda kehitaman akibat sekian banyak kesalahan yang belum sempat saya menghapusnya dengan amal shalih, teramat tak pantas untuk bersua dengan wajah agung milik-Nya. Meski sudah berusaha menambal setiap koyak di pakaian, namun masih saja tangan ini berbuat alpa dan kekeliruan sehingga menyebabkan koyak yang lebih banyak lagi. Padahal, pakaian terbaik lah yang harus saya kenakan saat bertemu-Nya nanti. Dan terpenting dari itu semua, nampaknya Allah masih belum bisa tersenyum dengan ibadah-ibadah saya yang seadanya, seperlunya, sekadarnya dan sesempatnya.

Tuhan, semoga hari ini bukan hari terakhir saya. Belum cukup bekal takwa yang saya persiapkan menuju-Mu, tak satupun amal unggulan yang bakal saya persembahkan di hadapan-Mu. Tapi, jika memang ini hari terakhir bagi saya, maka ampunilah diri ini. Jika ampunan-Mu tak saya dapati, malanglah diri ini sungguh.

Friday, August 26, 2011

Cerpen Persahabatan - 1001 Kelereng

Cerpen Persahabatan - 1001 Kelereng

Cerpen Persahabatan - 1001 Kelereng
Sahabat kelereng tidak hanya sebagai mainan kini sahabat ,tetapi kini bisa sebagai alat hitung.  bingung ya sahabat.. nah untuk jelasnya simak cerita berikut ini.
Makin tua, aku makin menikmati Sabtu pagi. Mungkin karena adanya keheningan sunyi senyap sebab aku yang pertama bangun pagi, atau mungkin juga karena tak terkira gembiraku sebab tak usah masuk kerja. Apapun alasannya, beberapa jam pertama Sabtu pagi amat menyenangkan.

Beberapa minggu yang lalu, aku agak memaksa diriku ke dapur dengan membawa secangkir kopi hangat di satu tangan dan koran pagi itu di tangan lainnya. Apa yang biasa saya lakukan di Sabtu pagi, berubah menjadi saat yang tak terlupakan dalam hidup ini. Begini kisahnya.

Aku keraskan suara radioku untuk mendengarkan suatu acara Bincang-bincang Sabtu Pagi. Aku dengar seseorang agak tua dengan suara emasnya. Ia sedang berbicara mengenai seribu kelereng kepada seseorang di telpon yang dipanggil “Tom”. Aku tergelitik dan duduk ingin mendengarkan apa obrolannya.

“Dengar Tom, kedengarannya kau memang sibuk dengan pekerjamu. Aku yakin mereka menggajimu cukup banyak, tapi kan sangat sayang sekali kau harus meninggalkan rumah dan keluargamu terlalu sering. Sulit kupercaya kok ada anak muda yang harus bekerja 60 atau 70 jam seminggunya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk menonton pertunjukan tarian putrimu pun kau tak sempat”.

Ia melanjutkan : “Biar kuceritakan ini, Tom, sesuatu yang membantuku mengatur dan menjaga prioritas apa yang yang harus kulakukan dalam hidupku”.

Lalu mulailah ia menerangkan teori “seribu kelereng” nya.” Begini Tom, suatu hari aku duduk-duduk dan mulai menghiitung-hitung. Kan umumnya orang rata-rata hidup 75 tahun. Ya aku tahu, ada yang lebih dan ada yang kurang, tapi secara rata-rata umumnya kan sekitar 75 tahun. Lalu, aku kalikan 75 ini dengan 52 dan mendapatkan angka 3900 yang merupakan jumlah semua hari Sabtu yang rata-rata dimiliki seseorang selama hidupnya. Sekarang perhatikan benar-benar Tom, aku mau beranjak ke hal yang lebih penting”.

“Tahu tidak, setelah aku berumur 55 tahun baru terpikir olehku semua detail ini”, sambungnya, “dan pada saat itu aku kan sudah melewatkan 2800 hari Sabtu. Aku terbiasa memikirkan, andaikata aku bisa hidup sampai 75 tahun, maka buatku cuma tersisa sekitar 1000 hari Sabtu yang masih bisa kunikmati”.

“Lalu aku pergi ketoko mainan dan membeli tiap butir kelereng yang ada. Aku butuh mengunjungi tiga toko, baru bisa mendapatkan 1000 kelereng itu. Kubawa pulang, kumasukkan dalam sebuah kotak plastik bening besar yang kuletakkan di tempat kerjaku, di samping radio. Setiap Sabtu sejak itu, aku selalu ambil sebutir kelereng dan membuangnya”.

“Aku alami, bahwa dengan mengawasi kelereng-kelereng itu menghilang, aku lebih memfokuskan diri pada hal-hal yang betul-betul penting dalam hidupku. Sungguh, tak ada yang lebih berharga daripada mengamati waktumu di dunia ini menghilang dan berkurang, untuk menolongmu membenahi dan meluruskan segala prioritas hidupmu”.

“Sekarang aku ingin memberikan pesan terakhir sebelum kuputuskan teleponmu dan mengajak keluar istriku tersayang untuk sarapan pagi. Pagi ini, kelereng terakhirku telah kuambil, kukeluarkan dari kotaknya. Aku berfikir, kalau aku sampai bertahan hingga Sabtu yang akan datang, maka Allah telah meberi aku dengan sedikit waktu tambahan ekstra untuk kuhabiskan dengan orang-orang yang kusayangi”.

“Senang sekali bisa berbicara denganmu, Tom. Aku harap kau bisa melewatkan lebih banyak waktu dengan orang-orang yang kau kasihi, dan aku berharap suatu saat bisa berjumpa denganmu. Selamat pagi!”

Saat dia berhenti, begitu sunyi hening, jatuhnya satu jarumpun bisa terdengar ! Untuk sejenak, bahkan moderator acara itupun membisu. Mungkin ia mau memberi para pendengarnya, kesempatan untuk memikirkan segalanya. Sebenarnya aku sudah merencanakan mau bekerja pagi itu, tetapi aku ganti acara, aku naik ke atas dan membangunkan istriku dengan sebuah kecupan.

“Ayo sayang, kuajak kau dan anak-anak ke luar, pergi sarapan”. “Lho, ada apa ini…?”, tanyanya tersenyum. “Ah, tidak ada apa-apa, tidak ada yang spesial”, jawabku, “Kan sudah cukup lama kita tidak melewatkan hari Sabtu dengan anak-anak ? Oh ya, nanti kita berhenti juga di toko mainan ya? Aku butuh beli kelereng.”

Sumber: Unknown (Tidak Diketahui)
Dikutip dari Indonesian groups

Dari setiap satu kelereng yang telah terbuang, apakah yang telah anda dapatkan ?

Apakah ……..
kesedihan
keraguan
kebosanan
rasa marah
putus asa
hambatan
permusuhan
pesimis
kegagalan ?

ataukah …….
kebahagiaan
kepercayaan
antusias
cinta kasih
motivasi
peluang
persahabatan
optimis
kesuksesan ?

Waktu akan berlalu dengan cepat. Tidak banyak kelereng yang tersisa dalam kantong anda saat ini. Gunakan secara bijak untuk memberikan kebahagiaan yang lebih baik bagi anda sendiri, keluarga, dan lingkungan anda.

Thursday, August 25, 2011

Cerpen Motivasi - Tak Ada Jalan Pintas

Cerpen Motivasi - Tak Ada Jalan Pintas

Cerpen Motivasi - Tak Ada Jalan Pintas
Sahabat Keberhasilan tak diperoleh begitu saja. Butuh perjuangan untuk mendapatkan keberhasilan sahabat.KeberhasilanIa adalah buah dari pohon kerja keras yang berjuang untuk tumbuh.

Jangan terlalu berharap pada kemujuran. Apakah kalian tahu apa itu kemujuran? Apakah kalian dapat mendatangkan kemujuran sesuai keinginan kalian? Padahal kita tahu, kita tak selalu mampu menjelaskan dari mana datangnya.

Sadarilah bahwa segala sesuatu berjalan secara alami dan semestinya.

Layaknya proses mendaki tangga, kalian melangkahkan kaki kalian melalui anak tangga satu per satu.

Tak perlu repot-repot membuang waktu kalian untuk mencari jalan pintas, karena memang tak ada jalan pintas.

Sesungguhnya kemudahan jalan pintas itu takkan pernah memberikan kepuasan sejati. Untuk apa kalian berhasil jika kalian tak merasa puas?

Hargailah setiap langkah kecil yang membawa anda maju.

Janganlah melangkah dengan ketergesaan, karena ketergesaan adalah beban yang memberati langkah saja.

Amatilah jalan lurus kalian. Tak peduli bergelombang maupun berbatu, selama kalian yakin berada di jalan yang tepat, maka melangkahlah terus.

Ketahuilah, jalan yang tepat itu adalah jalan yang menuntun kalian menjadi diri kalian sendiri.

Monday, August 22, 2011

Cerpen Cinta - Si Tajir & Tukang Becak

Cerpen Cinta - Si Tajir & Tukang Becak

Cerpen Cinta - SI TAJIR & TUKANG BECAK 
Assalamualaikum.
Sahabat ini adalah sebuah kisah yang sangat penuh dengan hikmah,ilmu.Kuatnya iman seorang tukang becak.oke dech, lansung aja keceritanya, cerita tentang si tajir dan seorang tukang becak.Pada suatu hari Si tajir yang shalih dan berprofesi sebagai pengusaha sukses sedang menginap di sebuah hotel mewah berbintang lima disemarang. Usai melakukan qiyamul-lail yang sudah menjadi rutinitasnya, ia bergegas ke luar hotel untuk mencari masjid terdekat untuk shalat Shubuh berjamaah. Waktu saat itu menunjukkan bahwa waktu adzan Shubuh kira-kira setengah jam ke depan. Sehingga Ia ingin jalan-jalan sebentar sebelum sholat shubuh.

Begitu Ia keluar dari lobby hotel, Si Tajir pun meminta kepada tukang becak yang bernama Ibnu untuk mengantar keliling Semarang. Kira-kira belasan menit sudah Ibnu mengayuhkan pedal becak, sayup-sayup terdengar suara tarhim yang mengisyaratkan waktu shubuh akan tiba.

Sejurus itu Ibnu berkata santun kepada penumpangnya, "Mohon maaf ya pak, boleh tidak bapak saya pindahkan ke becak lain??" Si Tajir membalas, "Memangnya bapak mau kemana?" "Mohon maaf pak, saya mau pergi ke masjid!" jawab Ibnu.

Terus terang Si tajir yang salih itu pun kagum atas jawaban Ibnu sang tukang becak, namun ia ingin mencari alasan mengapa Ibnu sedemikian hebat kemauannya hingga ingin pergi ke masjid. "Kenapa harus pergi ke masjid pak Ibnu?" tanyanya. Ibnu dengan polos menjawab, "Saya sudah lama bertekad untuk mengumandangkan adzan di masjid agar orang-orang bangun dan melaksanakan shalat Shubuh. Sayang khan Pak kalau kita tidak shalat Shubuh" jelas Ibnu singkat.

Jawaban ini semakin membuatnya bertambah kagum. Namun Ia belum begitu puas sehingga ia melontarkan pertanyaan yang menggoyah keimanan Ibnu. "Pak Ibnu, bagaimana kalau pak Ibnu tidak usah ke masjid tapi pak Ibnu temani saya saha keliling-keliling kota dan saya akan membayar Rp 700 ribu sebagai imbalannya!" Dengan santun Ibnu menolak tawaran itu, dengan mengatakan bahwa shalat sunnah Fajar itu lebih mahal daripada dunia beserta isinya!"

Ia terkejut dan begitu takjub atas ketaatan Ibnu. Bahkan ketika Si Tajir itu memberikan tawaran dua kali lipat, tetap saja Ibnu menolak. Kekaguman pun membawanya menyadari bahwa ada pelajaran berarti yang sedang ia dapati dari seorang guru kehidupan bernama Ibnu .

Beberapa saat kemudian, Ibnu dan Si Tajir pun tiba di salah satu masjid. Usai sholat dan puas berdoa. Si tajir yang bernama Pak bento itu lalu berdiri dan menghampiri tubuh Ibnu. Ia gamit tangan Ibnu untuk berjabat lalu memeluk tubuhnya dengan erat. Sementara Ibnu belum mengerti apa maksud perbuatan yang dilakukan Si tajir.

Dalam pelukan itu Bento membisikkan kalimat ke telinga Ibnu, "Mohon pak Ibnu tidak menolak tawaran saya kali ini. Dalam doa munajat kepada Allah tadi saya sudah bernazar untuk memberangkatkan pak Ibnu berhaji tahun ini ke Baitullah... ., Mohon bapak jangan menolak tawaran saya ini.

Subhanallah. ... Bagai kilat yang menyambar. Betapa hati Ibnu teramat kaget mendengar penuturan Bento. Kini Ibnu pun mengeratkan pelukan ke tubuh Pak bento dan ia berkata, "Subhanallah walhamdulillah. ... terima kasih ya Allah.... terima kasih pak bento..... !" Matanya berkaca-kaca..

Begitulah cerita singkat tentang si tajir dan seorang tukang becak yang memiliki kebulatan tekad dan prinsip yang benar-benar ia lakukan dengan sepenuh hati. Tidak menjadi masalah jika seorang harus bergelut dengan kemiskinan, tetapi yang terpenting Ia harus memiliki akhlak yang baik dan prinsip  beragama yang benar-benar dia jalankan.
Kadang kita melihat begitu banyak orang yang segaja meninggalkan solat walaupun ia tahu itu wajib, entah apa yang ada dalam fikiran mereka tersebut, Padahal, Solat itu jelas-jelas kewajiban bagi orang Islam. Dan Allah SWT menyeru kita untuk menjadikan sabar dan solat sebagai penolong kita. Semoga Sang Pencipta senantiasa mencurahkan rahmat dan kasih sayangnya kepada kita karna sebagai manusia kita hanya bisa berdoa dan berikhtiar ...Makasih Sobat2 udah mau baca .. ^_^