Showing posts with label Pendidikan. Show all posts
Showing posts with label Pendidikan. Show all posts

Wednesday, August 30, 2023

Memasang SEO Smart Link di Blogspot

Memasang SEO Smart Link di Blogspot

Memasang SEO Smart Link di Blogspot - Cara Pasang SEO Smart Link di blog. SEO Smart link 

SEO Smart Link adalah salah satu alat yang berguna untuk meningkatkan optimasi mesin pencari (SEO) dan meningkatkan keterhubungan antara konten di blog Anda. Dengan memanfaatkan algoritma yang cerdas, alat ini secara otomatis membuat tautan internal antara kata kunci atau frasa tertentu dalam konten Anda, mengarahkan pembaca ke halaman terkait di blog Anda
ini termasuk optimasi dari teknik SEO yang fungsinya mengubah setiap kata yang telah kita tentukan menjadi sebuah link.


Tutorial Pemikir Cerdas
Pemikir Cerdas

Lalu bagaimana sih cara kerja dari SEO Smart Link di blog?
Seo smart link sejenis script yang kita tanamkan pada setiap kata di postingan kita.
Contoh:
Di blog saya memakai kata "blogspot" pada script tersebut sehingga jika pada artikel ada kata bertuliskan blogspot, maka di tulisan blogspot sudah tertanam link blog kita.

Nah, bagi para temen blogger yang kepengen memasang SEO Smart Link di blog akan saya share di bawah ini:

Ini dia Cara Memasang SEO Smart Link di blogspot
- login atau masuk dulu ke akun blog anda
- pilih rancangan --> lalu klik Edit HTML
- Lalu copy kode di bawah ini dan letakkan di atas kode </body>
<b:if cond='data:blog.url != data:blog.homepageUrl'><script type='text/javascript'>
function autoLink(){
    this.keywdHref = new Object();
    this.add = function(keyword, href){
        if(keyword.substr(0,1) != &quot; &quot;){keyword = &quot; &quot; + keyword;}
        this.keywdHref[keyword] =  href;
    }
    this.createAnchor = function(){
        var objs = document.getElementsByTagName(&quot;div&quot;);
        for(var i=0; i&lt;objs.length; i++){
            var obj = objs[i];
            if(obj.className.indexOf(&quot;post-body&quot;)&gt;-1){
                var content = obj.innerHTML;
                for(var keyword in this.keywdHref){
                    var href = this.keywdHref[keyword];
                    var newstr = content.replace(keyword, &quot;&lt;a href=&#39;&quot;+href+&quot;&#39;&gt;&quot;+keyword+&quot;&lt;/a&gt;&quot;, &quot;gi&quot;);
                    obj.innerHTML = newstr;
                    content = newstr;
                }
            }
        }
    }
    this.startScript = function(){
        var onLoad = window.onload;
        window.onload = function(){
            if(onLoad){onLoad();}
            setTimeout(&quot;f.createAnchor()&quot;, 100);
        }
    }
}
</script>
<script type='text/javascript'>
var f = new autoLink();
f.add(&quot;SEO&quot;, &quot;http://ngocop16.blogspot.com/&quot;);
f.startScript();
</script></b:if>
- Lalu Klik save.

Catatan:
- Ganti huruf berwarna merah sesuai dengan blog anda.
- SEO bisa anda ganti dengan yang lain.

Dengan mengikuti panduan ini, Anda dapat memasang SEO Smart Link di blog Anda yang menggunakan platform Blogspot. Ingatlah bahwa praktik terbaik SEO juga melibatkan pembuatan konten berkualitas tinggi, struktur tautan yang baik, dan pengoptimalan secara keseluruhan untuk pengalaman pengguna yang lebih baik.

Memasang SEO Smart Link di Blogspot - Cara Pasang SEO Smart Link di blogSEO Smart link 

sumber http://ngocop16.blogspot.com/

Monday, July 27, 2020

Cerpen Pendidikan - Odol Dari Surga

Cerpen Pendidikan - Odol Dari Surga

Cerpen Pendidikan - Odol Dari Surga


Hi Sobat, cerpen ini mengingatkan kita kepada kekuasaan Yang Maha Esa. Jika sobat bersungguh-sungguh dan bertawakal, mudah2an selalu ada jalannya. Kita tidak pernah tau datangnya dari mana dan tak disangka2.
Pemikir Cerdas


Kisah nyata dari seseorang yang dalam episode hidupnya sempat ia lewati dalam penjara. Bermula dari hal yang sepele. Lelaki itu kehabisan odol dipenjara. Malam itu adalah malam terakhir bagi odol diatas sikat giginya. Tidak ada sedikitpun odol yang tersisa untuk esok hari.

Dan ini jelas-jelas sangat menyebalkan. Istri yang telat berkunjung, anak-anak yang melupakannya dan diabaikan oleh para sahabat, muncul menjadi kambing hitam yang sangat menjengkelkan. Sekonyong-konyong lelaki itu merasa sendirian, bahkan lebih dari itu : tidak berharga !

Tertutup bayangan hitam yang kian membesar dan menelan dirinya itu, tiba-tiba saja pikiran nakal dan iseng muncul. Bagaimana jika ia meminta odol pada TUHAN ?Berdoa untuk sebuah kesembuhan sudah berkali-kali kita dengar mendapatkan jawaban dari-NYA .

Meminta dibukakan jalan keluar dari setumpuk permasalahanpun bukan suatu yang asing bagi kita. Begitu pula dengan doa-doa kepada orang tua yang telah berpulang, terdengar sangat gagah untuk diucapkan. Tetapi meminta odol kepada Sang Pencipta jutaan bintang gemintang dan ribuan galaksi, tentunya harus dipikirkan berulang-ulang kali sebelum diutarakan. Sesuatu yang sepele dan mungkin tidak pada tempatnya.

Tetapi apa daya, tidak punya odol untuk esok hari –entah sampai berapa hari- menjengkelkan hatinya amat sangat. Amat tidak penting bagi orang lain, tetapi sangat penting bagi dirinya.Maka dengan tekad bulat dan hati yang dikuat-kuatkan dari rasa malu, lelaki itu memutuskan untuk mengucapkan doa yang ia sendiri anggap gila itu.

Ia berdiri ragu-ragu dipojok ruangan sel penjara, dalam temaram cahaya, sehingga tidak akan ada orang yang mengamati apa yang ia lakukan. Kemudian dengan cepat, bibirnya berbisik :

“TUHAN, Kau mengetahuinya aku sangat membutuhkan benda itu”.

Doa selesai. Wajah lelaki itu tampak memerah. Terlalu malu bibirnya mengucapkan kata amin. Dan peristiwa itu berlalu demikian cepat, hingga lebih mirip dengan seseorang yang berludah ditempat tersembunyi. Tetapi walaupun demikian ia tidak dapat begitu saja melupakan insiden tersebut. Sore hari diucapkan, permintaan itu menggelisahkannya hingga malam menjelang tidur.

Akhirnya, lelaki itu , walau dengan bersusah payah- mampu melupakan doa sekaligus odolnya itu.Tepat tengah malam, ia terjaga oleh sebuah keributan besar dikamar selnya.

“Saya tidak bersalah Pak !!!”, teriak seorang lelaki gemuk dengan buntalan tas besar dipundak, dipaksa petugas masuk kekamarnya,

” Demi TUHAN Pak !!! Saya tidak salah !!! Tolong Pak…Saya jangan dimasukin kesini Paaaaaaaaak. .!!!”

Sejenak ruangan penjara itu gaduh oleh teriakan ketakutan dari ‘tamu baru’ itu.“Diam !!”, bentak sang petugas,

”Semua orang yang masuk keruangan penjara selalu meneriakkan hal yang sama !! Jangan harap kami bisa tertipu !!!!”
“Tapi Pak…Sssa..”

Brrrraaaaang !!!!Pintu kamar itu pun dikunci dengan kasar. Petugas itu meninggalkan lelaki gemuk dan buntalan besarnya itu yang masih menangis ketakutan.

Karena iba, lelaki penghuni penjara itupun menghampiri teman barunya. Menghibur sebisanya dan menenangkan hati lelaki gemuk itu. Akhirnya tangisan mereda, dan karena lelah dan rasa kantuk mereka berdua pun kembali tertidur pulas.

Pagi harinya, lelaki penghuni penjara itu terbangun karena kaget. Kali ini karena bunyi tiang besi yang sengaja dibunyikan oleh petugas. Ia terbangun dan menemukan dirinyanya berada sendirian dalam sel penjara. Lho mana Si Gemuk, pikirnya.

Apa tadi malam aku bemimpi ? Ah masa iya, mimpi itu begitu nyata ?? Aku yakin ia disini tadi malam.

“Dia bilang itu buat kamu !!”, kata petugas sambil menunjuk ke buntalan tas dipojok ruangan. Lelaki itu segera menoleh dan segera menemukan benda yang dimaksudkan oleh petugas. Serta merta ia tahu bahwa dirinya tidak sedang bermimpi.

“Sekarang dia dimana Pak ?”, tanyanya heran.“Ooh..dia sudah kami bebaskan, dini hari tadi…biasa salah tangkap !”, jawab petugas itu enteng, ”saking senangnya orang itu bilang tas dan segala isinya itu buat kamu”.

Petugas pun ngeloyor pergi.Lelaki itu masih ternganga beberapa saat, lalu segera berlari kepojok ruangan sekedar ingin memeriksa tas yang ditinggalkan Si Gemuk untuknya.Tiba-tiba saja lututnya terasa lemas.

Tak sanggup ia berdiri. “Ya..TUHAAANNN !!!!”, laki-laki itu mengerang. Ia tersungkur dipojok ruangan, dengan tangan gemetar dan wajah basah oleh air mata. Lelaki itu bersujud disana, dalam kegelapan sambil menangis tersedu-sedu. Disampingnya tergeletak tas yang tampak terbuka dan beberapa isinya berhamburan keluar.

Dan tampaklah lima kotak odol, sebuah sikat gigi baru, dua buah sabun mandi, tiga botol sampo, dan beberapa helai pakaian sehari-hari.

Kisah ini sungguh-sunguh kisah nyata. Sungguh-sungguh pernah terjadi. Dan aku mendengarnya langsung dari orang yang mengalami hal itu.

Semoga semua ini dapat menjadi tambahan bekal ketika kita meneruskan berjalan menempuh kehidupan kita masing-masing.

Jadi suatu ketika, saat kita merasa jalan dihadapan kita seolah terputus.

Sementara harapan seakan menguap diganti deru ketakutan, kebimbangan dan putus asa.Pada saat seperti itu ada baiknya kita mengingat sungguh-sungguh bahkan Odol pun akan dikirimkan oleh Surga bagi siapapun yang membutuhkannya.

Apalagi jika kita meminta sesuatu yang mulia. Sesuatu yang memuliakan harkat manusia dan DIA yang menciptakan kita semua.

Seperti kata seorang bijak dalam sebuah buku : “Seandainya saja engkau mengetahui betapa dirimu dicintai-NYA, hati mu akan berpesta pora dan selalu bersuka cita setiap saat


Ambil nilai positif dari cerpen ini, jadikan pengalaman orang itu sebagai pelajaran hidup.

Cerpen Pendidikan - Odol Dari Surga 


sumber : KUMPULAN-CERITA-PENUH-HIKMAH

Tuesday, January 1, 2019

Cerpen Pendidikan : IMAM AL GHAZALI DAN MURIDNYA

Cerpen Pendidikan : IMAM AL GHAZALI DAN MURIDNYA

Cerpen Pendidikan : IMAM AL GHAZALI DAN MURIDNYA

          Cerpen ini mengingatkan kita gar kita tidak mengejar kebahagiaan dunia saja. Kehidupan di dinia ini hanyalah sementara dan apa yang kita miliki didunia ini hanyalah titipan dari Yang Kuasa. Ada kehidapan yang benar- benar akan abadi yaitu kehidupan di akhirat. Apakah kita sudah mempersiapkan perlengkapan untuk menuju kesana? Kita tidak mengetahui kapan waktu kita kesana, bisa saja lebih awal, atau beberapa menit kedepan , ya siapa yang tahu.
Bunga
Bunga

Suatu hari, Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya.
Lalu Imam Al Ghozali bertanya :

Pertama, “Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?”.

Murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, teman, dan kerabatnya. Imam Ghozali menjelaskan semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah “Mati”. Sebab itu sudah janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati. (Ali Imran ;185)

Lalu Imam Ghozali meneruskan pertanyaan yang kedua. “Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?”.

Murid-muridnya ada yang menjawab negara Cina, bulan, matahari, dan bintang-bintang. Lalu Imam Ghozali menjelaskan bahwa semua jawaban yang mereka berikan adalah benar. Tapi yang paling benar adalah masa lalu. Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.

Lalu Imam Ghozali meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga. “Apa yang paling besar di dunia ini?”.

Murid-muridnya ada yang menjawab gunung, bumi, dan matahari. Semua jawaban itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah “Nafsu” (Al A’Raf : 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.

Pertanyaan keempat adalah, “Apa yang paling berat di dunia ini?”.

Ada yang menjawab baja, besi, dan gajah. Semua jawaban kalian benar, kata Imam Ghozali, tapi yang paling berat adalah “memegang AMANAH” (Al Ahzab : 72). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak bisa memegang amanahnya.

Pertanyaan yang kelima adalah, “Apa yang paling ringan di dunia ini?”.

Ada yang menjawab kapas, angin, debu, dan daun-daunan. Semua itu benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah meninggalkan Solat. Gara-gara pekerjaan kita tinggalkan sholat, gara-gara meeting kita tinggalkan solat.

Lantas pertanyaan ke enam adalah, “Apakah yang paling tajam di dunia ini?”.

Murid-muridnya menjawab dengan serentak, pedang… Benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling tajam adalah “lidah manusia”. Karena melalui lidah, Manusia dengan gampangnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.

Jangan terlena akan kehidupan di dunia, semoga cerpen ini dapat memberikan pencerahan kepada kita semua. 
Sumber : group facebook


Cerpen Pendidikan : IMAM AL GHAZALI DAN MURIDNYA

Saturday, January 28, 2017

Cara mudah menemukan referensi Tugas Akhir (TA) atau Scripsi

Cara mudah menemukan referensi Tugas Akhir (TA) atau Scripsi

Cara mudah menemukan referensi Tugas Akhir (TA) atau Scripsi

Bingung cari judul TA/ scripsi ?
Hal tersebut juga mimin hadapi saat ini, sebelumnya mimin sudah lama tidak update disini. Dan kali ini mau share cara mudah untuk untuk menemukan referensi TA / scripsi. Ya ini juga bisa membantu klo masih bingung dengan judul TA/ scripsi. Sehari sebelum menulis artikel ini, mimin belum mendapat kan judul untuk scripsi.  Mimin masih mengumpulkan referensi yang bisa digunakan untuk bisa dijadikan judul sripsi nantinya. 

Pemikir Cerdas
Pada saat menulis artikel ini mimin sudah punya gambaran judul yang akan di ajukan nantinya. Gambaran judulnya masih buram sih hehehhe , tapi gambaran yang buram ini bakal mimin konsultasikan ke dosen terkait. Agar dapat gambaran yang jelas dan memastikan juga klo gambaran judul yang di dapat tadi itu masuk kedalam bobot dari sebuah sripsi. Masing -masing kampus tentu punya aturan tersendiri untuk pelaksanaan sripsi. Berhub di kampus mimin hanya boleh mengajukan judul sripsi 2 kali dalam satu semester, jika dari 2 pengajuan judul itu ditolak maka ga bisa sripsi di semester ini dan lanjutkan pada semester depan. Untuk menghadapi hal tersebut mimin  selalu konsultasikan dulu ama dosen terkait sebelum mengajukannya sebagai judul sripsi.

Ada banyak cara untuk mendapatkan referensi  TA/ sripsi , kali ini mimin share salah satunya. Cara ini cara yang mimin lakukan. Ya sebelum mencari referensinya mimin sarankan tanyakan dulu pada diri sendiri . Bidang apa yang benar disukai atau  bidang yang dikuasai / kemampuan kita untuk menyelesaikannya nanti. Klo asal cari aja ntr takutnya kitanya malah yang ga mampu untuk menyelesaikannya.

Coba masukkan referensi yang akan di cari pada pencarian di bawak ini. Pencarian ini akan mengarahkan ke scholar google.


Mudah-mudahan dapat membantu dalam mendapatkan referensi TA/scripsi. Tempat lain untuk dapatkan referensi bisa dengan mengunjungi e jurnal dari sebuah kampus. Disana ada banyak judul TA/ sripsi dari mahasiswanya. Kemaren itu mimin ada coba cari disini.
Tidak hanya untuk mencari referensi TA/sripsi tetapi juga bisa digunakan untuk mencari referensi tugas sekolah atau kampus.

Cara mudah menemukan referensi Tugas Akhir (TA) atau Scripsi

Monday, February 29, 2016

Satu Cinta Dari Keutuhan Satu Keluarga

Satu Cinta Dari Keutuhan Satu Keluarga

Satu Cinta Dari Keutuhan Satu Keluarga 

Satu Cinta dari Keutuhan  Satu Keluarga


Bersandar Raga pada Raga Jiwa. Sepi Menari, Malam Menyanyikan Alam Hati dari anganku melayang diatas Imaji Jiwa Beri Harap tentang Indah yang tak nampak dari Dalam Palingkan Wajahku dari celoteh ilusi Yang bisikkan Khayal semu Hingga Resah dalam Lelah Aku Bermimpi Tentang kelamnya Masa Laluku .. Hidup dari Hidupku sebagian Bukan Milikku. Tujuan Dari asa - ku Bukan untukku Sadar dari Kesadaran yang sebenarnya Aku kini mulai berjuang untuk Rasa !! '' Satu Cinta Dari Keutuhan Satu Keluarga ''

Satu Cinta Dari Keutuhan Satu Keluarga

DIAM ITU LEBIH BAIK

DIAM ITU LEBIH BAIK

 DIAM ITU LEBIH BAIK

Kadang-kadang kita hanya perlu DIAM dalam memberi komentar.. Kadang-kadang kita hanya perlu DIAM dalam menegur.. Kadang-kadang kita hanya perlu DIAM dalam memberi nasihat.. Kadang-kadang kita hanya perlu DIAM dalam memprotes.. Kadang-kadang kita hanya perlu DIAM dalam persetujuan.. tapi.. Biarlah DIAM kita mereka faham artinya..
Diam Lebih Baik

Biarlah DIAM kita mereka terkesan maknanya.. Biarlah DIAM kita mereka maklum maksudnya.. Biarlah DIAM kita mereka terima tujuannya.. karena.. DIAM kita mungkin disalah artikan.. DIAM kita mungkin mengundang prasangkaan.. DIAM kita mungkin tidak membawa maksud apa2.. DIAM kita mungkin tak berarti.. maka.. jika kita merasakan DIAM itu terbaik.. seharusnya kita DIAM.. namun seandainya DIAM kita bukanlah sesuatu yang bijak.. berkatalah sehingga mereka DIAM..

 

DIAM ITU LEBIH BAIK

Sunday, March 30, 2014

Cerpen Pendidikan - KETIKA ORANG-ORANG TERCINTA ITU TELAH PERGI

Cerpen Pendidikan - KETIKA ORANG-ORANG TERCINTA ITU TELAH PERGI

Cerpen berikut ini PC golongkan pada cerpen pendidikan, Karena banyak nilai pendidikan didalamnya. Lagi dan lagi waktu itu sangatlah penting sahabat. Gunakan waktu sahabat dengan sebaik mungkin, gunakan untuk hal yang positif. Ingat sahabat ,waktu tidak bisa kita putar kebelakang sahabat. Waktu akan terus berjalan tanpa henti. Nah sahabat untuk kali ini cerpennya Oleh Galih Ari Permana . Selamat membaca!!!!
Orang-orang Tercinta

Hari ini aku takziah kepada seorang yang pernah bekerja satu kantor. Hari ini Sang Khaliq memanggilnya untuk kembali berada di sisi-Nya. Takziah hari ini benar-benar membawaku kemasa empat tahun silam dimana pada tahun 2006 Sang Khaliq memanggil Bapak tercinta. 

Apa yang membuatku teringat masa empat tahun silam itu? Aku menyaksikan kepergiannya bukan sekedar kepergian seorang manusia yang jatah usianya telah habis. Tetapi lebih itu. Dia adalah seorang anak dari Ibu yang berada di usia senja. Dia adalah seorang suami yang amat dicintai isterinya. Dia adalah seorang ayah dari anak-anaknya tersayang. 

Aku melihat rasa duka yang teramat dalam dari seorang ibu yang ditinggalkan oleh anaknya untuk selamanya. Sebuah peristiwa yang tidak pernah terpikir karena jika menurut perhitungan logika seharusnya dirinyalah yang pergi terlebih dahulu daripada anaknya karena usia yang lebih tua. Sebuah rasa kehilangan yang dalam melihat anak yang dilahirkan dari rahimnya melalui sebuah perjuangan kini tiada meninggalkannya 

Di usianya yang terbilang matang, di masa saat mekarnya bunga rumah tangga yang dibina bersama isteri tercinta, masa dimana blue print masa depan diwujudkan, ia harus meninggalkan seorang isteri untuk melanjutkan apa yang pernah mereka cita-citakan berdua. 

Bagi seorang isteri kehilangan seorang suami bagaikan kehilangan separuh jiwa. Kehilangan separuh jiwa itu nyaris membuatnya lumpuh. Hanya linangan air mata yang menetes yang bisa keluar sebagai jawaban terhadap peristiwa ini. 

Sepi, itu yang akan dirasakan. Tidak ada lagi penantian di senja hari. Tidak ada lagi senyuman pada saat sarapan pagi. Tidak ada lagi telinga yang akan mendengarkan setiap keluh kesahnya di penghujung hari. Anak-anaknya pun akan kehilangan figur seorang ayah sekaligus pahlawan hidupnya. 

Ya, hal ini aku rasakan empat tahun yang lalu. Berdukanya seorang ibu yang selama bertahun-tahun tidak berjumpa kini anak tersayangnya itu terbujur kaku. Menurut mama, nenekku itu sangat lama melihat nisan bapak. Benar-benar kehilangan yang teramat sangat. 

Mama yang aku anggap sosok wanita tegar dalam menjalani hidup tetap tidak kuasa melepas kepergian bapak. Satu kejadian yang membuat aku yakin kalau mama sangat berduka dan kehilangan bapak yaitu ketika adik mama pamit setelah bertakziah di rumah kami. Mama menangis dipelukan adiknya sambil berkata bahwa kini dirinya sendirian. Orang yang dijadikan tempat bersandarnya sudah tidak ada. 

Hal yang membuat aku merasakan betapa sedihnya mama adalah ketika dia berkata kepada adiknya itu bagaimana dia melanjutkan kehidupan bersama anak-anaknya di kemudian hari tanpa seorang suami yang mendampinginya. 

Bagaimana dengan diriku? Hanya satu kata, penyesalan. Lima tahun hidup bersama bapak tidak aku pergunakan dengan maksimal. Hanya serpihan-serpihan bakti yang belum mampu menutupi segunung pengorbanan bapak untuk diriku yang bisa aku berikan. Penyesalan adalah sebuah alasan klise ketika aku menyadari dirinya telah tidak ada lagi. 

Penyesalan itu selalu muncul salah satu masanya ketika Idul Fitri tiba. Betapa menyesalnya aku karena di masa hidupnya hanya satu kali aku sungkem kepadanya sambil berlutut sambil meminta maaf. Betapa menyesalnya aku karena selama dia hidup belum pernah memberikan hadiah apapun di hari ulang tahunnya. 

Ada yang datang dan ada yang pergi. Ekspresi senang dan sedih dalam menyambutnya adalah hal yang fitrah. Tetapi penyesalan bagiku adalah sebuah kebodohan diri karena matinya hati dan lemahnya akal. Bodoh karena tidak memberikan cinta sepenuh jiwa dan tidak memberikan cinta itu selama waktu itu ada. 

Kepergian seorang anak, suami, isteri, ayah, atau siapapun orang yang kita cintai akan menggoreskan duka. Semoga Allah Azza Wajalla memberikan kita kekuatan dan kesabaran untuk bisa kembali menatap hari esok. Memberikan kita kekuatan untuk dapat memberikan cinta yang lebih baik terhadap orang-orang yang kita sayangi. Memberikan kita kesempatan untuk memperbaiki diri guna bekal bila saat itu tiba untuk kita. 

Semoga memberikan manfaat kepada sahabat yang telah membacanya. Jangan sia-siakan waktu yang ada ya sahabat. Cintai Keluargamu sahabat dan jangan sakiti/lukai hati kedua orang tuamu.

Cerpen Pendidikan - KETIKA ORANG-ORANG TERCINTA ITU TELAH PERGI

Friday, March 28, 2014

Cerpen Persahabatan - Misteri Pesan Dhion

Cerpen Persahabatan - Misteri Pesan Dhion

Sahabat pemikir cerdas, PC mendapatkan kiriman cerpen lagi dari salah satu sahabat setia PC. Namanya Damayanti Childiesh sahabat!!! Sebelum sahabat membaca cerpen kiriman dari Damayanti Childiesh, kita ucapkan terimakasih dulu .... Terimakasih Damayanti Childiesh ...... :D Telah mengirimkan cerpennya. Oke sahabat judulnya cerpennya " Misteri Pesan Dhion". Sedikit horor judulnya sahabat, sebelum baca siapkan juga makanan n minuman ringan agar lebih nyantai bacanya sahabat.
Persahabatan

       Bruuuukkkkkk.................aduh sakit, keluh dita saat mendapati tubuhnya terjatuh dari tempat tidur. Dengan sedikit kesal,,,,dita beranjak dari tempat tidur menuju sofa kesayangannya yang terletak di ruang tamu. Duduk termenung sambil merenungi mimpi yang telah membuatnya terjatuh dari tempat tidur,,,,sampai-sampai kepalanya terbentur. Kenapa yah,,,,,akhir-akhir ini aku selalu memimpikan dhion ? apa ada suatu hal buruk yang terjadi padanya ? “dita terus bertanya-tanya dalam hati”. Tiba-tiba khayalan dita tentang sahabatnya buyar seketika saat Handphone yang berada di saku celana dita bergetar dan mengagetkannya.

Hallo din,,,,,ada apa ? “tanya dina dengan singkat”. Dit....aku merasa ada suatu ha buruk yang terjadi pada dhion “ jawab dino dibalik Handpone”. Kayaknya apa yang kamu risaukan sama denganku,,,,tau ngak akhir-akhir ini aku sering memimpikan dhion yang terus meminta tolong sama aku. Dimimpiku dhion selalu minta tolong karena hampir tenggelam,,,,padahal dhion kan jago klo masalah berenang,,,,tapi mimpi itu terasa nyata aku lihat. “ucap dita pada sahabatnya dino”. Apa......??? kok mimpi kita sama sih dit ? “jawab dino dengan nada keheranan”. Din.....aku khawatir nih sama dhion,,,,,saat ini kan dia memang berada di laut,,,,coba deh kamu telpon dia !!! “pinta dita dengan nada khawatir”. Tunggu dulu aku confren, mudah-mudahan handphonenya aktif. Selang lima menit menunggu, suara dino muncul kembali. Dit...handphone dhion ngak aktif, sudah berulang kali aku hubungi tapi hasil sama. Akhirnya percakapan mereka berdua pun berakhir saat suara salam dari luar rumah dita yang dari tadi dita dengar tapi belum sempat membukakan pintu karena lagi serius membahas tentang dhion sahabatnya.
**********
Walaikum salam,,,,,,oh kamu dik, maaf kelamaan buka pintunya. “jawab dita dengan sedikit cengegesan”. Emang kamu ngapain aja tadi, sampai-sampai salamku ngak dijawab pintu rumah pun ngak dibuka ? “tanya dika dengan sedikit heran”. Maaf dik,,,,tadi itu saya dan dino lagi membahas dhion, spontan dika membungkam mulut dita. Dit....aku yakin ada hal buruk yang sedang terjadi pada dhion deh,,,,,bukannya mendoakan tapi firasatku ngak enak. “melotot memandangi dika sambil melepaskan tangan dika yang dari tadi membungkam mulutnya sampai susah bernafas”. Seketika dita pun mengambil handponenya yang baru ia letakkan diatas meja, menekan tombol dan menunggu jawaban dari seseorang yang ia telepon. Kamu kerumah sekarang yah,,,,ngak pakai lama “perintah dita dengan singkat pada seseorang yang ia telepon”. Tak lama kemudian dino datang dengan tergesa-gesa.....dit...dita “panggil dino dengan suara keras”. Iya...din, aku dan dika sekarang di ruang tamu jadi kamu langsung kesini saja.

Mereka bertiga pun sepakat ke rumah dhion yang letaknya tak jauh dari rumah mereka masing-masing. Dika, dhion, dino, dan dita sahabatan dari kecil mungkin karena jarak rumah mereka yang berdekatan dan masing-masing orang tua mereka juga sangat akrab antara yang satu dengan yang lainnya. Jadi ngak salah kalau mereka menjalin suatu persahabatan sejati yang mereka namakan D4 Always. Diantara mereka berempat, cuma dita yang paling cantik. Heheheh......ya jelas kan cuma dita satu-satunya perempuan diantara personil D4 Always “hibur dita disaat mereka lagi ada masalah”. Disaat itulah dita dikerebutin 3 cowok gagah yang siap mengacak-acak rambutnya sambil berkata “ihhh.....dita narsiezt deh” sambil mencubit pipi dita yang chubbi.
************
Sekitar 20 menit mereka bertiga mondar-mandir di depan rumah dhion yang sepi dan kayaknya tante Ratna lagi pergi. Muka kamu kok,,,,ditekuk sih dit ? “tanya dika dengan sedikit heran”. Hhhmmmm.....sebenarnya ada pesan dari dhion untuk ibunya yang belum sempat saya sampaikan karena terlalu sibuk dengan tugas kuliah. Emang apa pesannya ? “tanya dika dan dino kompak dengan muka penasaran”. Belum sempat dita jawab, tiba-tiba tante Ratna yang tak lain adalah ibunya dhion datang. Ehhh.....tante, klo boleh tau tante dari mana ? sudah lama loh tante kita menunggu disini, untuk ketemu sama tante. “tanya dita dengan muka cemas”. Tante dari rumahnya nak dika “tante Ratna menjawab dengan suara terisak tangis”. Maaf tante, “ucap dita sambil memapah tante Ratna yang kondisinya tidak stabil saat itu”. Sambil meyandarkan tante ratna ke sofa yang posisinya tidak jauh dari pintu masuk rumah, dita menyuruh dino mengambil segelas air putih untuk tante Ratna.

Tante.....baik-baik aja kan ? kami khawatir melihat muka tante yang pucat. “tanya dita dengan muka penuh rasa cemas”. Belum sempat tante ratna menjawab, tiba-tiba si dika ceplos dan menceritakan maksud dan tujuan mereka bertiga datang kemari. Sebenarnya sebelum Dhion pergi berlayar dia sempat menitip pesan sama dita tante,,,dhion berpesan agar dita dan teman-teman menjaga tante dan sering menjenguk keadaan tante. Maaf tante kalau pesan ini baru sempat dita sampaikan, karena akhir-akhir ini dita dan teman-teman sering bermimpi tentang dhion. Dalam mimpi pun dhion selalu berpesan agar kami semua menjaga tante dengan baik, seakan dhion itu tidak akan kembali lagi. “ucap dita panjang lebar sambil menitikan air mata”.

Barusan tante dapat telepon dari syam, dia mengabarkan kalau ternyata dhion menhilang di kapal tanpa jejak. Berulang kali syam menelpon dhion tapi handphone dhio tidak pernah aktif. “ucap tante ratna sambil menangis tersedu-sedu mendengar kabar buruk tentang anaknya yang hilang”. Apa tante.........spontan dita, dino dan dika kaget mendengar kabar buruk itu. Tante yang sabar yah !!! “ucap dita sambil memeluk tante ratna”. Tiba-tiba handphone dika berbunyi dan itu telepon dari kak syam, yang tak lain adalah kakak dari dhion.
“Halo....Assalamualaikum, ada apa kak syam ? walaikumsalam....dik, kak syam mau minta tolong. Bisa tidak kamu sekarang kerumahku soalnya kakak mau cerita sama ibu. “pinta kak syam pada dika sambil memohon”. Kebetulan kak saya dan teman-teman sekarang ada dirumahnya kakak, tunggu yah kak. Sambil menyodorkan handphonenya pada tante ratna “ tante....kak syam mau cerita sama tante.

Firasat buruk langsung merasuk dalam tubuhku seketika saat kupandangi wajah tante ratna yang begitu kosong dan hampa sampai-sampai dia pingsan setelah mendapat telepon dari kak syam. Berulang kali dita mencubit pipinya untuk menyakinkan dirinya, apakah ini cuma mimpi atau kenyataan ? sempat tidak percaya dengan kabar yang barusan dia dengar dari kak syam, tapi ini benar-benar sudah terjadi. Sahabat yang mereka rindukan dan cemaskan akhir-akhir ini telah pergi untuk selamanya. Tanpa sadar dita menjerit histeris dan menangis meratapi nasib sahabatnya yang meninggal dengan cara tragis. Yang tidak bisa dita terima atas kepergian sahabatnya dhion yang begitu cepat dan tragis sehingga menimbulkan tanda tanya besar baginya.

Dita tidak menyangka kalau ternyata pesan dan amanah dhion itu merupakan ucapan perpisahan terakhir dari sahabatnya. Dhion yang ia kenal sejak kecil sampai sekarang dan merupakan sahabat terbaiknya adalah sosok pemuda yang baik, ramah, royal dan pendiam. Kejadian tragis yang dialami dhion sampai meninggal merupakan pukulan terberat yang harus dita, sahabat dan keluarga dhion terima dengan tangis pilu. Selamat jalan sobat......semoga kamu tenang di alam sana. “ucap ketiga sahabat dhion yang saat itu menaburkan bunga diatas batu nisan sahabatnya”. Sambil tersenyum menatap langit yang dihiasi pelangi, saat itu juga dita dan teman-temannya berjanji akan mengukir nama dhion sebagai sahabat terbaik dihati mereka.

Damayanti Childiesh
13 Maret 2014

Nah sahabat apakah sahabat pernah mengalami hal yang serupa dengan cerpen yang di tulis oleh Damayanti Childiesh? Jika hal tersebut terjadi pada kita tentunya kita juga merasakan kehilangan, disinggahi perasaan sedih yang amat dalam. Semoga cerpen kiriman sahabat kita ini memberikan manfaat kepada pembaca. Kita tunggu lagi cerpen kiriman dari sahabat kita Damayanti Childiesh cerpen yang lebih seru :D. Untuk sahabat yang lain dan ingin cerpennya di publikasikan seperti sahabat kita yang satu ini... Silakan kirimkan cerpennya..

Cerpen Persahabatan - Misteri Pesan Dhion

Tuesday, March 25, 2014

Cerpen Pendidikan - LELAKI BERHATI CAHAYA

Cerpen Pendidikan - LELAKI BERHATI CAHAYA


LELAKI BERHATI CAHAYA

Dimulai dari judul cerpen ini, bagi yang suka baca cerpen tentu membuat penasaran. "Lelaki berhati cahaya" Nah apa lagi wanita tu , penasaran kali tentunya. Seperti apa sih lelaki yang berhati cahaya ini. Cerpen ini PC share disini karena banyak memiliki hal positif yang dapat kita ambil. Ya semoga para sahabat yang membaca cerpen ini mendapatkan hidayah dan dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Lelaki Berhati Cahaya

By : Helvy Tiana Rosa

Satu persatu anak-anak usia SMP di hadapanku beringsut, bangkit dan berlalu tanpa pamit.

Aku terus berbicara perihal hidup Rasulullah Muhammad SAW. Kutahan sedikit deburan di hatiku.

Kini, dari dua puluh, hanya tersisa sekitar tujuh anak. Lelaki semua. Anak-anak wanita yang duduk di belakang kini sudah tak tersisa. Mereka pulang. Sementara tujuh anak di hadapanku tampak sibuk sendiri. Berbisik, ngobrol, dan baca majalah. Masih ada waktu hampir satu jam lagi, tetapi kusudahi ceramahku.

"Minggu depan Mas Tomi datang 'kan?" tanya seorang anak.

"Bukan Mas lagi kan yang mengisi?" tanya yang lain.

"Ya, Insya Allah. Saya cuma menggantikan." suaraku terdengar lebih parau.

"Hari ini Mas Tomi ada acara."

"Alhamdulillah," seru anak-anak itu.

"Kami duluan, Mas.

Assalamu'alaikuuuuuuuuuum."

Aku menjawab salam dan tersenyum. Tapi mungkin senyumanku lebih mirip seringai, sehingga tanpa sedikit pun menatap, anak-anak itu berlarian keluar.

Astaghfirullah. Kubilang apa, Tom..., aku gagal lagi!

Kutarik napas panjang. Ada segores perih di hati. Segores.

***

Pulang dari Mushola An-Nur di dekat rumah Tomy tadi, aku naik bis menuju kostku di bilangan Ciliwung. Tumben bis tak seramai biasa. Aku duduk. Di sebelahku, seorang bapak tertidur, terkantuk-kantuk.

"Weiss, gila! Ini baru "the beast" yang asli!"

Aku menoleh dari tempat duduk. Tak jauh di belakangku, beberapa gadis SMA cekikikan seraya menutup separuh wajah mereka.

Tepat di belakangku, kutemui seorang bapak tua menatapku penuh kasihan. Ia hampir tak berkedip!

Aku bersikap biasa. Pura-pura tidak tahu.

Di Cawang naik seorang wanita hamil. Bangku sudah terisi semua. Wanita itu celingukan mencari tempat duduk.

"Silakan, Mbak...," Aku berdiri dengan menunduk. Menyilakannya duduk di bangkuku.

"Hiii, amit-amit jabang bayi! Jabang bayi!" pekik wanita itu tiba-tiba sambil membuang mukanya.

Aku terkejut. Para penumpang lain memandang ke arah aku dan wanita hamil itu. Dan...ketika mereka benar-benar melihatku, bias pandang curiga yang tampak. Suasana jadi agak gaduh. Wanita hamil itu tetap tak mau duduk di kursiku. Berdiri sambil membuang muka.

"Ciliwung! Ciliwung!"

Aku melangkah menuju pintu belakang. Lebih baik aku turun saja. Kulihat wanita hamil muda tadi melap bangku yang tadi kududuki dengan tissue kuat-kuat. Sekilas ia komat- kamit sambil mengusap perutnya, baru duduk.

Aku menunduk dengan dagu yang nyaris rapat de-ngan dada.

Astaghfirullah..., Robbi, jangan sampai hambaMu yang lemah ini berprasangka yang tidak-tidak pada para penghuni bis. Pada para..., astaghfirullah.

Dzikir kian membuat hatiku lapang. Ah, lebih baik aku turun saja.

"Kiri ya, Pak...," ujarku pelan, pada kenek di sampingku.

Kenek bis buru-buru minggir.

"Cawang atas, kiriiii!" katanya dengan wajah yang tiba-tiba pucat.

Ah, mungkin dia belum sarapan. Aku senyum sendiri. Coba menghalau perih.

***

"Copet! Copeet! Copeet!"

Aku menoleh ke belakang! Kulihat seorang lelaki menarik paksa tas seorang Ibu tua... dan berlari kencang meninggalkan Ibu tua yang berteriak itu. Tanpa berpikir panjang kukejar lelaki tadi. Jalanan memang agak sepi sehingga teriak si korban hampir tak ada yang men-dengar.

Ibu tua itu terus berteriak histeris. Aku masih berlari mengejar pencopet tadi. Nafasku mulai tersengal-sengal. Wah, larinya cepat sekali!

"Copet! Copeeet! Copeeettt!"
"Hah?"

Aku menoleh ke belakang. Innalilahi, ya Allah...! Aku terkejut! Terkejut sekali! Di belakangku, kini belasan...mungkin...puluhan orang mengejar...copet...! Aku menoleh lagi. Mereka menuding-nuding ke arahku. Menimpukiku dengan batu!

Ya Allah..., dadaku berdebar keras. Kenapa jadi aku? Apa salahku? Ah, aku harus menjelaskan hal ini pada mereka. Tapi... ah, tak mungkin. Aku bisa bonyok! Bisa dihakimi massa.

Aku terus berlari! Nah! Nah itu dia!
Kulihat pencopet yang asli kelabakan. Larinya hampir tersusul olehku!

"Berhenti!" teriakku. "Menyerahlah!"

Pencopet itu terus berlari. Kini dibuangnya tas Ibu tadi ke sisi jalan. Sekuat tenaga...aku melompat...hap! Kutubruk dia! Kupegang kakinya! Pencopet itu meronta-ronta.
Aku berhasil menangkapnya. Kubawa ia ke balik semak yang ada di sisi jalan. Tas Ibu tadi bersamaku. Tas itu akan jadi bukti. Tapi aku tak mau lelaki ini dihakimi massa. Kasihan. Aku yakin ia dalam keadaan kepepet. Kalau tidak...masak ia mau jadi pencopet.

"Kita...bagi dua...ya?!" suara pencopet itu.

"Tidak. Kita ke kantor polisi," kataku tegas.

"Sembunyi, orang-orang itu membawa ber-bagai senjata. Aku takut mereka mengeroyokmu!"

Massa yang mengejar, melewati persembunyian kami. Aku menahan napas.
Tiba-tiba tak kunyana, si pencopet berontak dan lepas dariku! Ia segera keluar dari semak-semak...dan...dia berseru keras;

"Pencopetnya di sini! Copet! Ia di sini!"

Aku tersentak! Pencopet itu berteriak memanggil massa seolah aku yang mencopet.

Aku keluar dari persembunyian dan berlari! Berlari...terus berlari...wajahku berdarah sempat terkena bogem mentah dan timpukan batu!

Ya Robbi! Aku terus berlari! Dadaku turun naik. Maafkan aku ya Robbi, hari ini aku menangis..., hal yang paling tak pernah kulaku-kan. Menangisi keadaanku. Astaghfirullah....

Aku menyeberang jalan, mengambil arah berlawanan dan kembali menuju rumah Tomi, teman Rohis-ku di SMA yang kini kuliah di UI....

"Assalamu'alaikum...."
Suara Tomi yang sangat kukenal menjawab salam dari dalam. Dan ketika ia membuka pintu....

"Astaghfirullah, Innalillahi..., apa yang terjadi, Mir ? Ya Robbi, wajahmu memar dan berdarah."

Aku tak sanggup bercerita apa pun. Bahkan berkata sepatah pun tidak. Aku terjatuh dan tak ingat apa-apa lagi.

***

Sudah Ibu katakan, jangan bawa teman kamu yang menyeramkan itu kemari lagi! Kamu kok bandel sih, Tom! Ibu tidak mau rumah kita jadi kotor!"

"Ibu, Amir itu teman Tomi yang paling baik yang pernah Tomi punya. Dia anak baik, Bu. Pemuda yang bagus keislamannya. Tomi banyak belajar darinya. Bukankah Ibu yang mau Tomi berteman dengan pemuda yang alim...dan kini...."

"Kamu suka melawan Ibu, sejak kenal sama dia! Sudah sana, suruh dia pergi! Pasti orangtuanya nggak benar makanya punya anak seperti itu! Orangtuanya saja menelantarkan dia di panti. Tak mau menerima dia. Sekarang kamu terima dia di sini! Ibu tidak sudi!"

"Ibu..., astaghfirullah, apakah Ibu tidak ingat betapa Rasul sangat mencintai mereka yang saleh walau bagaimana pun rupanya? Sesungguhnya Allah hanya melihat hati, bu... bukan melihat rupa kita...."

"Diam kowe!"

"Bu!"

Aku bangkit dari tempat tidur Tomi pelan-pelan. Aku tak ingin hubungan Tommy dan Ibunya rusak gara-gara aku. Kukenakan sandal dan berjalan pulang lewat pintu samping kamar Tomi. Kulemparkan kunci pintu ke dalam kamar lewat jendela.

"Assalamu'alaikum, Tom..., maafkan aku."

***

Di mushola kayu yang rapuh, di tepi kali Ciliwung, kulaksanakan salat Maghrib. Sejuk rasanya diri bersentuh dengan air wudu dan menyadari bahwa Ilahi Rabbi selalu siap menerima hamba yang memasuki rumahNya. Bagaimana pun keadaan hambaNya. Bagaimana buruk pun rupanya.

Subhanallah, betapa Sang Maha Akbar, Sang Penguasa begitu 'santun' dan penyayangnya. Subhanallah....

Kullu man 'alaihaa faan wa yabqaa wajhu Rabbikadzul jalaali wal ikraam fabiayyi alaa-i Rabbikumaa tukadziibaan yas-aluhuu man fissamaawaati wal ardh kulla yaumin huwa fil sya'n fabiayyi alaa-i Rabbkumaa tu- kadzdzibaan....


Aku menangis mendengar lantunan surat Ar-Rahman yang dibaca Imam salat. Tubuhku bergetar hebat. Air mataku kian deras.

"Wahai Amir, fa biayyi alaa-i Rabbikumaa tukadzibaan ? Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan ?"

Selesai sholat, para jamaah bersalam-salaman. Tapi tak ada yang menyalamiku. Seperti hari-hari kemarin, aku yang menghampiri. Ada yang agak berbesar hati, meringis dan menyalamiku sekenanya. Banyak juga yang melengos begitu saja. Aku tersenyum getir.

Sejak sebulan yang lalu aku mengontrak sepetak ruangan di dekat tempat ini. Aku berusaha mengenal, bersikap ramah pada penduduk sekitar. Tapi...ya, hampir tak ada respon. Hanya anak-anak kecil yang selalu mengintil kala aku berjalan pulang. Mereka bersorak sorai, seolah mengarakku. Aku pernah berusaha untuk bisa lebih dekat. Sepulang bekerja menjadi buruh bangunan, aku mengajak anak-anak sana mengaji. Tapi tak ada yang pernah datang. Bahkan pernah aku diusir ketika menjenguk tetangga yang sakit. Kata kerabatnya, si sakit terganggu oleh kehadiranku. Aku cuma bisa senyum kecut. Pamit.

"Tolooooong! Toloooong! Tolooooongggggg!" terdengar jeritan histeris. Orang-orang di musala saling berpandangan was-was.

"Tolooong, tolongin aye...anak aye si Mimin kecebur ke kali! Toloong!!" suara Bu Enim.

"Di kali ini, Bu?" tanya Pak RT.

"Iye, cepet tulungin. Aye takut die mati!" Bu Enim menangis keras.

Semua saling berpandangan.

Tanpa berpikir panjang lagi, aku segera melompat ke dalam kali Ciliwung yang mulai menderas. Ah, hari sudah gelap lagi! Orang-orang berteriak-teriak. Ya Allah, tolong para hamba-Mu ini. Ya Robbi, mudah-mudahan kemampuan berenangku yang cukup baik ini, bisa membantu.

Aku menyelam ke kali yang amat kotor ini. Segala sampah jadi satu di sini. "Mimiiiin!"

Kulihat beberapa jarak di depanku tangan mungil Mimin menggapai-gapai. Aku terus berenang, cepat memeluk dan mengangkat. Anak itu sudah lemas. Mudah-mudahan masih bisa ditolong.

Para warga mengulurkan tali tambang. Aku memanjat dengan menggendong anak usia tujuh tahun itu. Begitu sampai di darat, dengan tubuh yang masih kotor, kubopong Mimin ke rumah sakit. Susah sekali mencoba menumpang pada mobil yang lewat. Maklum, penduduk tepi Ciliwung mana yang punya mobil sendiri. Akhirnya aku nekad, berdiri di tengah jalan, menghentikan sebuah mobil yang melintas.

"Tolong, Pak! Anak ini hampir meninggal!"
"Ya, masuk!" kata bapak itu dengan wajah masam.

Aku, Pak RT, dan Bu Enim mengantar Mimin ke rumah sakit.
Bayangkan, bagaimana sambutan rumah sakit, terutama terhadapku. Buruk rupa, kotor, bau lagi....

Setelah cebar-cebur sedikit di kamar mandi rumah sakit, aku naik bis pulang dengan baju basah. Sendiri.

Kenapa aku jadi begini, ya?

Ya Allah, semoga Mimin selamat. Amin.

***

Masih bau kali. Ah, mudah-mudahan itu hanya perasaanku saja.
Aku bergegas ke luar rumah. Mau ke Pasar Minggu, jalan sebentar. Siapa tahu bisa ketemu Tomi. Biasanya dia ngajar ngaji di mesjid daerah situ setiap malam Minggu.

"Mau kemana, Nak Amir?" suara seseorang menyapaku.

Aku terkejut. "Eh, Pak Idris...mau jalan sebentar," jawabku masih dengan kagetan. Aku ditegur Pak Idris! Subhanallah!

"Baek-baek jalan malem gini, nak. Suka banyak anak berandal...."

"Eh, Mpok Encum...mari, mari Mpok, assalamu'alaikum," jawabku lagi-lagi kaget! Nggak salah nih..., Mpok Encum ramah? Pada ku?

Aku terus melangkah. Entah mengapa langkahku jadi makin mantap. Ada sedikit kegembiraan di sana. Aku ditegur? Aku?

***

"Hati-hati, Kek..., mau ke mana?" tanyaku baik-baik.
Sepasang Kakek Nenek yang benar-benar telah lanjut usia, sedikit melihat ke arahku, Kutangkap kebingungan mereka sejak tadi, di antara deru debu lalulintas malam.

"Bade...ka...kota, jang...," jawab si Nenek.
"Kota mana?"
"Pokoknya mah kota...."
"Kakek nenek dari mana?"
"Dari Ciujung. Saya mah mau ka kota...."

Susah payah kucoba menangkap kata-katanya. Alhamdulillah, maksud dia ternyata kota, daerah Jakarta Barat.

"Punya ongkos, Kek?"
"Ongkos?"
"Iya...uang buat jalan...."
"Da' masih banyak. Yeuh coba lihat...! kata si kakek.
Ya Allah, mereka benar-benar pikun. Kasihan. Uangnya tinggal satu, dua...tujuh lembar! Tujuh ribu!

Saya antar mau, Kek?"
"Emang si Ujang mau ka kota juga?"

Akhirnya aku mengangguk. Ya, Allah, anak macam apa yang tega menelantarkan orangtuanya seperti ini? Aku yang beristighfar. Rumah anaknya ternyata dekat Beos. Orang tak punya sekali. Dia marah-marah ortunya datang. Malah aku diusir lagi. Sebelum pergi aku masih menyelipkan uang dua puluh ribu rupiah pada si kakek.

"Kek, hati-hati."
Mereka mengangguk. Tertawa memamerkan deretan gigi yang tak ada. Ah, mereka terlalu pikun untuk bisa melihat wajahku. Alhamdulillah.

Aku menuju Pasar Baru, dari sana aku akan naik bis ke Pasar Minggu. Semoga Tomi belum pulang. Malam Minggu begini biasanya ia sering beri'tikaf bersamaku di masjid Al-Huda, Pasar Minggu.

Ah, anak UI itu memang temanku yang paling setia....

Jam 21.30 aku sampai di Pasar Minggu. Baru saja mau melangkah, seorang pengemis cacat mengesot lewat dihadapanku.

"Ya, Amir, sisihkan rejekimu. Ada hak orang itu dalam uangmu! Kuberikan uang seribu rupiah dan berlalu. Alhamdulillah, uangku masih ada sekitar tujuh ribu lagi."

Aku masuk ke sebuah warteg yang sepi sambil menunduk. Kupesan makanan. Sejak siang tadi, perutku belum diisi. Lapar sekali.

"Pakai apa, Mas?"
"Telur sama sayur," jawabku.

Aku baru akan memasukkan suapan pertama ketika...ya Allah! Di luar warung itu kulihat seorang anak kecil sekitar usia tujuh tahun, duduk termenung di jalan, mengusap-usap matanya. Ia mencoba lebih menepi. Mengintip-intip ke arah warung. Matanya berputar-putar menatap lauk pauk.

Aku jadi ingat diriku dulu. Usia segitu aku sudah menjadi pencuci piring di sebuah warteg. Pemilik warteg baik hati dan mau menyekolahkanku dengan syarat, aku tak boleh keluar kamar kalau ada tamu yang makan.
Aku bangkit, menatap anak itu. Wajahnya aneh. Sekujur kulitnya seperti bersisik. Aku seperti melihat bayanganku.
"Mau makan?" tanyaku dari jauh. Kusodorkan nasi berlauk telur dan sayur milikku padanya. Tanpa berkata ia mengambil piringku dan makan di pinggir jalan dengan acuh tak acuh.

"Sudah baca bismillah?" tanyaku. Anak itu menatapku tak berkedip. "Bis...mil...lah...," kataku mengeja.

"U...u...i...a...a...," katanya.
Aku tersentak! Ia bisu! Ya Allah, betapa malang anak ini. Fabiayyi alla-i Rabbikumaa tukadziban ya Amir? Aku jadi....

"Mbak, nasinya setengah dibungkus," kataku lagi pada pemilik warung.

"Pakai apa?"

"Sayur saja," kataku memesan. Ini untukku, pikirku. "Ini semua saya bayar. Oya, siapa anak itu?"
"Oooo, itu si Tole! Disuruh ngemis sama bapaknya yang tukang judi!"

Aku menarik nafas panjang. Ingin hatiku mengajaknya tinggal bersamaku tapi ... rumah-ku sepetak, uang kadang ada kadang tiada. Ah, hasbunallah wa ni'mal wakiiil.
Aku menyeberang jalan. Nah itu dia Al-Huda! Sepi, mungkin pengajian sudah usai. Tiba-tiba ..., seorang buta menabrakku keras!

"Mmm maaf Tuan, ti...tidak se...ngaja," katanya takut- takut.

"Tidak apa-apa, Pak," balasku. Ya Allah, kasihan sekali sudah tua. Kurogoh kantungku. Uangku tinggal dua ribu rupiah lagi! Alhamdulillah, ada kesempatan beramal.

"Pak hati-hati jalannya," kataku sambil menyisipkan seribu rupiah padanya. Cukuplah bagiku seribu untuk pulang.

"Lho, dikasih uang...bapak? Makasih...,makasih, Tuan...."

Aku melangkah menuju masjid. Lamat-lamat kudengar sebuah suara. Suara yang amat kukenal.

"Saya kagum sekali padanya, Pak. Anaknya baik sekali. Selalu ingin menolong. Ruhaniyahnya...subhanallah. Bapak akan senang berjumpa dengannya. Cuma...wajahnya, pak. Wajahnya seperti...ah, astaghfirullah! Saya tak berhak menilai wajahnya! Saya juga tak tahu hatinya seperti apa...tapi pancaran hati alias perbuatannya...luar biasa. Penuh cahaya." itu suara Tomi.

"Saya ingin kenal! Saya benar-benar ingin kenal, Nak Tom!"

"Ia teman baik yang langka disaat ini, Pak. Tapi kalau Bapak kenal dia, bapak akan mencintainya sebagai saudara seiman, seperti juga saya. Subhanallah...masya Allah!"

"Assalamu'alaikum," sapaku. Aku beristighfar. Aku tak mau lama di luar mendengarkan pembicaraan mereka.

"Nah...ini, Pak Haji,...teman saya Muhammad Amir tercinta," kata Tommy tersenyum, memperkenalkanku.

Lelaki berbaju koko berkopiah memandangku sambil meringis, menyalamiku dan...,

"Maaf...saya...harus pulang!” katanya buru-buru.
"Pak, katanya mau I'tikaf...!" ujar Tomi.
Aku menunduk.

"Maafkan aku, Mir," suara Tomi menyesal.
Aku tersenyum. "Tak apa...."

****

Kalau suatu ketika, anda para pembaca bertemu seorang lelaki dengan mata seolah mem-belalak menakutkan, dengan alisnya yang terlalu tebal dan hampir menutupi kelopak mata. Hidung runcing membengkok ke bawah, mulut yang terlalu lebar ditambah gigi-gigi jarang berwarna kecoklatan, dan kuping yang seperti Mr Spock. Kemudian bibir hitam yang pecah-pecah dan wajah kasar yang seolah bersisik, serta rambutnya yang jarang..., maka mungkin anda bertemu denganku, seorang hamba Allah yang lemah. Buruh bangunan berusia 21 tahun yang tinggal di pinggir Ciliwung.

Aku berharap anda yakin. Aku bukan penjahat. Aku bukan orang yang kena kutuk. Aku hanya orang biasa, yang selalu berusaha untuk bersamaNya. Mensyukuri semua nikmatNya. Kalau anda melihatku, yakinlah, itulah yang terbaik yang Allah anugerahkan kepadaku.

Tolong jangan musuhi aku.
Kalau suatu saat kita berjumpa, yakinlah..., kita bersaudara karena Allah. Seperti persaudaraanku dengan Tomi.


Lelaki Berhati Cahaya

sumber: kumpulan cerita penuh hikmah

Thursday, March 21, 2013

Cerpen Pendidikan - Empat Lilin

Cerpen Pendidikan - Empat Lilin


Cerpen Pendidikan - Empat Lilin

Sahabat pemikir cerdas kali ini kita update lagi setelah sekian lama g update. Berikut ini ada sebuah cerita singkat yang memiliki makna yang sangat besar sahbat. Pahamilah cerita singkat berikut ini sahabat.
Ada 4 lilin yang menyala, sedikit demi sedikit lilin tersebut habis meleleh
dan suasana terasa begitu sunyi sehingga terdengarlah percakapan mereka.
Yang pertama berkata : " Aku adalah Damai. Namun manusia tak mampu menjagaku :
maka lebih baik aku mematikan diriku saja !"
Demikianlah sedikit demi sedikit sang Lilin padam.


Yang kedua berkata : "Aku adalah Iman. Sayang aku tak berguna lagi. Manusia
tak mau mengenalku, untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala."
Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya.

Dengan sedih giliran ketiga berbicara :" Aku adalah Cinta. Tak mampu lagi
aku untuk tetap menyala. Manusia tidak lagi memandang dan menganggapku berguna.
Mereka saling membenci, bahkan membenci mereka yang mecintainya, membenci
keluarganya. " Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah Lilin ketiga.

Tanpa terduga....seorang anak saat itu masuk ke dalam kamar, dan melihat
ketiga lilin telah padam. Karena takut akan kegelapan itu, ia berkata :
" Ekh, apa yang terjadi ? Kalian harus tetap menyala, aku takut akan kegelapan !"
Lalu ia menangis tersedu-sedu.

Lalu dengan terharu Lilin keempat berkata : " Jangan takut, janganlah menangis,
selama aku masih ada dan tetap menyala, kita tetap dapat selalu menyalakan
ketiga Lilin lainnya : " Akulah HARAPAN "
Dengan mata bersinar, sang anak mengambil Lilin Harapan, lalu menyalakan
kembali ketiga Lilin lainnya.

Apa yang tidak pernah mati hanyalah HARAPAN. Harapan yang ada dalam hati kita.
Dan masing-masing kita semoga dapat menjadi alat seperti anak tersebut, yang dalam
situasi apapun mampu menghidupkan kembali Iman, Damai, dan Cinta dengan Harapan
yang masih ada diri kita.

Cerpen Pendidikan - Empat Lilin

Thursday, February 7, 2013

Cerpen Pendidikan - INIPUN AKAN BERLALU

Cerpen Pendidikan - INIPUN AKAN BERLALU

Cerpen Pendidikan - INIPUN AKAN BERLALU

Sahabat pemikir cerdas, kehidupan memang keras tetapi semua itu bisa kita lalui tergantung bagaimana kita menyikapinya sahabat. Nasib bisa kita rubah tetapi tidak demikian sahabat. Nah, sahabat berikut ini ada cerpen yang menarik sahabat. Semoga bisa memberikan manfaat untuk kita semua ya sahabat.
Seorang petani kaya mati meninggalkan kedua putranya. Sepeninggal ayahnya, kedua putra ini hidup bersama dalam satu rumah. Sampai suatu hari mereka bertengkar dan memutuskan untuk berpisah dan membagi dua harta warisan ayahnya. Setelah harta terbagi, masih tertingal satu kotak yang selama ini disembunyikan oleh ayah mereka.


Mereka membuka kotak itu dan menemukan dua buah cincin di dalamnya, yang satu terbuat dari emas bertahtakan berlian dan yang satu terbuat dari perunggu murah. Melihat cincin berlian itu, timbullah keserakahan sang kakak, dia menjelaskan, "Kurasa cincin ini bukan milik ayah, namun warisan turun-temurun dari nenek moyang kita. Oleh karena itu, kita harus menjaganya untuk anak-cucu kita. Sebagai saudara tua, aku akan menyimpan yang emas dan kamu simpan yang perunggu." Sang adik tersenyum dan berkata, "Baiklah, ambil saja yang emas, aku ambil yang perunggu." Keduanya mengenakan cincin tersebut di jari masing-masing dan berpisah. Sang adik merenung, "Tidak aneh kalau ayah menyimpan cincin berlian yang mahal itu, tetapi kenapa ayah menyimpan cincin perunggu murahan ini?" Dia mencermati cincinnya dan menemukan sebuah kalimat terukir di cincin itu: INI PUN AKAN BERLALU. "Oh, rupanya ini mantra ayah…," gumamnya sembari kembali mengenakan cincin tersebut.

Kakak-beradik tersebut mengalami jatuh-bangunnya kehidupan. Ketika panen berhasil, sang kakak berpesta-pora, bermabuk-mabukan, lupa daratan. Ketika panen gagal, dia menderita tekanan batin, tekanan darah tinggi, hutang sana-sini. Demikian terjadi dari waktu ke waktu, sampai akhirnya dia kehilangan keseimbangan batinnya, sulit tidur, dan mulai memakai obat-obatan penenang. Akhirnya dia terpaksa menjual cincin berliannya untuk membeli obat-obatan yang membuatnya ketagihan.

Sementara itu, ketika panen berhasil sang adik mensyukurinya, tetapi dia teringatkan oleh cincinnya:INI PUN AKAN BERLALU. Jadi dia pun tidak menjadi sombong dan lupa daratan. Ketika panen gagal, dia juga ingat bahwa: INI PUN AKAN BERLALU, jadi ia pun tidak larut dalam kesedihan. Hidupnya tetap saja naik-turun, kadang berhasil, kadang gagal dalam segala hal, namun dia tahu bahwa tiada yang kekal adanya. Semua yang datang, hanya akan berlalu. Dia tidak pernah kehilangan keseimbangan batinnya, dia hidup tenteram, hidup seimbang, hidup bahagia.

Sumber : imampriestian.blogspot.com

Cerpen Pendidikan - INIPUN AKAN BERLALU

Thursday, November 1, 2012

Cerpen Pendidikan -  Ibu Penjual Tempe

Cerpen Pendidikan - Ibu Penjual Tempe

Cerpen Pendidikan -  Ibu Penjual Tempe

kata kata cinta,kata kata mutiara,kata motivasi,pidato singkat,berita bola,kata kata gombal,kata kata lucu,cerpen pendidikan,cerpen sedih,tutorial blog,zodiak,ramalan bintang,berita terkini,otomotif,kata selamat ulang tahun,kata selamat hari ibu,kata kata galau

Sahabat pemikir cerdas yang lagi cari cerpen dengan tema pendidikan, mungkin ini bisa menjadi jawaban sahabat dalam pencarian sahabat. Semoga cerpen ini banyak memberikan pelajaran kepada kita semua ya sahabat. Selamat membaca sahabat.

Peristiwanya terjadi di sebuah desa di Jawa Tengah. Seorang ibu setengah baya tersebut sehari-harinya adalah penjual tempe di desanya. Tempe yang dijualnya merupakan tempe yang dibuatnya sendiri. 

Pada suatu hari, seperti biasanya, pada saat ia akan pergi ke pasar untuk menjual tempenya. Ternyata pagi itu, tempe yang terbuat dari kacang kedelai itu masih belum jadi tempe, alias masih setengah jadi. Ibu ini sangat sedih hatinya. Sebab jika tempe tersebut tidak jadi berarti ia tidak akan mendapatkan uang karena tempe yang belum jadi tentunya tidak laku dijual. Padahal mata pencaharian si ibu hanyalah dari menjual tempe saja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. 

Dalam suasana hatinya yang sedih, si ibu langsung berdoa “ Ya Allah aku mohon kepadaMu agar kedelai ini bisa menjadi tempe sekarang juga, Amin."Demikian doa singkat si Ibu yang dipanjatkannya dengan sepenuh hatinya. Ia yakin dan percaya pasti Tuhan menjawab doanya. Lalu, dengan tenang ia menekan-nekan dengan ujung jarinya bungkusan bakal tempe tersebut. Dengan hati yang deg-deg-an ia mulai membuka sedikit bungkusannya untuk melihat mujizat kedelai jadi tempe terjadi. Lalu apa yang terjadi, dengan kaget dia mendapati bahwa kedelai tersebut ........................ masih tetap kedelai. 

Si Ibu tidak kecewa. Ia berpikir bahwa mungkin doanya kurang jelas didengar Tuhan. Lalu kembali ia tumpang tangan di atas batangan kedelai tersebut. "Ya Allah, aku tahu bahwa bagiMu tiada yang mustahil. Tolonglah aku supaya hari ini aku bisa berdagang tempe karena itulah mata pencaharianku Aku mohon dengan namaMu ya Allah jadikanlah kedelai ini menjadi tempe. Amin."Dengan yakin ia pun kembali membuka sedikit bungkusan tersebut. Lalu apa yang terjadi ? Dengan kaget ia melihat bahwa kacang kedelai tersebut masih tetap begitu ! Sementara hari semakin siang dimana pasar tentunya akan semakin ramai. Si Ibu dengan tidak merasa kecewa atas doanya yang belum terkabul, merasa bahwa bagaimanapun ia akan tetap pergi ke pasar membawa keranjang berisi barang dagangannya itu. Ia berpikir mungkin mujizat Tuhan akan terjadi di tengah perjalanan ia pergi ke pasar. 

Lalu ia pun bersiap-siap untuk berangkat ke pasar. Semua keperluannya untuk berjualan tempe seperti biasanya sudah disiapkannya. Sebelum beranjak dari rumahnya, ia sempatkan untuk berdoa sekali lagi. "Ya Allah, aku percaya Engkau akan mengabulkan doaku. Sementara aku berjalan menuju ke pasar, Engkau akan mengadakan Mujizat buatku, Amin."Lalu ia pun berangkat. Di sepanjang perjalanan didalam hatinya ia tidak lupa selalu berdoa dan berharap. Tidak lama kemudian sampailah ia di pasar. Dan seperti biasanya ia mengambil tempat untuk menggelar barang dagangannya. Ia yakin bahwa tempenya sekarang pasti sudah jadi. Lalu iapun membuka keranjangnya dan pelan-pelan menekan-nekan dengan jarinya setiap bungkusan yang ada. Perlahan ia membuka sedikit daun pembungkusnya dan melihat isinya. Apa yang terjadi ? Ternyata saudara-saudara, tempenya benar-benar ...... belum jadi ! 

Si Ibu menelan ludahnya. Ia tarik napas dalam-dalam. Ia mulai kecewa pada Tuhan karena doanya tidak dikabulkan. Ia merasa Tuhan tidak adil. Tuhan tidak kasihan kepadanya. Ia hidup hanya mengandalkan hasil menjual tempe saja. Selanjutnya, ia hanya duduk saja tanpa menggelar dagangannya karena ia tahu bahwa mana ada orang mau membeli tempe yang masih setengah jadi.Sementara hari semakin siang dan pasar sudah mulai sepi dengan pembeli. Ia melihat dagangan teman-temannya sesama penjual tempe yang tempenya sudah hampir habis. Rata-rata tinggal sedikit lagi tersisa. Si ibu tertunduk lesu. Ia seperti tidak sanggup menghadapi kenyataan hidupnya hari itu. Ia hanya bisa termenung dengan rasa kecewa yang dalam. Yang ia tahu bahwa hari itu ia tidak akan mengantongi uang sepeserpun. 

Tiba-tiba ia dikejutkan dengan sapaan seorang wanita. "Bu ?..! Maaf ya, saya mau tanya. Apakah ibu menjual tempe yang belum jadi ? Soalnya dari tadi saya sudah keliling pasar mencarinya". Seketika si ibu tadi terperangah. Ia kaget. Sebelum ia menjawab sapaan wanita di depannya itu, dalam hati cepat-cepat ia berdoa "Ya Allah ... Saat ini aku tidak butuh tempe lagi. Aku tidak butuh lagi. Biarlah daganganku ini tetap seperti semula. Amin." Tapi kemudian, ia tidak berani menjawab wanita itu. Ia berpikir jangan-jangan selagi ia duduk-duduk termenung tadi, tempenya sudah jadi. Jadi ia sendiri saat itu dalam posisi ragu-ragu untuk menjawab ya kepada wanita itu. 

"Bagaimana nih ?" ia pikir. "Kalau aku katakan iya, jangan-jangan tempenya sudah jadi. Siapa tahu tadi sudah terjadi mujizat Tuhan ?" Ia kembali berdoa dalam hatinya, "Ya Allah, biarlah tempeku ini tidak usah jadi tempe lagi. Sudah ada orang yang kelihatannya mau beli. Tuhan tolonglah aku kali ini. Tuhan dengarkanlah doaku ini ..." ujarnya berkali-kali.Lalu, sebelum ia menjawab wanita itu, ia pun membuka sedikit daun penutupnya. Lalu ? Apa yang dilihatnya Saudara-Saudara ? Ternyata ..... ternyata ..... memang benar tempenya belum jadi Ia bersorak senang dalam hatinya. Alhamdulillah….Alhamdulillah… katanya. Singkat cerita wanita tersebut memborong semua dagangan si ibu itu. 

Sebelum wanita itu pergi, ia penasaran kenapa ada orang yang mau beli tempe yang belum jadi. Ia bertanya kepada si wanita. Dan wanita itu mengatakan bahwa anaknya di Yogya mau tempe yang berasal dari desa itu.Berhubung tempenya akan dikirim ke Yogya jadi ia harus membeli tempe yang belum jadi, supaya setibanya di sana, tempenya sudah jadi. Kalau tempe yang sudah jadi yang dikirim maka setibanya di sana nanti tempe tersebut sudah tidak bagus lagi dan rasanya sudah tidak enak lagi. 

Apa yang bisa kita simpulkan dari cerita ini ? 

Pertama : Kita sering memaksakan kehendak kita kepada Tuhan pada waktu kita berdoa padahal sebenarnya Tuhan lebih mengetahui apa yang kita perlukan. 

Kedua : Tuhan menolong kita dengan caraNya yang sama sekali diluar perkiraan kita sebelumnya. 

Ketiga : Tiada yang mustahil bagi Tuhan. 

Keempat : Percayalah bahwa Tuhan akan menjawab doa kita sesuai dengan rancanganNya 


Cerpen Pendidikan -  Ibu Penjual Tempe

Thursday, October 4, 2012

Cerpen Pendidikan - Pramugari Koma di Tanah Suci

Cerpen Pendidikan - Pramugari Koma di Tanah Suci

Cerpen Pendidikan - Pramugari Koma di Tanah Suci 

 Sahabat pemikir cerdas pada saat ini sahabat akan membaca sebuah kisah yang akan memperlihatkan Kebesaran Allah. Dengan membaca kisah ini mudah2n memberikan banyak masukan terhadap sahabat dan menjadikan kita umat yang diselamatkan Allah . Amin
Kisah ini dikutip dari sebuah catatan yang ada di facebook.
kata kata cinta,kata kata mutiara,kata motivasi,pidato singkat,berita bola,kata kata gombal,kata kata lucu,cerpen pendidikan,cerpen sedih,tutorial blog,zodiak,ramalan bintang,berita terkini,otomotif,kata selamat ulang tahun,kata selamat hari ibu,kata kata galau


Selama hampir sembilan tahun menetap di Mekah sambil menguruskan jemaah haji dan umrah, saya telah melalui berbagai pengalaman menarik dan yang pahit. Bagaimana pun, dalam banyaknya peristiwa yang saya alami, ada satu kejadian yang tidak akan pernah saya bisa lupakan. Kisah ini terjadi kepada seorang wanita yang berusia di pertengahan 30-an pada saat saya mengurus satu rombongan haji.

Setibanya wanita tersebut dan rombongan haji di Lapangan Terbang Jeddah kami sambut dengan sebuah bus. Semuanya terlihat riang sebab ini adalah pertama kalinya mereka melaksanakan haji. Setelah itu saya membawa mereka menaiki bas dan dari situ, kami menuju ke Madinah.

Alhamdulillah, segalanya berjalan lancar hingga kami sampai di Madinah. Tiba di Madinah, semua orang turun dari bus. Turunlah mereka satu persatu sampai tiba pada giliran wanita tersebut. Tanpa sebab yang jelas tiba-tiba wanita itu jatuh tidak sadarkan diri, yang secara langsung setelah menginjak bumi Madinah.

Sebagai orang yang dipertanggungjawabkan mengurus jemaah itu, saya pun bergegas menuju ke arah wanita tersebut. “Jemaah ini sakit” kata saya pada jemaah-jemaah yang lain.
Suasana yang tadinya tenang serta merta bertukar menjadi cemas dan semua jemaah terlihat panik atas kejadian ini.

“Badan dia panas dan menggigil. Jemaah ini tak sadarkan diri, cepat tolong saya…kita bawa dia ke rumah sakit” kata saya. Tanpa membuang waktu, kami mengangkat wanita tersebut dan membawanya ke rumah sakit Madinah yang terletak tidak jauh dari situ. Sementara itu, jemaah yang lain diantar ke tempat penginapan masing-masing. Sampai di rumah sakit Madinah, wanita itu masih belum sadarkan diri. Berbagai usaha dilakukan oleh dokter untuk memulihkannya, namun semuanya gagal.

Sementara itu, tugas mengurus jemaah perlu saya teruskan. Saya terpaksa meninggalkan wanita tersebut di rumah sakit. Namun dalam kesibukan menguruskan jemaah, saya menghubungi rumah sakit Madinah untuk mengetahui perkembangan wanita tersebut. Namun, saya diberi kabar bahwa dia masih tidak sadarkan diri. Selepas dua hari, wanita itu masih juga tidak sedarkan diri. Saya makin cemas, maklumlah, itu adalah pengalaman pertama saya berhadapan dengan situasi seperti itu.

Semua usaha untuk memulihkannya gagal, maka wanita itu dibawa ke rumah sakit Abdul Aziz Jeddah untuk mendapatkan perawatan lanjut sebab rumah sakit di Jeddah lebih lengkap kemudahannya dibandingkan rumah sakit Madinah. Namun usaha untuk memulihkannya masih tidak berhasil. Jadwal Haji harus diteruskan. Kami berangkat ke Mekah untuk mengerjakan ibadah haji. Selesai haji, saya langsung pergi ke Jeddah. Malangnya, sampai rumah sakit Abdul Aziz, saya diberitahu oleh dokter bahawa wanita tersebut masih koma. Bagaimanapun, kata doktor, keadaannya stabil. Melihat keadaannya itu, saya ambil keputusan untuk menunggunya di rumah sakit.

Setelah dua hari menunggu, akhirnya wanita itu membuka matanya. Dari sudut matanya yang terbuka sedikit itu, dia memandang ke arah saya dan terus memeluk saya dengan erat sambil menangis terisak-isak. Ketika itu saya sangat bingung, Saya bertanya kepada wanita tersebut,

“Kenapa kamu menangis?”

“Ustazah….saya taubat Ustazah. Saya menyesal, saya takkan berbuat lagi hal-hal yang tidak baik. Saya bertaubat, betul-betul bertaubat.”

“Kenapa kamu tiba-tiba ingin bertaubat?” tanya saya masih dalam keadaan bingung. Wanita itu terus menangis terisak-isak tanpa menjawab pertanyaan saya itu. Tidak lama kemudian dia bersuara, menceritakan kepada saya mengapa dia berkelakuan demikian, cerita yang bagi saya perlu diambil hikmahnya oleh kita semua.

Katanya, “Ustazah, saya ini sudah berumah tangga, menikah dengan lelaki orang kulit putih. Tapi saya salah. Saya ini cuma Islam pada nama dan keturunan saja. Saya tak pernah mengerjakan ibadah. Saya tidak sholat, tidak puasa, semua amalan ibadah saya dan suami tidak pernah saya kerjakan, rumah saya penuh dengan botol minuman.

Dengan suara tersekat-sekat, wanita itu menceritakan, “Ustazah…Allah itu Maha Besar, Maha Agung, Maha Kaya. Semasa koma , saya telah diazab dengan siksaan yang benar-benar pedih atas segala kesalahan yang telah saya buat selama ini.

“Betulkah?” tanya saya terkejut. “Betul Ustazah. Selama koma itu saya telah ditunjukkan oleh Allah tentang balasan yang Allah beri kepada saya. Balasan azab Ustazah, bukan balasan syurga.
Saya rasa seperti diazab di neraka. Saya ini seumur hidup tak pernah pakai jilbab. Sebagai balasan, rambut saya ditarik dengan bara api. Sakitnya tidak bisa saya ceritakan dengan kata-kata.

Menjerit-jerit saya minta ampun minta maaf kepada Allah.” “Bukan itu saja, buah dada saya pun diikat dan dijepit dengan penjepit yang dibuat daripada bara api, kemudian ditarik ke sana-sini…putus, jatuh ke dalam api neraka.

Buah dada saya hancur terbakar, panasnya bukan main. Saya menjerit, menangis kesakitan. Saya masukkan tangan ke dalam api itu dan saya ambil buah dada itu kembali .”

Tanpa mempedulikan pasien lain, suster pun memerhatikannya wanita itu terus bercerita. Menurutnya lagi, setiap hari dia disiksa, tanpa henti, 24 jam sehari. Dia tidak diberi waktu untuk beristirahat atau dilepaskan dari hukuman, sepanjang masa koma itu di laluinya dengan azab yang amat pedih.

Dengan suara terbata-bata, dengan berlinangan air mata, wanita itu meneruskan ceritanya, “Hari ke hari saya disiksa. Bila rambut saya ditarik dengan bara api, sakitnya terasa seperti kulit kepala yang ikut terlepas. Panasnya juga menyebabkan otak saya terasa seperti menggelegak.

Azab itu pedih…pedih yang amat sangat…tidak bisa saya ungkapkan. Sambil bercerita, wanita itu terus meraung, menangis terisak-isak. Terlihat dia betul-betul menyesal atas semua kesalahannya. Saya pun termenung, kaget dan menggigil mendengar ceritanya. Sangat pedih balasan Allah kepada umatnya yang ingkar.

“Ustazah… buat saya, Islam hanya nama saja, tapi saya minum alkohol, saya main judi dan segala macam dosa besar. Karena saya suka makan dan minum apa yang diharamkan Allah, semasa tidak sadarkan diri itu saya telah diberi makan buah-buahan yang berduri tajam.

Buah yang tak berisi melainkan hanya duri-duri saja, tapi saya sangat ingin memakannya, karena saya benar-benar merasa lapar.
“Bila ditelan buah-buah itu, duri-durinya menusuk kerongkongan saya dan bila sampai ke perut terasa menusuk perut saya. Sedangkan jari yang tertusuk jarum pun terasa sakitnya.

Setelah buah-buah duri itu habis, saya diberi makan berupa bara-bara api. Pada saat saya masukkan bara api itu ke dalam mulut, seluruh badan saya rasanya seperti terbakar hangus. Panasnya cuma Allah saja yang tahu. Api yang ada di dunia ini tidak akan sama dengan kepanasannya. Setelah memakan bara api itu, saya meminta minuman, tapi…saya dihidangkan dengan minuman yang dibuat dari nanah. Baunya cukup busuk, saya terpaksa meminumnya sebab saya sangat merasa haus. Semua terpaksa saya lalui, tak pernah saya alami sepanjang hidup di dunia ini.”

Saya terus mendengar cerita wanita itu dengan tekun. Sangat terasa kebesaran Allah. “Semasa diazab itu, saya merayu memohon kepada Allah supaya diberikan nyawa sekali lagi, berilah saya peluang untuk hidup sekali lagi. Tak berhenti saya memohon. Saya berjanji tidak akan mengulangi kesalahan saya. Saya berjanji tidak akan ingkar atas perintah Allah dan akan jadi umat yg soleh. Saya berjanji kalau saya dihidupkan kembali, saya akan perbaiki segala kekurangan dan kesalahan saya dahulu, saya akan mengaji, akan sholat, akan puasa yang selama ini saya tinggalkan.”

Saya termenung mendengar cerita wanita itu. Benarlah, Allah itu Maha Agung dan Maha Berkuasa. Kita manusia ini tak akan terlepas dari balasanNya. Kalau baik amalan kita maka baiklah balasan yang akan kita terima, kalau buruk amalan kita, maka azablah kita di akhirat kelak.

Alhamdulillah, wanita itu telah menyaksikan sendiri kebenaran Allah. “Ini bukan mimpi ustazah. Kalau mimpi azabnya tidak akan terasa sampai sepedih ini. Saya bertaubat Ustazah, saya tak akan ulangi lagi kesalahan saya. Saya bertaubat… saya taubat Nasuha,” katanya sambil menangis-nangis. Sejak itu wanita tersebut benar-benar berubah. Bila saya membawanya ke Mekah, dia menjadi jemaah yang paling khusuk.

Amal ibadahnya tak pernah berhenti. Contohnya, kalau wanita itu pergi ke masjid pada waktu maghrib, dia hanya akan balik kehotelnya selepas sholat subuh. “Kenapa melakukan ibadah sampai tidak ingat waktu. kamu juga harus menjaga kesehatan. Pulanglah setelah sholat Isya, makan nasi atau istirahatlah sejenak…” tegur saya.

“Tidak apa-apa Ustazah. saya membawa buah kurma. saya memakannya disaat saya merasa lapar.” Menurut wanita itu, sepanjang berada di dalam Masjidil Haram, dia ingin membayar sholat yang ditinggalkannya dahulu.

Selain itu dia berdoa, mohon kepada Allah supaya mengampunkan dosanya. Saya kasihan melihatkan keadaan wanita itu, takut karena ibadah dan tekanan perasaan yang keterlaluan dia akan jatuh sakit. Jadi saya menasihatkan supaya tidak beribadah keterlaluan hingga mengabaikan kesehatannya.

“Tidak boleh Ustazah. Saya takut…saya sudah merasakan pedihnya azab Tuhan. Ustazah tidak merasa, Ustazah tidak mengetahui rasanya. Kalau Ustaz sudah merasakan azab itu, Ustazah juga akan menjadi seperti saya. Saya betul- betul bertaubat.”

Wanita itu juga berpesan kepada saya, katanya, “Ustazah, kalau ada perempuan Islam yang tak pakai jilbab, Ustazah ingatkanlah pada mereka, pakailah jilbab. Cukuplah saya saja yang merasakan siksaan itu, saya tidak mau ada wanita lain yang merasakan hal seperti yang saya sudah rasakan. Semasa diazab, saya melihat larangan-larangan Allah, salah satunya adalah setiap sehelai rambut wanita Islam yang sengaja diperlihatkan kepada lelaki yang bukan mahromnya, maka dia diberikan satu dosa. Kalau ada 10 lelaki yang bukan mahrom melihat sehelai rambut saya ini, maka saya mendapatkan 10 dosa.”

“Tapi Ustazah, rambut saya ini banyak jumlahnya, beribu-ribu. Kalau seorang melihat rambut saya, itu berarti beribu-ribu dosa yang saya dapat. “Saya berniat, sepulang saya dari haji ini, saya minta tolong dari ustazah supaya mau mengajarkan suami saya sholat, puasa, mengaji, dan mengerjakan semua ibadah. Saya ingin mengajak suami pergi haji. Seperti saya, suami saya itu Islam pada nama saja. Tapi itu semua adalah kesalahan saya. Saya sudah membawa dia masuk Islam, tapi saya tidak membimbing dia. Bukan itu saja, sayalah yang menjadi seperti orang yang bukan Islam.”

Sejak kembali dari haji itu, saya tidak mendegar cerita tentang wanita tersebut. Bagaimana pun, saya percaya dia sudah menjadi wanita yang benar-benar solehah. Adakah dia berbohong kepada saya tentang ceritanya diazab semasa koma? Tidak. Saya percaya dia berkata benar. Jika dia berbohong, kenapa dia berubah dan bertaubat Nasuha? Satu lagi, cobalah bandingkan azab yang diterimanya itu dengan azab yang digambarkan oleh Allah dan Nabi dalam Al-Quran dan hadish. Adakah ia berbohong ?

Benar, apa yang terjadi itu memang kita tidak dapat membuktikannya secara saintifik, tapi bukankah soal dosa dan pahala, syurga dan neraka itu perkara ghaib?

Janganlah bila kita sudah meninggal dunia, bila kita sudah diazab barulah kita mau percaya bahwa “Oh… memang betul apa yang Allah dan Rasul katakan. Aku menyesal…” Itu sudah terlambat. Raihlah 5 peluang sebelum datang 5 rintangan, Kaya sebelum miskin, Senang sebelum susah, Sehat sebelum sakit, Muda sebelum tua dan waktu Hidup sebelum mati

Walahualam Bisawab, Semoga kisah ini membawa kita menjadi umat yang lebih mengerti bahwa dunia bukanlah tempat terakhir, masih ada akhirat, masih ada alam lain yang sudah menanti kita sebagai mana dituliskan dalam Al Qur’an. Semoga kita menjadi umat yang senantiasa beribadah kepada Allah.


Cerpen Pendidikan - Pramugari Koma di Tanah Suci