Friday, March 28, 2014

Cerpen Persahabatan - Misteri Pesan Dhion

Cerpen Persahabatan - Misteri Pesan Dhion

Sahabat pemikir cerdas, PC mendapatkan kiriman cerpen lagi dari salah satu sahabat setia PC. Namanya Damayanti Childiesh sahabat!!! Sebelum sahabat membaca cerpen kiriman dari Damayanti Childiesh, kita ucapkan terimakasih dulu .... Terimakasih Damayanti Childiesh ...... :D Telah mengirimkan cerpennya. Oke sahabat judulnya cerpennya " Misteri Pesan Dhion". Sedikit horor judulnya sahabat, sebelum baca siapkan juga makanan n minuman ringan agar lebih nyantai bacanya sahabat.
Persahabatan

       Bruuuukkkkkk.................aduh sakit, keluh dita saat mendapati tubuhnya terjatuh dari tempat tidur. Dengan sedikit kesal,,,,dita beranjak dari tempat tidur menuju sofa kesayangannya yang terletak di ruang tamu. Duduk termenung sambil merenungi mimpi yang telah membuatnya terjatuh dari tempat tidur,,,,sampai-sampai kepalanya terbentur. Kenapa yah,,,,,akhir-akhir ini aku selalu memimpikan dhion ? apa ada suatu hal buruk yang terjadi padanya ? “dita terus bertanya-tanya dalam hati”. Tiba-tiba khayalan dita tentang sahabatnya buyar seketika saat Handphone yang berada di saku celana dita bergetar dan mengagetkannya.

Hallo din,,,,,ada apa ? “tanya dina dengan singkat”. Dit....aku merasa ada suatu ha buruk yang terjadi pada dhion “ jawab dino dibalik Handpone”. Kayaknya apa yang kamu risaukan sama denganku,,,,tau ngak akhir-akhir ini aku sering memimpikan dhion yang terus meminta tolong sama aku. Dimimpiku dhion selalu minta tolong karena hampir tenggelam,,,,padahal dhion kan jago klo masalah berenang,,,,tapi mimpi itu terasa nyata aku lihat. “ucap dita pada sahabatnya dino”. Apa......??? kok mimpi kita sama sih dit ? “jawab dino dengan nada keheranan”. Din.....aku khawatir nih sama dhion,,,,,saat ini kan dia memang berada di laut,,,,coba deh kamu telpon dia !!! “pinta dita dengan nada khawatir”. Tunggu dulu aku confren, mudah-mudahan handphonenya aktif. Selang lima menit menunggu, suara dino muncul kembali. Dit...handphone dhion ngak aktif, sudah berulang kali aku hubungi tapi hasil sama. Akhirnya percakapan mereka berdua pun berakhir saat suara salam dari luar rumah dita yang dari tadi dita dengar tapi belum sempat membukakan pintu karena lagi serius membahas tentang dhion sahabatnya.
**********
Walaikum salam,,,,,,oh kamu dik, maaf kelamaan buka pintunya. “jawab dita dengan sedikit cengegesan”. Emang kamu ngapain aja tadi, sampai-sampai salamku ngak dijawab pintu rumah pun ngak dibuka ? “tanya dika dengan sedikit heran”. Maaf dik,,,,tadi itu saya dan dino lagi membahas dhion, spontan dika membungkam mulut dita. Dit....aku yakin ada hal buruk yang sedang terjadi pada dhion deh,,,,,bukannya mendoakan tapi firasatku ngak enak. “melotot memandangi dika sambil melepaskan tangan dika yang dari tadi membungkam mulutnya sampai susah bernafas”. Seketika dita pun mengambil handponenya yang baru ia letakkan diatas meja, menekan tombol dan menunggu jawaban dari seseorang yang ia telepon. Kamu kerumah sekarang yah,,,,ngak pakai lama “perintah dita dengan singkat pada seseorang yang ia telepon”. Tak lama kemudian dino datang dengan tergesa-gesa.....dit...dita “panggil dino dengan suara keras”. Iya...din, aku dan dika sekarang di ruang tamu jadi kamu langsung kesini saja.

Mereka bertiga pun sepakat ke rumah dhion yang letaknya tak jauh dari rumah mereka masing-masing. Dika, dhion, dino, dan dita sahabatan dari kecil mungkin karena jarak rumah mereka yang berdekatan dan masing-masing orang tua mereka juga sangat akrab antara yang satu dengan yang lainnya. Jadi ngak salah kalau mereka menjalin suatu persahabatan sejati yang mereka namakan D4 Always. Diantara mereka berempat, cuma dita yang paling cantik. Heheheh......ya jelas kan cuma dita satu-satunya perempuan diantara personil D4 Always “hibur dita disaat mereka lagi ada masalah”. Disaat itulah dita dikerebutin 3 cowok gagah yang siap mengacak-acak rambutnya sambil berkata “ihhh.....dita narsiezt deh” sambil mencubit pipi dita yang chubbi.
************
Sekitar 20 menit mereka bertiga mondar-mandir di depan rumah dhion yang sepi dan kayaknya tante Ratna lagi pergi. Muka kamu kok,,,,ditekuk sih dit ? “tanya dika dengan sedikit heran”. Hhhmmmm.....sebenarnya ada pesan dari dhion untuk ibunya yang belum sempat saya sampaikan karena terlalu sibuk dengan tugas kuliah. Emang apa pesannya ? “tanya dika dan dino kompak dengan muka penasaran”. Belum sempat dita jawab, tiba-tiba tante Ratna yang tak lain adalah ibunya dhion datang. Ehhh.....tante, klo boleh tau tante dari mana ? sudah lama loh tante kita menunggu disini, untuk ketemu sama tante. “tanya dita dengan muka cemas”. Tante dari rumahnya nak dika “tante Ratna menjawab dengan suara terisak tangis”. Maaf tante, “ucap dita sambil memapah tante Ratna yang kondisinya tidak stabil saat itu”. Sambil meyandarkan tante ratna ke sofa yang posisinya tidak jauh dari pintu masuk rumah, dita menyuruh dino mengambil segelas air putih untuk tante Ratna.

Tante.....baik-baik aja kan ? kami khawatir melihat muka tante yang pucat. “tanya dita dengan muka penuh rasa cemas”. Belum sempat tante ratna menjawab, tiba-tiba si dika ceplos dan menceritakan maksud dan tujuan mereka bertiga datang kemari. Sebenarnya sebelum Dhion pergi berlayar dia sempat menitip pesan sama dita tante,,,dhion berpesan agar dita dan teman-teman menjaga tante dan sering menjenguk keadaan tante. Maaf tante kalau pesan ini baru sempat dita sampaikan, karena akhir-akhir ini dita dan teman-teman sering bermimpi tentang dhion. Dalam mimpi pun dhion selalu berpesan agar kami semua menjaga tante dengan baik, seakan dhion itu tidak akan kembali lagi. “ucap dita panjang lebar sambil menitikan air mata”.

Barusan tante dapat telepon dari syam, dia mengabarkan kalau ternyata dhion menhilang di kapal tanpa jejak. Berulang kali syam menelpon dhion tapi handphone dhio tidak pernah aktif. “ucap tante ratna sambil menangis tersedu-sedu mendengar kabar buruk tentang anaknya yang hilang”. Apa tante.........spontan dita, dino dan dika kaget mendengar kabar buruk itu. Tante yang sabar yah !!! “ucap dita sambil memeluk tante ratna”. Tiba-tiba handphone dika berbunyi dan itu telepon dari kak syam, yang tak lain adalah kakak dari dhion.
“Halo....Assalamualaikum, ada apa kak syam ? walaikumsalam....dik, kak syam mau minta tolong. Bisa tidak kamu sekarang kerumahku soalnya kakak mau cerita sama ibu. “pinta kak syam pada dika sambil memohon”. Kebetulan kak saya dan teman-teman sekarang ada dirumahnya kakak, tunggu yah kak. Sambil menyodorkan handphonenya pada tante ratna “ tante....kak syam mau cerita sama tante.

Firasat buruk langsung merasuk dalam tubuhku seketika saat kupandangi wajah tante ratna yang begitu kosong dan hampa sampai-sampai dia pingsan setelah mendapat telepon dari kak syam. Berulang kali dita mencubit pipinya untuk menyakinkan dirinya, apakah ini cuma mimpi atau kenyataan ? sempat tidak percaya dengan kabar yang barusan dia dengar dari kak syam, tapi ini benar-benar sudah terjadi. Sahabat yang mereka rindukan dan cemaskan akhir-akhir ini telah pergi untuk selamanya. Tanpa sadar dita menjerit histeris dan menangis meratapi nasib sahabatnya yang meninggal dengan cara tragis. Yang tidak bisa dita terima atas kepergian sahabatnya dhion yang begitu cepat dan tragis sehingga menimbulkan tanda tanya besar baginya.

Dita tidak menyangka kalau ternyata pesan dan amanah dhion itu merupakan ucapan perpisahan terakhir dari sahabatnya. Dhion yang ia kenal sejak kecil sampai sekarang dan merupakan sahabat terbaiknya adalah sosok pemuda yang baik, ramah, royal dan pendiam. Kejadian tragis yang dialami dhion sampai meninggal merupakan pukulan terberat yang harus dita, sahabat dan keluarga dhion terima dengan tangis pilu. Selamat jalan sobat......semoga kamu tenang di alam sana. “ucap ketiga sahabat dhion yang saat itu menaburkan bunga diatas batu nisan sahabatnya”. Sambil tersenyum menatap langit yang dihiasi pelangi, saat itu juga dita dan teman-temannya berjanji akan mengukir nama dhion sebagai sahabat terbaik dihati mereka.

Damayanti Childiesh
13 Maret 2014

Nah sahabat apakah sahabat pernah mengalami hal yang serupa dengan cerpen yang di tulis oleh Damayanti Childiesh? Jika hal tersebut terjadi pada kita tentunya kita juga merasakan kehilangan, disinggahi perasaan sedih yang amat dalam. Semoga cerpen kiriman sahabat kita ini memberikan manfaat kepada pembaca. Kita tunggu lagi cerpen kiriman dari sahabat kita Damayanti Childiesh cerpen yang lebih seru :D. Untuk sahabat yang lain dan ingin cerpennya di publikasikan seperti sahabat kita yang satu ini... Silakan kirimkan cerpennya..

Cerpen Persahabatan - Misteri Pesan Dhion

Tuesday, March 25, 2014

Cerpen Pendidikan - LELAKI BERHATI CAHAYA

Cerpen Pendidikan - LELAKI BERHATI CAHAYA


LELAKI BERHATI CAHAYA

Dimulai dari judul cerpen ini, bagi yang suka baca cerpen tentu membuat penasaran. "Lelaki berhati cahaya" Nah apa lagi wanita tu , penasaran kali tentunya. Seperti apa sih lelaki yang berhati cahaya ini. Cerpen ini PC share disini karena banyak memiliki hal positif yang dapat kita ambil. Ya semoga para sahabat yang membaca cerpen ini mendapatkan hidayah dan dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Lelaki Berhati Cahaya

By : Helvy Tiana Rosa

Satu persatu anak-anak usia SMP di hadapanku beringsut, bangkit dan berlalu tanpa pamit.

Aku terus berbicara perihal hidup Rasulullah Muhammad SAW. Kutahan sedikit deburan di hatiku.

Kini, dari dua puluh, hanya tersisa sekitar tujuh anak. Lelaki semua. Anak-anak wanita yang duduk di belakang kini sudah tak tersisa. Mereka pulang. Sementara tujuh anak di hadapanku tampak sibuk sendiri. Berbisik, ngobrol, dan baca majalah. Masih ada waktu hampir satu jam lagi, tetapi kusudahi ceramahku.

"Minggu depan Mas Tomi datang 'kan?" tanya seorang anak.

"Bukan Mas lagi kan yang mengisi?" tanya yang lain.

"Ya, Insya Allah. Saya cuma menggantikan." suaraku terdengar lebih parau.

"Hari ini Mas Tomi ada acara."

"Alhamdulillah," seru anak-anak itu.

"Kami duluan, Mas.

Assalamu'alaikuuuuuuuuuum."

Aku menjawab salam dan tersenyum. Tapi mungkin senyumanku lebih mirip seringai, sehingga tanpa sedikit pun menatap, anak-anak itu berlarian keluar.

Astaghfirullah. Kubilang apa, Tom..., aku gagal lagi!

Kutarik napas panjang. Ada segores perih di hati. Segores.

***

Pulang dari Mushola An-Nur di dekat rumah Tomy tadi, aku naik bis menuju kostku di bilangan Ciliwung. Tumben bis tak seramai biasa. Aku duduk. Di sebelahku, seorang bapak tertidur, terkantuk-kantuk.

"Weiss, gila! Ini baru "the beast" yang asli!"

Aku menoleh dari tempat duduk. Tak jauh di belakangku, beberapa gadis SMA cekikikan seraya menutup separuh wajah mereka.

Tepat di belakangku, kutemui seorang bapak tua menatapku penuh kasihan. Ia hampir tak berkedip!

Aku bersikap biasa. Pura-pura tidak tahu.

Di Cawang naik seorang wanita hamil. Bangku sudah terisi semua. Wanita itu celingukan mencari tempat duduk.

"Silakan, Mbak...," Aku berdiri dengan menunduk. Menyilakannya duduk di bangkuku.

"Hiii, amit-amit jabang bayi! Jabang bayi!" pekik wanita itu tiba-tiba sambil membuang mukanya.

Aku terkejut. Para penumpang lain memandang ke arah aku dan wanita hamil itu. Dan...ketika mereka benar-benar melihatku, bias pandang curiga yang tampak. Suasana jadi agak gaduh. Wanita hamil itu tetap tak mau duduk di kursiku. Berdiri sambil membuang muka.

"Ciliwung! Ciliwung!"

Aku melangkah menuju pintu belakang. Lebih baik aku turun saja. Kulihat wanita hamil muda tadi melap bangku yang tadi kududuki dengan tissue kuat-kuat. Sekilas ia komat- kamit sambil mengusap perutnya, baru duduk.

Aku menunduk dengan dagu yang nyaris rapat de-ngan dada.

Astaghfirullah..., Robbi, jangan sampai hambaMu yang lemah ini berprasangka yang tidak-tidak pada para penghuni bis. Pada para..., astaghfirullah.

Dzikir kian membuat hatiku lapang. Ah, lebih baik aku turun saja.

"Kiri ya, Pak...," ujarku pelan, pada kenek di sampingku.

Kenek bis buru-buru minggir.

"Cawang atas, kiriiii!" katanya dengan wajah yang tiba-tiba pucat.

Ah, mungkin dia belum sarapan. Aku senyum sendiri. Coba menghalau perih.

***

"Copet! Copeet! Copeet!"

Aku menoleh ke belakang! Kulihat seorang lelaki menarik paksa tas seorang Ibu tua... dan berlari kencang meninggalkan Ibu tua yang berteriak itu. Tanpa berpikir panjang kukejar lelaki tadi. Jalanan memang agak sepi sehingga teriak si korban hampir tak ada yang men-dengar.

Ibu tua itu terus berteriak histeris. Aku masih berlari mengejar pencopet tadi. Nafasku mulai tersengal-sengal. Wah, larinya cepat sekali!

"Copet! Copeeet! Copeeettt!"
"Hah?"

Aku menoleh ke belakang. Innalilahi, ya Allah...! Aku terkejut! Terkejut sekali! Di belakangku, kini belasan...mungkin...puluhan orang mengejar...copet...! Aku menoleh lagi. Mereka menuding-nuding ke arahku. Menimpukiku dengan batu!

Ya Allah..., dadaku berdebar keras. Kenapa jadi aku? Apa salahku? Ah, aku harus menjelaskan hal ini pada mereka. Tapi... ah, tak mungkin. Aku bisa bonyok! Bisa dihakimi massa.

Aku terus berlari! Nah! Nah itu dia!
Kulihat pencopet yang asli kelabakan. Larinya hampir tersusul olehku!

"Berhenti!" teriakku. "Menyerahlah!"

Pencopet itu terus berlari. Kini dibuangnya tas Ibu tadi ke sisi jalan. Sekuat tenaga...aku melompat...hap! Kutubruk dia! Kupegang kakinya! Pencopet itu meronta-ronta.
Aku berhasil menangkapnya. Kubawa ia ke balik semak yang ada di sisi jalan. Tas Ibu tadi bersamaku. Tas itu akan jadi bukti. Tapi aku tak mau lelaki ini dihakimi massa. Kasihan. Aku yakin ia dalam keadaan kepepet. Kalau tidak...masak ia mau jadi pencopet.

"Kita...bagi dua...ya?!" suara pencopet itu.

"Tidak. Kita ke kantor polisi," kataku tegas.

"Sembunyi, orang-orang itu membawa ber-bagai senjata. Aku takut mereka mengeroyokmu!"

Massa yang mengejar, melewati persembunyian kami. Aku menahan napas.
Tiba-tiba tak kunyana, si pencopet berontak dan lepas dariku! Ia segera keluar dari semak-semak...dan...dia berseru keras;

"Pencopetnya di sini! Copet! Ia di sini!"

Aku tersentak! Pencopet itu berteriak memanggil massa seolah aku yang mencopet.

Aku keluar dari persembunyian dan berlari! Berlari...terus berlari...wajahku berdarah sempat terkena bogem mentah dan timpukan batu!

Ya Robbi! Aku terus berlari! Dadaku turun naik. Maafkan aku ya Robbi, hari ini aku menangis..., hal yang paling tak pernah kulaku-kan. Menangisi keadaanku. Astaghfirullah....

Aku menyeberang jalan, mengambil arah berlawanan dan kembali menuju rumah Tomi, teman Rohis-ku di SMA yang kini kuliah di UI....

"Assalamu'alaikum...."
Suara Tomi yang sangat kukenal menjawab salam dari dalam. Dan ketika ia membuka pintu....

"Astaghfirullah, Innalillahi..., apa yang terjadi, Mir ? Ya Robbi, wajahmu memar dan berdarah."

Aku tak sanggup bercerita apa pun. Bahkan berkata sepatah pun tidak. Aku terjatuh dan tak ingat apa-apa lagi.

***

Sudah Ibu katakan, jangan bawa teman kamu yang menyeramkan itu kemari lagi! Kamu kok bandel sih, Tom! Ibu tidak mau rumah kita jadi kotor!"

"Ibu, Amir itu teman Tomi yang paling baik yang pernah Tomi punya. Dia anak baik, Bu. Pemuda yang bagus keislamannya. Tomi banyak belajar darinya. Bukankah Ibu yang mau Tomi berteman dengan pemuda yang alim...dan kini...."

"Kamu suka melawan Ibu, sejak kenal sama dia! Sudah sana, suruh dia pergi! Pasti orangtuanya nggak benar makanya punya anak seperti itu! Orangtuanya saja menelantarkan dia di panti. Tak mau menerima dia. Sekarang kamu terima dia di sini! Ibu tidak sudi!"

"Ibu..., astaghfirullah, apakah Ibu tidak ingat betapa Rasul sangat mencintai mereka yang saleh walau bagaimana pun rupanya? Sesungguhnya Allah hanya melihat hati, bu... bukan melihat rupa kita...."

"Diam kowe!"

"Bu!"

Aku bangkit dari tempat tidur Tomi pelan-pelan. Aku tak ingin hubungan Tommy dan Ibunya rusak gara-gara aku. Kukenakan sandal dan berjalan pulang lewat pintu samping kamar Tomi. Kulemparkan kunci pintu ke dalam kamar lewat jendela.

"Assalamu'alaikum, Tom..., maafkan aku."

***

Di mushola kayu yang rapuh, di tepi kali Ciliwung, kulaksanakan salat Maghrib. Sejuk rasanya diri bersentuh dengan air wudu dan menyadari bahwa Ilahi Rabbi selalu siap menerima hamba yang memasuki rumahNya. Bagaimana pun keadaan hambaNya. Bagaimana buruk pun rupanya.

Subhanallah, betapa Sang Maha Akbar, Sang Penguasa begitu 'santun' dan penyayangnya. Subhanallah....

Kullu man 'alaihaa faan wa yabqaa wajhu Rabbikadzul jalaali wal ikraam fabiayyi alaa-i Rabbikumaa tukadziibaan yas-aluhuu man fissamaawaati wal ardh kulla yaumin huwa fil sya'n fabiayyi alaa-i Rabbkumaa tu- kadzdzibaan....


Aku menangis mendengar lantunan surat Ar-Rahman yang dibaca Imam salat. Tubuhku bergetar hebat. Air mataku kian deras.

"Wahai Amir, fa biayyi alaa-i Rabbikumaa tukadzibaan ? Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan ?"

Selesai sholat, para jamaah bersalam-salaman. Tapi tak ada yang menyalamiku. Seperti hari-hari kemarin, aku yang menghampiri. Ada yang agak berbesar hati, meringis dan menyalamiku sekenanya. Banyak juga yang melengos begitu saja. Aku tersenyum getir.

Sejak sebulan yang lalu aku mengontrak sepetak ruangan di dekat tempat ini. Aku berusaha mengenal, bersikap ramah pada penduduk sekitar. Tapi...ya, hampir tak ada respon. Hanya anak-anak kecil yang selalu mengintil kala aku berjalan pulang. Mereka bersorak sorai, seolah mengarakku. Aku pernah berusaha untuk bisa lebih dekat. Sepulang bekerja menjadi buruh bangunan, aku mengajak anak-anak sana mengaji. Tapi tak ada yang pernah datang. Bahkan pernah aku diusir ketika menjenguk tetangga yang sakit. Kata kerabatnya, si sakit terganggu oleh kehadiranku. Aku cuma bisa senyum kecut. Pamit.

"Tolooooong! Toloooong! Tolooooongggggg!" terdengar jeritan histeris. Orang-orang di musala saling berpandangan was-was.

"Tolooong, tolongin aye...anak aye si Mimin kecebur ke kali! Toloong!!" suara Bu Enim.

"Di kali ini, Bu?" tanya Pak RT.

"Iye, cepet tulungin. Aye takut die mati!" Bu Enim menangis keras.

Semua saling berpandangan.

Tanpa berpikir panjang lagi, aku segera melompat ke dalam kali Ciliwung yang mulai menderas. Ah, hari sudah gelap lagi! Orang-orang berteriak-teriak. Ya Allah, tolong para hamba-Mu ini. Ya Robbi, mudah-mudahan kemampuan berenangku yang cukup baik ini, bisa membantu.

Aku menyelam ke kali yang amat kotor ini. Segala sampah jadi satu di sini. "Mimiiiin!"

Kulihat beberapa jarak di depanku tangan mungil Mimin menggapai-gapai. Aku terus berenang, cepat memeluk dan mengangkat. Anak itu sudah lemas. Mudah-mudahan masih bisa ditolong.

Para warga mengulurkan tali tambang. Aku memanjat dengan menggendong anak usia tujuh tahun itu. Begitu sampai di darat, dengan tubuh yang masih kotor, kubopong Mimin ke rumah sakit. Susah sekali mencoba menumpang pada mobil yang lewat. Maklum, penduduk tepi Ciliwung mana yang punya mobil sendiri. Akhirnya aku nekad, berdiri di tengah jalan, menghentikan sebuah mobil yang melintas.

"Tolong, Pak! Anak ini hampir meninggal!"
"Ya, masuk!" kata bapak itu dengan wajah masam.

Aku, Pak RT, dan Bu Enim mengantar Mimin ke rumah sakit.
Bayangkan, bagaimana sambutan rumah sakit, terutama terhadapku. Buruk rupa, kotor, bau lagi....

Setelah cebar-cebur sedikit di kamar mandi rumah sakit, aku naik bis pulang dengan baju basah. Sendiri.

Kenapa aku jadi begini, ya?

Ya Allah, semoga Mimin selamat. Amin.

***

Masih bau kali. Ah, mudah-mudahan itu hanya perasaanku saja.
Aku bergegas ke luar rumah. Mau ke Pasar Minggu, jalan sebentar. Siapa tahu bisa ketemu Tomi. Biasanya dia ngajar ngaji di mesjid daerah situ setiap malam Minggu.

"Mau kemana, Nak Amir?" suara seseorang menyapaku.

Aku terkejut. "Eh, Pak Idris...mau jalan sebentar," jawabku masih dengan kagetan. Aku ditegur Pak Idris! Subhanallah!

"Baek-baek jalan malem gini, nak. Suka banyak anak berandal...."

"Eh, Mpok Encum...mari, mari Mpok, assalamu'alaikum," jawabku lagi-lagi kaget! Nggak salah nih..., Mpok Encum ramah? Pada ku?

Aku terus melangkah. Entah mengapa langkahku jadi makin mantap. Ada sedikit kegembiraan di sana. Aku ditegur? Aku?

***

"Hati-hati, Kek..., mau ke mana?" tanyaku baik-baik.
Sepasang Kakek Nenek yang benar-benar telah lanjut usia, sedikit melihat ke arahku, Kutangkap kebingungan mereka sejak tadi, di antara deru debu lalulintas malam.

"Bade...ka...kota, jang...," jawab si Nenek.
"Kota mana?"
"Pokoknya mah kota...."
"Kakek nenek dari mana?"
"Dari Ciujung. Saya mah mau ka kota...."

Susah payah kucoba menangkap kata-katanya. Alhamdulillah, maksud dia ternyata kota, daerah Jakarta Barat.

"Punya ongkos, Kek?"
"Ongkos?"
"Iya...uang buat jalan...."
"Da' masih banyak. Yeuh coba lihat...! kata si kakek.
Ya Allah, mereka benar-benar pikun. Kasihan. Uangnya tinggal satu, dua...tujuh lembar! Tujuh ribu!

Saya antar mau, Kek?"
"Emang si Ujang mau ka kota juga?"

Akhirnya aku mengangguk. Ya, Allah, anak macam apa yang tega menelantarkan orangtuanya seperti ini? Aku yang beristighfar. Rumah anaknya ternyata dekat Beos. Orang tak punya sekali. Dia marah-marah ortunya datang. Malah aku diusir lagi. Sebelum pergi aku masih menyelipkan uang dua puluh ribu rupiah pada si kakek.

"Kek, hati-hati."
Mereka mengangguk. Tertawa memamerkan deretan gigi yang tak ada. Ah, mereka terlalu pikun untuk bisa melihat wajahku. Alhamdulillah.

Aku menuju Pasar Baru, dari sana aku akan naik bis ke Pasar Minggu. Semoga Tomi belum pulang. Malam Minggu begini biasanya ia sering beri'tikaf bersamaku di masjid Al-Huda, Pasar Minggu.

Ah, anak UI itu memang temanku yang paling setia....

Jam 21.30 aku sampai di Pasar Minggu. Baru saja mau melangkah, seorang pengemis cacat mengesot lewat dihadapanku.

"Ya, Amir, sisihkan rejekimu. Ada hak orang itu dalam uangmu! Kuberikan uang seribu rupiah dan berlalu. Alhamdulillah, uangku masih ada sekitar tujuh ribu lagi."

Aku masuk ke sebuah warteg yang sepi sambil menunduk. Kupesan makanan. Sejak siang tadi, perutku belum diisi. Lapar sekali.

"Pakai apa, Mas?"
"Telur sama sayur," jawabku.

Aku baru akan memasukkan suapan pertama ketika...ya Allah! Di luar warung itu kulihat seorang anak kecil sekitar usia tujuh tahun, duduk termenung di jalan, mengusap-usap matanya. Ia mencoba lebih menepi. Mengintip-intip ke arah warung. Matanya berputar-putar menatap lauk pauk.

Aku jadi ingat diriku dulu. Usia segitu aku sudah menjadi pencuci piring di sebuah warteg. Pemilik warteg baik hati dan mau menyekolahkanku dengan syarat, aku tak boleh keluar kamar kalau ada tamu yang makan.
Aku bangkit, menatap anak itu. Wajahnya aneh. Sekujur kulitnya seperti bersisik. Aku seperti melihat bayanganku.
"Mau makan?" tanyaku dari jauh. Kusodorkan nasi berlauk telur dan sayur milikku padanya. Tanpa berkata ia mengambil piringku dan makan di pinggir jalan dengan acuh tak acuh.

"Sudah baca bismillah?" tanyaku. Anak itu menatapku tak berkedip. "Bis...mil...lah...," kataku mengeja.

"U...u...i...a...a...," katanya.
Aku tersentak! Ia bisu! Ya Allah, betapa malang anak ini. Fabiayyi alla-i Rabbikumaa tukadziban ya Amir? Aku jadi....

"Mbak, nasinya setengah dibungkus," kataku lagi pada pemilik warung.

"Pakai apa?"

"Sayur saja," kataku memesan. Ini untukku, pikirku. "Ini semua saya bayar. Oya, siapa anak itu?"
"Oooo, itu si Tole! Disuruh ngemis sama bapaknya yang tukang judi!"

Aku menarik nafas panjang. Ingin hatiku mengajaknya tinggal bersamaku tapi ... rumah-ku sepetak, uang kadang ada kadang tiada. Ah, hasbunallah wa ni'mal wakiiil.
Aku menyeberang jalan. Nah itu dia Al-Huda! Sepi, mungkin pengajian sudah usai. Tiba-tiba ..., seorang buta menabrakku keras!

"Mmm maaf Tuan, ti...tidak se...ngaja," katanya takut- takut.

"Tidak apa-apa, Pak," balasku. Ya Allah, kasihan sekali sudah tua. Kurogoh kantungku. Uangku tinggal dua ribu rupiah lagi! Alhamdulillah, ada kesempatan beramal.

"Pak hati-hati jalannya," kataku sambil menyisipkan seribu rupiah padanya. Cukuplah bagiku seribu untuk pulang.

"Lho, dikasih uang...bapak? Makasih...,makasih, Tuan...."

Aku melangkah menuju masjid. Lamat-lamat kudengar sebuah suara. Suara yang amat kukenal.

"Saya kagum sekali padanya, Pak. Anaknya baik sekali. Selalu ingin menolong. Ruhaniyahnya...subhanallah. Bapak akan senang berjumpa dengannya. Cuma...wajahnya, pak. Wajahnya seperti...ah, astaghfirullah! Saya tak berhak menilai wajahnya! Saya juga tak tahu hatinya seperti apa...tapi pancaran hati alias perbuatannya...luar biasa. Penuh cahaya." itu suara Tomi.

"Saya ingin kenal! Saya benar-benar ingin kenal, Nak Tom!"

"Ia teman baik yang langka disaat ini, Pak. Tapi kalau Bapak kenal dia, bapak akan mencintainya sebagai saudara seiman, seperti juga saya. Subhanallah...masya Allah!"

"Assalamu'alaikum," sapaku. Aku beristighfar. Aku tak mau lama di luar mendengarkan pembicaraan mereka.

"Nah...ini, Pak Haji,...teman saya Muhammad Amir tercinta," kata Tommy tersenyum, memperkenalkanku.

Lelaki berbaju koko berkopiah memandangku sambil meringis, menyalamiku dan...,

"Maaf...saya...harus pulang!” katanya buru-buru.
"Pak, katanya mau I'tikaf...!" ujar Tomi.
Aku menunduk.

"Maafkan aku, Mir," suara Tomi menyesal.
Aku tersenyum. "Tak apa...."

****

Kalau suatu ketika, anda para pembaca bertemu seorang lelaki dengan mata seolah mem-belalak menakutkan, dengan alisnya yang terlalu tebal dan hampir menutupi kelopak mata. Hidung runcing membengkok ke bawah, mulut yang terlalu lebar ditambah gigi-gigi jarang berwarna kecoklatan, dan kuping yang seperti Mr Spock. Kemudian bibir hitam yang pecah-pecah dan wajah kasar yang seolah bersisik, serta rambutnya yang jarang..., maka mungkin anda bertemu denganku, seorang hamba Allah yang lemah. Buruh bangunan berusia 21 tahun yang tinggal di pinggir Ciliwung.

Aku berharap anda yakin. Aku bukan penjahat. Aku bukan orang yang kena kutuk. Aku hanya orang biasa, yang selalu berusaha untuk bersamaNya. Mensyukuri semua nikmatNya. Kalau anda melihatku, yakinlah, itulah yang terbaik yang Allah anugerahkan kepadaku.

Tolong jangan musuhi aku.
Kalau suatu saat kita berjumpa, yakinlah..., kita bersaudara karena Allah. Seperti persaudaraanku dengan Tomi.


Lelaki Berhati Cahaya

sumber: kumpulan cerita penuh hikmah

Friday, March 21, 2014

Kumpulan kata-kata Bijak III

Kumpulan kata-kata Bijak III

 Lagi dan lagi pemekir cerdas share pada sahabat kata-kata bijak. Ada beberapa perulangan dari kata-kata bujak sebelumnya sahabat. Semoga kata-kata bijak ini memberikan manfaat pada sahabat. Jika sahabat masih membutuhkan kata-kata bijak yang lain, sebelumnya PC telah post Kumpulan kata bijak I & II, silakan sahabat mengunjunginya.
Kumpulan kata bijak

  Tidak pernah ada kata Terlambat untuk menjadi seperti orang yang kita Inginkan ..

Kau takkan pernah tahu kesuksesan jikalau tak pernah Mencoba dan hanya Menyerah ..

    Belajar memang melelahkan namun lebih lelah nanti jikalau saat ini Tidak Belajar ..

Kebanyakan orang gagal karena orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka ke titik sukses saat mereka memutuskan untuk Menyerah ..

    Berpikir Positif dapat menghancurkan semua tembok pemisah antara Tidak bisa dan Bisa ..

Hidup tanpa mempunyai tujuan sama seperti layang-layang putus. Miliki tujuan dan percayalah Anda dapat mencapainya ..

    Apapun yang diinginkan, targetkan lebih dari yang dikehendaki  ..

Kembangkan sikap Pemenang, perbedaan kecil dalam kerja dapat melahirkan perbedaan besar dalam prestasi ..

    Ingatlah segala jerih payah pasti ada IMBALAN ..

Mulailah proses kesuksesan Anda dengan menanyakan apa yg Anda inginkan, dan menginginkan apa yg Anda tanyakan ..

    Apapun yang terjadi, jangan sampai melepaskan pegangan dua tambang utama kehidupan, Harapan dan Keyakinan ..

Rencanakanlah masa depanmu terlebih dahulu. Di sanalah Anda akan menghabiskan sisa hidup Anda ..

    Rahasia terbesar para pemenang adalah bahwa kegagalan memberi inspirasi untuk MENANG ..

Selalu harapkan yang terbaik, dan jangan terima apapun selain yang TERBAIK ..

    Semua yg Anda impikan, Anda inginkan dan Anda harapkan, akan dapat Anda raih jika Anda memiliki KEKUATAN untuk BERTAHAN ..

Pusatkan lebih banyak perhatian Anda pada keinginan dan bukan pada keraguan, maka mimpi Anda akan mencari jalannya sendiri ..

    Orang yang rajin berusaha dan bekerja tidak akan kecewa, karena akhirnya semua harapan dapat dicapai dengan keuletan & keseriusan ..

Mengejar sebuah impian dengan tiada henti adalah rahasia keberhasilan ..

    Anda tidak pernah diberi mimpi tanpa diberi kekuatan untuk mewujudkannya. Anda hanya perlu bekerja ..

Dalam segala hal, berharap lebih baik daripada PUTUS ASA ..

    Belajar dari hari kemarin. Hidup untuk hari ini. Milikilah harapan untuk hari esok dan yang terpenting jangan pernah berhenti untuk berharap ..

Kemarin saya memberanikan diri untuk BERJUANG. Hari ini saya berani untuk MENANG ..

    Harapan bukanlah impian, tetapi sebuah jalan untuk membuat mimpi menjadi kenyataan ..

semangat yg mudah terbakar, yg didukung oleh perasaan sekuat kuda & ketekunan, merupakan kualitas yg paling srg menciptakan kesuksesan ..

    Anda dapat melakukannya jika Anda yakin Anda MAMPU ..

Kesuksesan sering kali merupakan hasil dari mengambil langkah yang salah pada arah yang tepat ..

    Orang yg menciptakan kesuksesan hidup adalah orang yg melihat tujuannya dan berupaya keras mencapainya ..

 Jangan membenci mereka yang mengatakan hal buruk tuk menjatuhkanmu, karena merekalah yang buatmu semakin kuat setiap hari.

    Terkadang, kamu berpikir seseorang telah berubah tanpa kamu menyadari hal itu terjadi karena dia mulai bersikap dewasa.

Sesuatu yang menyenangkan bagaimana seseorang mampu membuatmu tersenyum, hanya dengan memikirkan dirinya. Happy

    Jadi dirimu sendiri agar ketika seseorang mencintai, kamu tak perlu takut jika dia akan temukan dirimu bukan orang yang ingin dia cintai.

Perasaan yang paling berbahaya adalah iri, karena iri hati melahirkan kebencian dan kebencian akan membunuhmu perlahan.

    Tak peduli seperti apa hidupmu, kamu selalu punya pilihan untuk melihat dari sisi baiknya atau sisi buruknya.

Hanya karena seseorang terlihat kuat di hadapanmu, tak berarti dia bisa begitu kuat ketika tanpamu.

    Jangan selalu katakan "masih ada waktu" atau "nanti saja". Lakukan segera, gunakan waktumu dengan bijak.

Hidup terlalu singkat jika hanya menyesal. Hidup hanya sekali, namun jika digunakan dengan baik, sekali saja cukup!

    Hidup ini bukan hanya mencari yang terbaik, namun lebih kepada menerima kenyataan bahwa kamu adalah kamu. Jadi dirimu sendiri.

Orang yang bijak adalah yang tahu siapa yang harus dia percaya. Orang yang lebih bijak adalah dia yang selalu bisa dipercaya.

    Sadarilah, mengeluh tidak menyelesaikan apapun. Mengeluh hanya akan menambah beban dihati. Berhentilah mengeluh, segera bertindak!

Jangan jadikan kegagalan kemarin sebagai penghambat hari ini. Semangat untuk membuat hari esok lebih baik, melalui hari ini.

    Perbuatan adalah cerminan isi hati. Jika hati dipenuhi kebaikan, maka sikap dan tindakan akan baik, pun sebaliknya.

Orang yang malas telah membuang kesempatan yang diberikan Tuhan, padahal Tuhan tidak pernah menciptakan sesuatu dengan sia-sia.

    Jangan nilai orang dari masa lalunya karena kita semua sudah tidak hidup di sana. Semua orang bisa berubah, biarkan mereka membuktikannya.

Jadikan kepandaian sebagai kebahagiaan bersama, sehingga mampu meningkatkan rasa ikhlas tuk bersyukur atas kesuksesan.

    Kadang kamu harus buat keputusan tuk mengalah, atau kamu akan kehilangan dia yang kamu cinta hanya karena kamu keras kepala.

Dalam cinta, ketika ada yang berbeda, jangan mencari siapa yang salah, karena kamu dan dia adalah tim yang sama dengan tujuan yang sama.

    Orang yang bisa mengendalikan emosinya adalah pemenang hidup sejati.

Kembangkan kesuksesan dari kegagalan. Keputusasaan dan kegagalan adalah dua batu loncatan paling pasti menuju kesuksesan ..

    Orang pesimis melihat kesulitan dalam setiap peluang. Orang optimis melihat peluang dalam setiap kesulitan ..

Kepuasan tidak muncul berkat prestasi, melainkan usaha. Usaha yang penuh adalah kemenangan yang penuh ..

    Akuilah prestasi, betapa pun kecilnya prestasi itu ..

Bila kita berharap melakukan sesuatu dg mudah, kita pertama-tama harus belajar untuk berbuat dengan ketekunan ..

    Saya tidak dapat menunggu untuk sukses, jadi saya bergerak dulu tanpa kesuksesan ..

Kesuksesan dicapai oleh orang-orang yg berusaha dan tetap berusaha dengan sikap mental positif..


Sumber :lokerseni.web.id

Kumpulan kata-kata Bijak III

Tuesday, March 18, 2014

Cerpen Cinta - Mantan Kekasih

Cerpen Cinta - Mantan Kekasih

Sahabat pemikir cerdas yang pada suka baca cerpen cinta. Cerpen berikut ini merupakan kiriman dari salah seorang sahabat pemikir cerdas. Nama sahabat ini Sukma, untuk sahabat yang lain silakan kirimkan cerpen sahabat. Mari berkarya lewat tulisan sahabat.
Mantan Kekasih

Jam sudah menunjukkan pukul 1.15 wib dini hari, tapi aku masih tidak bisa memejamkan mata ini untuk beristirahat setelah seharian menghabiskan waktu dikantor. Sangat lelah memang, tapi surat yang kuterima siang tadi membuat pikiran ku melayang, pergi jauh menuju beberapa tahun lalu saat aku mengenal seorang gadis. Tepatnya mantan kekasihku. Seorang yang telah meninggalkan kenangan yang sangat berbekas dalam hati ini. Tak kusadari waktu telah lama berlalu, hingga saat ini, bersama surat yang berada dalam genggamanku.

                                                                                                                            Bandung, 23 Februari ‘14

“Dear Ari……… Hey kamu,apa kabar? Sudah lama aku tak mendengar kabar darimu,semenjak hari itu,hari dimana kisah kita berakhir.
Tak terasa sudah lama sekali kita tak bertemu. Ya…memang kita sudah berjauhan semenjak tali kasih itu dimulai,tapi setidaknya kita masih berkomunikasi dengan sangat baik saat itu. Bagaimana harimu disana,apa kamu bahagia? Hmm aku yakin kamu bahagia, karena jika tidak pasti aku merasakannya juga disini, karena kamu belahan jiwaku, ya.. itu hanya ucapku,HANYA ucapku,karena mungkin kamu tidak merasakn itu.
Oh ya, bagaimana dengan pekerjaanmu disana? Aku dengar sekarang kamu telah bekerja di suatu perusahaan hebat disana, dan jabatanmu juga bagus, aku ucapkan selamat atas apa yang telah kamu raih. Semoga kamu nyaman dengan pekerjaan itu dan bisa meraih impianmu yang selama ini diimpi – impikan. Ya..aku yakin itu,karena kamu punya kemauan yang kuat, dan aku akan selalu mendoakan mu, mendoakan kesuksesan mu dalam setiap bait doaku, tak pernah lupa ku selipkan namamu dalam bait – bait itu. Karena kamu orang yang selalu aku kasihi dengan sepenuh hati, yang selalu hadir hiasi mimpiku, selalu memenuhi relung hati ini , orang yang tak pernah absen kurindukan, selalu kurindukan dalam keheningan malam.
Saat ini aku telah menamatkan studiku,sudah menyandang gelar yang selama 4 tahun ini kunantikan. Ingin rasanya saat toga itu ada dikepalaku kamu melihatnya secara langsung,karena aku ingin membagi rasa bahagia ini denganmu setelah dengan kedua orang tuaku. Sungguh aku ingin berbagi kebahagiaan denganmu,karena dulu kita punya cerita tentang ini, angan – angan untuk hidup bersama.  Setelah aku menamatkan studiku kita punya impian indah, rencana untuk hidup bersama, rencana yang membuat kita semangat menjalani hubungan yang dipisahkan oleh jarak. Tapi itu dulu sebelum semuanya berubah menjadi seperti sekarang, kita yang sekarang. Yang menjalani hidup sendiri tanpa status hubungan menjadi sepasang kekasih.
Aku selalu tersenyum jika mengingat masa – masa indah saat kita bersama, kau anugerah terindah yang pernah Tuhan titipkan untukku. Jika mungkin sekarang disana kamu telah mendapatkan pengganti diriku yang selalu mengisi harimu dengan kebahagiaan, aku turut senang dengan itu, karena bahagiamu adalah bahagiaku
Jika mungkin kita belum berjodoh di dunia ini, aku berharap kau adalah jodohku di akhirat nanti.
I LOVE U……
Maaf, jika aku menyita waktu mu sebentar untuk hal seperti ini, tapi itu semua kulakukan karena hanya ingin kamu tetap tau kalau ada seseorang yang selalu mencintaimu disini, yaitu aku, aku yang masih sama seperti pertama kali kita kenal dan merajut asa itu, aku orang yang benar – benar mencintaimu dengan setulus hati karena ALLAH swt.”

                                                                                                                             Salam manis
                                                                                        SAURA


Tiba – tiba dadaku terasa sesak kembali. Sudah yang ketiga kalinya aku membaca surat yang ia kirimkan, tapi tetap saja dada ini sesak. Apa sebenarnya yang kuraskan? Apa aku merindukannya? Apa karena aku masih sangat mencintainya?  Entahlah…
Pertanyaan itu masih berputar – putar dalam kepalaku. Ingin rasanya kuhubungi dia untuk sekedar mendengar suaranya. Tapi berkali – kali keinginan itu kupatahkan. Apa ini penyesalan yang sebenarnya sudah kutakutkan kedatangannya sejak lama? Ya.. mungkin saja,tapi kenapa tiba – tiba ia mengirimkan ku surat seperti ini? Apa sebenarnya yang ia inginkan? Apakah ini adalah jalan agar aku dapat dipertemukan kembali dengannya? Hmm entahlah…

 

Cerpen Cinta - Mantan Kekasih

Saturday, March 15, 2014

Photo Anisa Rahma

Photo Anisa Rahma


Ahai para sahabat, pada kenal g  sama cew satu ini.. namanya anisa rahma. Anaknya baik suka menabung sahabat. Banyak cow yang suka ma dia sahabat. mungkin salah satunya adalah sahabat. Nah ini ada beberapa photo Anisa Rahma.

Anisa

Anisa rahma