Tuesday, August 5, 2014

Tips-Tips mengerjakan Skripsi

Tips-Tips mengerjakan Skripsi

Tips Skripsi
Salam semangat sahabat pemikir cerdas, tulisan kali ini tentang tips-tips  mengerjakan skripsi:
Ø    Usahakan dapat pembimbing skripsi yang klop dengan kamu.
Pembimbing skripsi yang klop dengan kamu dapat memudahkanmu untuk berkomunikasi dan berdiskusi dengan beliau. Saat kamu tidak nyaman dengan seseorang maka motivasmu untuk menyelesaikan skripsi bisa berkurang. Selain itu ketidakcocokan itu dapat membuat kamu tidak leluasa menyampaikan ide-ide atau keluhan kepada beliau.
Ø    Kenali bagaimana tipe pembimbingmu dan beradaptasilah dengan beliau. Jika kamu sudah mengenal pembimbingmu, maka kamu tidak akan canggung lagi berinteraksi dengan beliau dan tidak takut salah sikap.
Ø    Ikuti aturan main pembimbing
Jika kamu dapat pembimbing yang disiplin dan tidak mempersulit mahasiswanya dalam menyelesaikan skripsi, maka kamu harus mengikuti aturan yang dibuat beliau, misalnya selesaikan semua tugas sesuai jadwal dan buat dengan baik, jangan ragu bertanya kalau kamu menemui kesulitan, belajarlah terlebih dahulu sebelum kamu menanyakan kepada pembimbing tentang hal yang tidak kamu mengerti, setelah kamu merasa tidak mampu lagi baru kamu bertanya kepada beliau. Namun jika kamu mendapatkan pembimbing yang banyak ide sehingga beliau memberikan ide yang berbeda beda setiap pertemuan maka kamu harus cepat mengambil keputusan untuk membuat topik tentang apa dan kamu rancang sebaik mungkin sehingga pembimbing merasa ide kamu bagus dan beliau tidak lagi memberikan ide yang berbeda-beda.
Ø    Pada dasarnya semua pembimbing ingin anak bimbingannya berhasil, namun dalam menghadapi pembimbing kamu harus bijak. Jagalah sikapmu agar pembimbing skripsi tidak merasa kecewa dengan hasil kerjamu, tunjukkan pada beliau kalau kamu sungguh-sungguh dalam membuat skripsi dan lakukan prosesnya dengan baik, cepat, dan teliti.
Ø    Dalam proses bimbingan jangan sesekali malu bertanya kepada pembimbing, karena hal itu akan memicu timbulnya kesalahpahaman tentang suatu hal yang telah didiskusikan. Jika terjadi kesalahpahaman maka kamulah yang akan rugi karena yang kamu kerjakan tidak sesuai dengan yang seharusnya sehingga waktumu telah terbuang sia-sia.
Ø    Jika skripsimu menggunakan data yang banyak, maka telitilah dalam menginput data. Setelah data diinput kamu harus memeriksa apakah data tersebut sudah benar atau ada yang keliru. Ceklah datamu minimal dua kali.
Ø    Dalam pembuatan skripsi hal yang paling harus dijaga adalah kesehatan dan Semangat. Jaga kesehatan itu dengan makan tepat waktu, jangan sampai terlambat makan karena kamu keasikan mengerjakan skripsi. Minumlah air putih dan sayur secukupnya. Jika kamu tidak menjaga kesehatan maka kamu akan kehilangan banyak waktu. Bagaimana menjaga semangat? Pertama yang harus dilakukan adalah permanenkanlah tekadmu untuk wisuda secepatnya dan ingat orang tua yang telah bersusah payah mencari uang untuk biaya kuliah. Kamu jangan mengikuti teman tapi buatlah gaya sendiri dalam menyelesaikan skripsimu. Skripsi adalah tugas akhir yang akan selesai kalau kamu buat dengan sungguh-sungguh. Tidak harus ada teman untuk kamu mencari data atau melakukan survey. Masa akhir diperkuliahan kita dituntut mandiri, karena mayoritas teman-teman juga akan sibuk dengan skripsi mereka. Semangat dapat dijaga juga dengan perkuat ibadah, dekatkan diri lebih dekat dengan Tuhanmu. Dengan begitu kamu akan merasa lebih baik.
Ø    Hal yang paling penting dalam skripsi selanjutnya adalah do’a orang tua. Mintalah orangtuamu senantiasa mendoakanmu. Karena Ridho Allah bergantung pada ridho orang tua.
Semoga tips-tips diatas dapat bermanfaat bagi sahabat pemikir cerdas. Skripsi adalah tugas yang membutuhkan keinginan kuat untuk menyelesaikannya. Timbulkanlah keinginan tersebut maka seluruh tubuhmu akan mendorongmu untuk menyelesaikannya, bahkan jika kamu tidak terbiasa begadang dan harus sakit kepala karena kurang tidur. Semuanya itu adalah proses. Sahabat pemikir cerdas, didunia ini tidak ada yang tidak bisa, kamu hanya perlu memiliki tiga hal untuk bisa melakukannya yaitu menjadi orang yang beretika, logis, dan kerja keras. 

  Tips-Tips mengerjakan Skripsi

Saturday, August 2, 2014

Semu ini

Semu ini

Senyuman terindah
Mata
Mata yang ingin selalu melihatmu
hati
hati yang merasi kerinduan
Mungkin aku harus lari
mungkin aku harus lupa
mungkin hati ini harus kuat
Kuat seperti baja
dan kuat seperti sinar mentari
Kenapa?
Karena merindu
karena melihatmu
karena bersamamu adalah semu
Semu itu
semu yang tak bisa aku gapai
semu yang hanya ada dalam angan tanpa asa
Sekarang aku tau
ku mengerti
Pertemuan tak selalu baik
pertemuan tak selalu bahagia
Apakah mengajarkan atau diajarkan?
Tapi semua ini berkesan

Salam semangat sahabat pemikir cerdas. Semoga kita selalu bisa mendapat hikmah dari setiap pertemuan yang terjadi dan bisa melakukan hal terbaik di setiap moment. 

Friday, April 18, 2014

Cerpen Cinta - Kekasih-kekasih

Cerpen Cinta - Kekasih-kekasih

Hari ini kita kembali ditemani oleh cerpen kiriman dari sahabat kita Childiesh. Mimin merasa banyak juga ni dari sahabat yang lain menantikan kiriman cerpen dari childiesh :D. Kiriman kali ini bertajuk Cerpen cinta sahabat. Tanpa memperpanjang kata mukadimah yoookkkk lansung aja kita baca sahabat.
Kekasih

Cerpen Cinta - Kekasih-kekasih

Di balik jendela rumahku yang tak berkaca. Kutemui matahari pagi tersenyum kepadaku seraya awan pamit terusik oleh burung kecil dengan tarian di atas tangkai-tangkai yang barusan bergaun air hujan semalaman. Aku belum beranjak dari tempatku, seseorang memanggil namaku dari bilik kamar.
“Ima……!
Ada apa?” jawabku.
“Ima, tolong bapak nak”
Suara itu adalah lelaki yang telah membesarkanku. Tanpa menunggu lama aku meninggalkan pemandangan pagi itu. Aku tak mendengar lagi cerita burung pada matahari terbit pagi itu.
“Kenapa pak”
“Tubuhku sangat terasa dingin nak”
Selimut yang tidak terlipat rapi di sampingnya langsung aku tarik dan menutupi tubuhnya. Matanya menatap sayup padaku. Seiring air matanya mengalir mewakili seribu bahasa yang ingin diungkapkan. Aku sentuh kesepuluh jari-jari kakinya. Dingin, yah sampai pergelangan kakinya terasa kurang bersahabat.
“Nak, tubuh bapak terasa sakit”
“Sakit?”
“Yah, entahlah bapak merasakan seribu rasa menjalar pada tiap lekuk tubuhku”. Tak lama kemudian, tubuhnya kaku dan tak bisa digerakkan. Matanya dipejamkan mencoba melawan dingin dan rasa ngilu di tubuhnya yang kian menjadi-jadi.
“Ima, tolong panggilkan ibumu nak. Bapak tidak tahan lagi”
“baik pak, aku akan segera memanggil ibu”
“Jangan lama yah?”
“baik pak!”
Air mataku menetes mengiringi langkah yang menemui ibuku di depan rumah.
“Bu, bapak bu”
“Ada apa nak?”
“bapak”
“Iya kenapa bapakmu nak?”
Belum aku menjawab, tiba-tiba ibu meninggalkanku. Dan bergegas menemui bapakku dengan tergesa-gesa. “Apakah kamu baik-baik saja?” hanya tubuhnya yang kian menggigil dengan suhu tubuh yang panas. Bibirnya pucat, tak memberikan sepersenpun jawaban dari pertanyaan yang baru dilontarkan ibuku. Aku tak hanya berdiam diri. Tanganku kuletakkan pelan di atas pundak ibuku lalu mencoba untuk merayu nuraninya yang kelam. Bu, sebaiknya bapak dibawa ke rumah sakit saja. Karena, aku khawatir panasnya kian manjadi-jadi. “Betul nak”.
Tubuh pak sudarso dibawanya ke rumah sakit dengan kendaraan umum yang sempat melintas di depan rumahnya. Namun, sesampainya disana seorang suster mencoba memberikan penjelasan.
“Maaf bu, Dokter tidak datang”
“Kami rencana untuk mengopname dan kurasa bapak secepatnya mendapatkan pertolongan nak”. Tak lama kemudian Dokter Kudus Paulus Al Hangus Bin Taurus bertubuh kurus dan kulit yang tak mulus datang hanya memberikan resep.
Tiga hari kemudian penyakit bapakku belum juga sembuh sedangkan, SMS plus telpon dari pacarku selalu berdering dengan irama yang sama. Lelaki itu memintaku dalam kegiatan lembaga yang di gelutinya. “Apakah aku harus meninggalkan bapakku yang masih terbaring atau haruskah mengekori langkah rinduku menemui kak Abe’?”
Pertanyaan itu selalu saja hadir sebelum dan sesudah air mataku berpapasan dengan kebisuan waktu, ragu selalu datang dan akhirnya kami bertekad untuk membawa bapak ke rumah sakit yang lain. Belum juga tali inpus melekat di pergelangan bapakku, ucapan salam dari seseorang yang sangat dekat denganku datang melambung senja yang belum bersolek.
“Halo, apakah kamu baik-baik saja?”
“Kamu bersama siapa?”
“Ria, putri jomblo dan Irma”
“Oh ya, bukankah kalian akan berangkat bersama rombongan untuk melakukan bakti sosial di Bikeru?”
“Kurasa tidak, lagian kami ingin menemanimu”
Perkataan itu disertai anggukan manis dari Ria dan Irma yang lebih dulu menemuiku. Kebahagiaanku tidak bisa kulukiskan dengan sederet kata. Mereka memang sahabatku, saudaraku yang tak sempat bersamaku dalam rahim ibuku. Malam kami habiskan dengan curhat-curhatan. Pangeran yang mendampingi kami tak lupa juga di perbincangkan tentu kak Abe’ dan Kanda Rian. Meski aku sadari kalau Irma harus bersaing dengan empat perempuan. Yah, katakanlah Hela, Ine, Andil, dan wiwi. Sedangkan untuk Ria hanya menceritakan kisah anak-anaknya.
Akan tetapi, bumi belum juga berganti kulit ketiga sahabatku itu pamit padaku. Aku tercengan, rasa sedih dan kegalauan seketika datang menggerogoti hati kecilku yang baru memujinya. Entahlah, kini aku bersama adik dan ibuku mengapit tubuh bapakku. Namun, aku patut mensyukuri karena lelaki yang memintaku untuk ikut bersamanya memahamiku. Hingga akhirnya, beberapa hari kemudian kami sekeluarga pulang mengikuti anjuran Dokter. Walaupun aku terkadang tak bisa memahami bila usia kata tak terbilang seribu detik atau mungkinkah Tuhan membisikkan sesuatu pada perjalananku musim ini?. Ah, kurasa mereka kekasih-kekasihku.
Damayanti Childiesh

demikian Cerpen Cinta - Kekasih-kekasih  , untuk sahabat yang suka janganlupa kasih like dan share ya sahabat.

Monday, April 14, 2014

Cerpen Religi - Senja di Padang Ilalang

Cerpen Religi - Senja di Padang Ilalang

Buat sahabat yang masih menantikan cerpen kiriman dari Childiesh.... Ini dia cerpen kiriman dari Childiesh. Nah, kali ini tajuknya cerpen religi sahabat pemikir cerdas. " Senja di padang ilalang " MMmmmmm membaca judulnya saja sudah gimana .... gt.. Senja di padang ilalang kalau di tempat mimin merupakan salah satu lokasi favorit banyak orang untuk hunting. OK... yuk lansung saja kita baca cerpen kiriman dari sahabat kita Childiesh.
Senja di Padang Ilalang

Cerpen Religi - Senja di Padang Ilalang

       Senja hari ini begitu indah, semilir angin begitu merdu diikuti tarian lembut sang ilalang. Suasana ini mengingatkanku pada kejadian dua tahun yang lalu sebelum aku dirawat di rumah sakit karena koma. Entah mengapa hidupku langsung berubah drastis 360° bagaikan terhipnotis oleh dedi corbuzer. Hanya sepatah kata yang diucapkan oleh gadis berkerudung itu, hatiku langsung luluh lantah dibuatnya bagaikan tsunami yang menyerang Aceh pada saat itu. Suara lembut, dan kerudung berwarna hijau yang dipermainkan oleh angin membuat keanggunan seorang gadis soleha. Aku masih ingat saat itu aku masih berusia 16 tahun, belum masuk kategori dewasa bagi seorang laki-laki seperti saya. Saat itulah rasa ingin tahuku tentang segala hal muncul satu per satu menggerogoti kehidupanku. Apa yang seharusnya tidak dilakukan, terpaksa aku lakukan karena rasa keingintahuanku tentang hal-hal yang baru yang dapat merugikan diriku sendiri.
Saat itu di bawah pohon akasia dekat hamparan ilalang yang tak jauh dari kampung tempat dimana paman dan bibi tinggal, aku melampiaskan rasa sakit hatiku terhadap kedua orang tuaku yang tidak pernah peduli dengan keadaanku. Setiap aku frustasi dengan masalah yang aku hadapi dan tidak ada seorang pun yang mempedulikanku, hanya obat haram itulah yang selalu menemaniku dan menjadi sahabat sejatiku. Sulit untuk lepas dari pengaruh pil setan yang membuat tubuhku ini lemah tak berdaya ketika obat itu tidak aku kosumsi. Sempat aku dilarikan kerumah sakit dan nyaris nyawaku melayang gara-gara pil setan itu, tapi mungkin tuhan masih ingin melihat aku hidup dan bisa bertobat di jalannya.
*************
Waktu itu aku dalam keadaan SAKAU alias (Sakit Karena Putau) gara-gara tidak mengkomsumsi pil setan itu dikarenakan uang jajan yang diberikan oleh ayah tidak cukup untuk membelinya. Akhirnya aku yang dalam keadaan kacau terus berlari kebingungan dan merasa frustasi, tanpa sengaja aku tersesat di sebuah perkampungan yang tak jauh dari kota tempat aku tinggal. Saat itu aku terkulai lemas, badan terasa perih bagaikan teriris pisau tajam. Karena tidak kuat badanku kurebahkan di bawah pohon akasia dekat padang ilalang yang begitu indah. Ingin rasanya berteriak sekeras-kerasnya untuk minta tolong agar orang-orang datang membantuku, tapi apa daya sepatah kata pun sulit keluar dari mulut ini. Aku hanya bisa pasrah dengan keadaanku sekarang, tiba-tiba ada seorang gadis berjilbab hijau menghampiriku. “ adik,....apa kamu baik-baik saja ?” tanya gadis itu padaku dengan suara yang lembut. Entah mengapa badanku seakan bertenaga setelah mendengar suara gadis itu, dengan perasaan yang tenang dan teduh melihat sorot matanya akupun dapat menjawab pertanyaannya. “ aku butuh bantuanmu, bawa aku ke rumah sakit aku tidak kuat !!! ”. Gadis itu sempat mengucapkan sesuatu lalu pergi meninggalkanku, tapi saat itu keadaanku setengah sadar sehingga apa yang diucapkannya tidak begitu jelas kudengar.
************
Sejak saat itu aku tidak ingat lagi dengan apa yang kualami selama ini, orang yang menolongku dan orang yang merawatku. Tapi disaat mata ini terbuka setelah sekian lama terpejam karena di vonis dokter aku mengalami koma, yang kulihat di depan mataku hanyalah ruangan kosong dengan bau obat-obat yang begitu menyengat di hidungku. “ingin rasanya aku mati saja, kenapa mesti ada yang menolongku seharusnya aku dibiarkan saja mati di tempat itu dari pada aku hidup tapi tidak ada seorangpun yang peduli padaku”. Pikirku dalam hati dengan penuh rasa keprihatinan dengan keadaanku sekarang. “ Ternyata adik sudah sadar yah ?, suara seorang perempuan yag tiba-tiba mengagetkanku”. Ternyata perempuan itu seorang suster di rumah sakit tempat aku di rawat. “ iya mbak “ , jawabku dengan singkat dikarenakan kondisiku yang masih lemah. “Alhamdulillah yah dek,,,akhirnya kamu sadar juga setelah sekian lama terbaring koma”. Ucap suster itu yang dari tadi menatapku dengan penuh rasa kasihan.
“Sus....sus......ter, aku mau bertanya sama suster”. Maaf dek...bukannya aku tidak mau ditanya tapi kondisi adek sekarang masih lemah dan masih butuh perawatan yang intensif jadi sebaiknya pertanyaannya di simpan saja, nanti ketika kondisi adek sudah membaik baru pertanyaannya aku ladeni. “jawab suster itu dengan tersenyum manis padaku”. Oh....makasih banyak sus....ter, sama-sama dek. Mendingan sekarang adek istirahat dulu supaya kondisinya membaik. “ucap suster itu sebelum dia beranjak pergi”. Perlahan demi perlahan kondisiku semakin membaik, waktu yang kubutuhkan cukup lama sampai kondisiku betul-betul stabil. Aku senang akhirnya tiba saatnya pertanyaanku pada suster itu terjawab sudah. Hampir setengah jam suster itu menceritakan kejadian yang kualami sejak awal aku di rawat di rumah sakit ini sampai sekarang. Ternyata gadis berkerudung hijau itu adalah seorang bidadari penolong bagiku. Aku pikir dia tidak peduli padaku tapi ternyata dia pergi untuk mencari bantuan pada penduduk desa.
*********
Satu tahun tujuh bulan aku mengalami koma, aku tahu semua ini dari cerita suster Rina yang selama ini merawat aku sampai aku tersadar dari koma. Setelah tersadar dari koma aku butuh waktu 5 bulan untuk proses pemulihan. Ternyata sudah dua tahun aku terbaring di tempat tidur ini tanpa bisa berbuat apa-apa. Hari ini tepatnya tanggal............ini merupakan hari yang telah di jadwalkan oleh dokter untuk membebaskanku pulang ke rumah. Setelah berpamitan dengan dokter dan para suster yang ada di rumah sakit itu khususnya suster rina, aku melangkahkan kaki dengan harapan aku menginjakkan kakiku di rumah sakit untuk yang terakhir kalinya. Dengan tergesa-gesa aku ingin pulang ke rumah dan memeluk kedua orang tuaku. Walaupun sampai saat ini mereka tidak begitu memperhatikanku tapi setidaknya mereka adalah orang yang telah membesarkanku dan membiayaiku sampai sekarang. Aku ingin minta maaf pada mereka, karena aku telah banyak berbuat salah.
Suasana rumah yang aku rindukan ternyata tidak berubah sama sekali, tetap sepi dan hanya suara cempreng mbok sumi yang selalu menghiasinya. Aku sempat bingung karena lupa dengan kamarku sendiri padahal kamarku merupakan surga pribadiku. Di kamar itulah aku sering berbagi dengan sahabat sejatiku yaitu obat haram. Kubuka perlahan kamarku, kuintip celahnya sedikit demi sedikit tidak ada yang berubah masih seperti dua tahun yang lalu. Tak sabar rasanya ingin kurebahkan tubuh ini di kasur empuk yang sepreinya sudah diganti dengan seprei gambar logo inter milan, club sepak bola favoritku. Mbok sumi sudah tau kalau hari ini aku sudah bisa pulang kerumah, makanya mbok sumi langsung mengganti seprei kasurku dengan seprei kesukaanku. Kupandangi satu persatu isi kamarku tak ada yang istimewa, tapi ada sesuatu yang menarik perhatianku. Secarik surat yang berwarna pink, ternyata surat itu adalah undangan pernikahan. Undangan itu kubuka dengan rasa penasaran, kata demi kata kubaca dengan seksama. Tapi aku masih bingung dengan undangan itu, tiba-tiba selembar foto jatuh dari bungkusan undangan itu.
Mata ini langsung menatap sosok wanita anggun yang mengenakan busana muslim itu, pandangan ini masih lekat pada sosok wanita itu. “Astaga.........inikan cewek yang pernah menolongku ???” ucapku dengan ekspresi kaget. Kubalik kembali undangan itu, ternyata Zahra Ramadani nama gadis itu, seorang gadis soleha yang lembut hati dan tutur katanya. Tanpa pikir panjang aku bergegas meninggalkan kamarku untuk mencari keberadaan gadis itu. Tak tahu kemana aku harus mencari keberadaan gadis itu , yang jelas aku harus ketemu dengannya dan mengucapkan terima kasih padanya. Karena dia adalah sosok bidadari penolong bagiku.
*************
Sudah seharian aku keliling kesana kemari untuk mencari gadis itu, tapi sedikutpun aku tidak mendapat informasi tentang keberadaannya. Akhirnya kuputuskan untuk pulang kerumah dan kembali mencarinya besok pagi. Hari ini begitu melelahkan, tapi aku tidak akan menyerah. Aku harus menemukan gadis itu meskipun aku harus mengelilingi isi dunia ini sekalipun “ucap Rio dengan rasa optimis”. Malam itu Rio begitu gelisah hingga tidak bisa tidur memikirkan gadis itu. Gadis yang selama ini dicarinya, ternyata sebentar lagi akan menjadi milik orang lain.
Keesokan harinya saat mentari menyapaku dengan senyuman hangatnya, kulanjutkan pencarianku yang sempat terhenti oleh gelapnya malam. Kawasaki ninjaku yang siap menemaniku, kini melaju dengan kecepatan tinggi bagaikan seorang pembalap moto GP yang beradu kecepatan di arena balapan. Dari kota satu ke kota yang lain kutelusuri tapi sedikitpun tak kutemukan jejak gadis itu. Sampai saat ini pun tak ada hasil yang kudapatkan, hanya rasa letih yang bersarang di badanku yang masih lemah ini. Senja sudah berada diperaduannya, kubalikkan arah menuju tempat yang selalu memberiku rasa ketenangan. “Rio........kamu mau kemana, kamu tidak mau singgah di rumah paman?” teriak paman ketika melihatku lewat di depan rumahnya. “aku mau ke bukit padang ilalang yang dekat sungai itu paman, nanti sebentar aku singgah”. Ucap Rio sambil mengurangi kecepatan motor yang dikendarainya. Dari kejauhan rio melihat sosok gadis berjilbab yang sedang menari-nari menikmati senja yang begitu indah saat itu. Semakin dekat posisi rio dengan tempat itu semakin lebar pula senyuman di bibirnya. Dia yakin benar kalau gadis yang dia lihat sekarang adalah Zahra yang selama ini dicarinya.

“Hay.........kamu masih ingat denganku?” ucap Rio dengan tersenyum lebar pada gadis itu. “Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatu.......insya Allah aku masih ingat” jawab gadis itu dengan suara yang lembut. Aku masih memandangi senyuman dari gadis itu, begitu menenangkan hati. Sampai-sampai mata ini tak berkedip melihat senyuman yang begitu indah untuk kedua kalinya aku melihat senyuman itu. “Afwan kanda,,,tidak sepantasnya kanda menatap ukhti seperti ini, karena bisa membuat zina mata bagi kita berdua”. Sekejap aku tersadar dari pandanganku, karena kata-kata yang keluar dari mulut mungil gadis itu. Entah apa yang ia katakan yang jelas aku tidak mengerti dengan perkataannya. Spontan aku tertawa terbahak-bahak sambil berkata “ maaf....aku tidak mengerti dengan apa yang kamu katakan tadi ” ucap Rio yang salah tingkah di depan gadis itu. Kujulurkan tanganku dan hendak berkenalan dengannya, tapi dia cuma tersenyum manis sambil menempelkan kedua tangannya danditaruh di depan dadanya. “ Afwan....kita bukan muhrim” ucap gadis itu singkat.
Senja saat itu begitu indah, dihiasi senyuman manis dan kerudung putih yang menari-nari tertiup angin. Hampir satu jam aku bercengkerama dengan gadis itu, banyak hal yang dapat kupelajari dari semua perkataannya. Tak sedikitpun kata-kata kasar yang keluar dari mulutnya. Hanya kata Subuhanallah yang pantas dia dapatkan untuk sanjungan bagi gadis seperti dia. Kata itu aku contek dari gadis itu, seorang bidadari dunia yang tidak gelap mata dengan kehidupan dunia. “Afwan....kanda, senja hampir meninggalkan kita. Saatnya ukhti pamit untuk pulang karena sebentar lagi akan memasuki waktu shalat magrib”. Ucap Zahra sambil berdiri dan beranjak pergi. Aku pun berdiri sambil bergegas mengikuti langkahnya, “Zahra.....aku lupa, aku ingin ketemu denganmu untuk mengucapkan banyak terima kasih atas pertolonganmu saat itu”. “Sama-sama” ucap Zahra dengan singkat dihiasi senyuman manis dibibirnya. Sejak saat itu Rio tidak pernah lagi ketemu dengan Zahra, mungkin itu pertemuan terakhir antara mereka berdua. Karena setelah Zahra menikah dengan seorang ustadz pilihan orang tuanya ia harus meninggalkan kampung halamannya dan imigrasi ke negeri Jiran Malaysia mengikuti suaminya yang mendapat tugas kerja disana.
Zahra adalah bidadari penolongku yang sengaja dikirim tuhan untuk meluruskan jalan hidupku. Berkat nasehat zahra yang bagiku begitu singkat ternyata membawa segudang ilmu. Walapun pertemuanku dengannya sangat singkat tapi aku bersyukur hidupku bisa berubah berkatnya. Sehebat-hebatnya Ustadz Jefri berceramah, tak sehebat nasehat Zahra padaku saat itu. Kini aku sadar dunia ini hanya tempat persinggahan sementara, dan akhiratlah yang kekal nantinya. Mulai sekarang apa yang dikatakan Zahra saat itu, aku akan terapkan dalam hidupku dan akan kubagi pengalamanku dengan orang-orang terdekatku. Aku masih ingat kata-kata Zahra “semakin banyak kita berbagi ilmu dengan orang lain, maka semakin banyak pula amal ibadah yang Allah akan berikan pada kita”. Ucap rio pada mbok sumi saat ia menceritakan pengalaman religinya bersama Zahra gadis idamannya itu.

Damayanti Childiesh
13- Mei - 2012

Sahabat banyak pesan yang ingin disampaikan oleh sahabat kita Childiesh memalu cerpennya. Semoga pesan tersebut bisa sampai kepada sahabat yang telah membacanya.

Cerpen Religi - Senja di Padang Ilalang

Friday, April 11, 2014

Cerpen Sedih - Puisi Untuk Diandra

Cerpen Sedih - Puisi Untuk Diandra

Sahabat pemikir cerdas dua hari yang lalu salah satu sahabat kita Childiesh mengirimkan cerpennya lagi sahabat. Sahabat kita Childiesh mengirimkan beberapa cerpen yang seru !!! Yang sudah tidak sabar mau baca cerpen kiriman dari sahabat kita Childiesh... Yukkk tancap baca ditemani sepotong kue dan segelas susu hangat :D.
Puisi untuk Diandra

Cerpen Sedih - Puisi Untuk Diandra

Air sungai yang jernih dan bening ini masih kupandangi. Airnya tenang, banyak sekali batu-batuan kecil. Udaranya dingin menyelimuti tubuhku yang kurus ini. Aku masih mengenakan gaun hijau yang biasa kukenakan seperti hari-hari sebelumnya. Pelan-pelan kudayung perahu yang sedang kunaiki. Terdengar sayup-sayup suara jangkrik. Tampaknya hari mulai petang. Tapi aku tidak menghentikan niatku untuk mendayung terus. Perahu terus kudayung sampai aku menemukan sumber ketenangan dalam hatiku sendiri. Kulihat disisi kiri kananku tumbuh semak-semak yang semakin hari semakin tinggi dan rimbun.
Udara makin lama makin dingin. Aku menghentikan niatku mendayung. Namaku DIANDRA, orang bilang wajahku manis mirip Ve AFI. Ada juga yang bilang wajahku lugu dan polos tapi tomboy. Aku tidak peduli dengan omongan orang lain. Ibuku seorang ibu rumah tangga biasa. Ayahku seorang kuli bangunan. Terkadang aku merasakan hidupku semakin hari semakin membosankan. Aku tidak tahu mengapa setiap malam aku selalu mendayung perahu di sungai ini. Aku ingin pulang kerumahku sendiri, ingin berjumpa senyum ibuku. Tapi mengapa sekarang aku tidak bisa?
Rambutku terurai panjang. Angin malam memainkan rambutku. Aku berdiri diatas perahu sambil menoleh keatas. Malam semakin gelap, mendung mulai menutupi bulan yang tampak malu-malu menampakkan wajahnya. Kemudian aku duduk kembali. Aku suka dengan air sungai ini, airnya bening dan jernih. Terkadang, setiap pagi aku melihat anak-anak kecil bermain-main di pinggir sungai.
Sambil tersenyum aku mengelus pipiku, yang kasar berjerawat. Tapi bibirku selalu mempesona. Aku melihat dan meraba jari-jari tanganku, tanganku kasar. Kenapa setiap hari bahkan setiap detik tidak ada yang pernah melihat aku menaiki perahu di sungai ini? Aku sangat kesepian dengan suasana ini.
Sejenak aku melihat gaun yang kukenakan. Gaun hijau yang bernuansa alam. Aku ingat dulu gaun ini kubeli bersama riski, kekasihku. Kejadian itu membuatku ingat kemasa lalu kembali. Saat itu umurku masih 15 tahun. Riski tersenyum kepadaku ketika aku mencoba memakai gaun ini. Saat itu aku memakainya di bulan juni.
Kau tampak cantik memakai gaun itu, cintaku. Kamu harus berjanji kepadaku untuk memakainya pada saat acara REUNI sekolah kita. Aku masih ingat kata-kata itu. Riski adalah lelaki yang baik. Badannya tegak dan rambutnya yang jabrik itulah yang membuatku tergila-gila. Dia suka sekali menuliskan puisi untukku. Puisi yang pertama kali dia berikan kepadaku berisikan puisi CINTA. Puisi itu menceritakan tentang kekuatan cinta yang ditulisnya di selembar kertas putih.
“Cinta datang kepada orang yang masih mempunyai harapan, walaupun mereka telah dikecewakan. Kepada mereka yang masih percaya, walaupun mereka telah dikhianati. Kepada mereka yang masih ingin mencintai, walaupun mereka telah disakiti sebelumnya dan kepada mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan untuk membangun kembali kepercayaan”.
Aku mengusap air mataku. Aku masih ingat puisi itu diberikan padaku pada saat dia menyatakan perasaannya padaku. Kapan aku bisa merasakan keteduhan tatapan mata riski lagi? Sekarang aku masih merasakan diriku tidak bersemangat lagi. Aku mendongok keatas, tampaknya mendung telah lewat. Sinar bulan menerpa wajahku, entah seperti apa wajahku sekarang. Aku mencondongkan badanku untuk mengaca wajahku di air sungai ini. Wajahku pucat, tidak ada kesejukan di mataku. Yang ada hanya kebimbangan. Terdengar suara lolongan anjing, memilukan sekali. Tampaknya anjing itu kesepian seperti diriku.
Aku mengambil dayung perahu yang sudah tua itu lalu kudayung kembali perahuku. Sambil mendayung aku mengingat masa laluku. Aku bertanya dalam hati, mengapa hidupku tidak bisa berubah? Kenapa aku selalu medayung perahu ini?. Tampaknya yang bisa menjawab adalah diriku sendiri, hatiku sedih. Angin malam kurasakan semakin lama semakin dingin. Aku kedinginan setiap malam. Aku selalu menangis dan menangis lagi. Perahu terus kudayung sampai aku berhenti menangis.
Aku mulai ingat dengan masa laluku. Pada saat itu tanggal 23 juni, sehari sebelum aku memutuskan hubunganku dengan riski. Rumahku terletak tidak jauh dari sungai yang sering kulalui ini. Aku mulai merasakan kerinduan pada masa-masa kecilku. Aku menghampiri sungai masa kecilku. Kudorong perahu ayahku ketengah sungai. Tapi gaun yang kukenakan terlalu panjang. Gaun itu menjerat langkahku, aku terpeleset dan kepalaku terbentur batu besar yang ada di pinggir sungai. Mulai saat itu aku merasakan kegelapan. Bahkan, sampai saat ini yang selalu membelenggu jiwaku. Itulah penyebab sehingga aku tidak bisa pulang untuk memeluk tubuh riski yang dapat menghangatkan jiwaku yang sedang kedinginan sekarang ini.
Tubuhku semakin dingin, air mataku terus menetes. Pipiku basah, aku merindukan senyuman riski, sentuhan lembut riski, puisi-puisi dan kecupannya di dahiku. Kapan aku bisa merasakan itu lagi? Mengapa hidupku terombang-ambing seperti perahu ini? Seharusnya aku tidak memutuskannya pada malam itu. Aku hanya bisa menangisi diriku sendiri. Aku mulai terdiam dan mulai memandang sekelilingku. Di kanan kiriku kini terhampar tanah yang lapang. Aku telah melewati semak-semak yang tinggi-tinggi tadi.
Kegelapan mulai sirna, hatiku tampak lega kini. Aku melihat sesosok manusia berdiri di pinggir sungai. Dia tegap, siapakah itu? Mengapa malam-malam begini dia berdiri disitu? Aku mulai mendekatkan perahuku kearahnya. Wajahnya kini mulai jelas terlihat, dia tampan tapi sedikit kucel. Perlahan-lahan lelaki itu tersenyum, ada lesung pipi di kedua pipinya. Ya ampun !! Itu riski yang selama ini kurindukan. Meski tak seromantis dulu, hatiku senang sekali dia ada didekatku. Terimah kasih tuhan ! Tapi siapa wanita di sebelahnya itu? Dia menggandeng tangannya riski. Siapa dia? Apakah dia pacar barunya? Mengapa riski mengkhianatiku.
Riski melihatku, dia bisa melihat aku. Aku melambaikan tanganku padanya. Kudekatkan perahku padanya. Aku tersenyum dan memanggil-manggil namanya. Mengapa dia diam dan tidak membalas senyumanku? Aku mulai mencoba melambaikan tanganku padanya. Mengapa dia tetap diam? Apakah dia tidak menyadari keberadaanku.
“Diandra, cinta datang kepada orang yang masih mempunyai harapan, walaupun mereka telah dikecewakan”. Riski terdiam dan ada air mata di pipinya. Aku tidak tahan melihat itu semua. Wanita yang berdiri di sebelahnya menenangkan hati riski. Siapakah wanita itu? Wajahnya tidak jelas terlihat.
“Kepada mereka yang masih ingin mencintai, walaupun mereka telah disakiti sebelumnya dan kepada mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan untuk membangun kembali kepercayaan”. Riski mengucapkannya sambil menangis . Aku sadar kali ini, yang diucapkan riski adalah puisi yang dia berikan padaku untuk menyatakan cintanya. Oh tuhan, mengapa puisi itu diucapkannya lagi?
Siapa wanita itu? Dia menggandeng tangannya riski. Aku melihat kilauan di jari manisnya, itu cincin. Dan cincin yang dikenakan riski sama dengan cincin wanita itu. Ya tuhan ! itu tunangannya. Aku mulai menangis, pipiku basah oleh air mata. Riski tidak bisa aku peluk lagi dan tak kusangka akan begini jadinya.
Aku terdiam dan memandangi wajah riski. Perlahan-lahan riski dan wanita itu pergi. Air mataku menetes. Aku mulai mendayung perahuku, perahuku mulai meninggalkan riski untuk selama-lamanya. Aku menoleh sekali lagi kemasa laluku yang manis itu, yang hanya tinggal bayangan saja.
“Riski, jangan pernah berkata selamat tinggal jika kamu masih ingin mencoba. Jangan menyerah selama kamu masih bisa maju. Jangan pernah berkata bahwa kamu tidak mencintai orang itu lagi, bila kamu tidak bisa membiarkannya pergi”. Aku tetap sayang kamu riski. Perlahan-lahan kudayung perahuku. Biarlah riski menjadi cinta masa laluku.

Damayanti Childiesh

Gimana sahabat ? seru kan.. Masih penasaran dengan cerpen kiriman Childiesh yang lainnya? Kunjungi terus Pemikir Cerdas dan nantikan cerpen seru lainnya.

Cerpen Sedih - Puisi Untuk Diandra