Saturday, December 31, 2011

49 Day -Drama Korea



49 Day -Drama Korea

  Sahabat pemikir cerdas sekarang lagi panas-panasnya film drama Korea di indonesia,apalagi dikalangan remaja. Sahabat apajuga menyukai drama korea? Kalau iya mari kita bahas drama korea yang satu ini.
Info Hiburan Drama Korea 49 Day untuk teman-teman saya yang suka drama Korea, terutama yang pada gilirannya di tv, nah kali ini drama korea indosiar acara berjudul 49 Hari.
oya sabahabat ni ada juga

Nam Gyu Ri Wears Shorter Short Seoul JamShil Baseball Stadium

Drama Korea 49 Day pertengahan Desember sebelum tahun baru kemarin banyak pecinta drama Korea juga dalam permintaan. Sinopsis 49 Day seperti kebanyakan drama Korea lainnya menceritakan kisah romatisme.

Dalam sinopsis yang saya peroleh 49 Hari 49 Hari berbicara Drama Korea tentang Shin Ji-hyun, yang dimainkan oleh ri-Nam Gyu bertunangan dengan Kang Min-ho diperankan oleh Bae Su-bin. Selanjtnya acara rohani terjadi saat Roh diceritakan Shin Ji-hyun bertemu malaikat Yi Lagu-soo, dimainkan oleh Jung Il-woo.

Ji-hyun diberi kesempatan oleh Yi Lagu-soo untuk menyadari koma dan hidup kembali.

Pertengahan Desember 2011 film 49 hari ini online di Drama (asia) Indosiar, 16:30 WIB dijadwalkan setiap jam.
Jadwal Lengkap Indosiar: http://www.indosiar.com/jadwal-acara

Sebagai slot 49 hari di Indosiar sedang mencari di google looo juga meningkat dramatis, hingga 900 persen dari kata pencarian google 49 hari sebelumnya.



Title: 49일 / 49 Il / 49 Days
Chinese Title : 49天
Genre: Fantasy, romance
Episodes: 20
Broadcast network: SBS
Broadcast period: 2011-Mar-16 to 2011-May-19
Air time: Wednesday & Thursday 21:55

Synopsis
Shin Ji Hyun was enjoying absolute bliss as she was about to marry her fiancé, Kang Min Ho, but her perfect life is shattered when she gets into a car accident that leaves her in a coma. She is given a second chance at life by a reaper, but it comes with a condition: she has to find three people outside of her family who would cry genuine tears for her. In order to do this, she borrows the body of Yi Kyung, a part-time employee at a convenience store for 49 days.
Cast
Lee Yo Won as Song Yi Kyung
Nam Gyu Ri as Shin Ji Hyun
- Kim Yoo Bin as young Ji Hyun
Jo Hyun Jae  as Han Kang
Bae Soo Bin as Kang Min Ho
Jung Il Woo as scheduler / Song Yi Soo
Seo Ji Hye as Shin In Jung
Extended Cast
Choi Jung Woo as Shin Il Shik (Ji Hyun’s father)
Yoo Ji In as Ji Hyun’s mother
Bae Geu Rin as Park Seo Woo
Son Byung Ho as Oh Hae Won
Moon Hee Kyung as Bang Hwa Joon
Kang Sung Min as No Kyung Bin
Yoon Bong Gil (윤봉길) as Cha Jin Young
Kim Ho Chang as Ki Joon Hee
Jin Ye Sol as Ma Soon Jung
Lee Jong Park (이종박) as Go Mi Jin
Ban Hyo Jung as sunbae Scheduler (cameo)
Kim Hyung Bum as another 49-days-traveller (cameo, ep 15)
Jung Da Hye (정다혜) (cameo)
Production Credits
Producer: Choi Moon Suk
Director: Jo Young Kwang (조영광)
Screenwriter: So Hyun Kyung

49 Day -Drama Korea


Friday, December 30, 2011

Persebaya Vs Kelantan FA



Persebaya Vs Kelantan FA

  Sahabat pemikir cerdas kali ini kita membahas tentang bola sahabat. Pertandingan ini lagi panas-panasnya Persebaya Vs Kelantan FA diperbincangkan oleh maniak bola sahabat.Apakah sahabat menyaksikan pertandingannya? ya mungkin saksikan lansung .

Kemenangan 3-2 atas Kelantan FA membuat Persebaya berhak trofi Piala Persatuan untuk pertama kalinya diadakan. Persebaya mencoba untuk bangkit melalui kecepatan Rendi Irawan dan Andik Vermansyah tapi sampai menit ke-10, tak ada gol yang created.Unfortunately peluang dapat digagalkan oleh tim nasional Malaysia goalkeeper.Unfortunately setelah menang, Persebaya terlihat mengendurkan tempo permainan. Kelantan mengambil kendali permainan.

Persebaya memiliki peluang emas baik di menit ke-37. Sayangnya Feri sundulan melambung lebih dari mistar gawang. Sayangnya bola justru melambung. Kemudian melemparkan menceploskan bola dan menendang oleh Norshahrul Idlan Talaha, skor 1-1 berubah.

Pergantian dilakukan oleh Persebaya. Andik Vermansyah terus melewati, Feri dengan bola tendangan dingin ke gawang Mat Khairul Fahmi Che. Persebaya menang 2-1.

Andik kembali ke kelahiran otak Persebaya menciptakan gol ketiga di menit ke-74. Sayangnya jaug bola melenceng dari sasaran. Kelantan telah diterima melalui tendangan bebas Indra Putra di 86 menit.

Bola.net - Persebaya Surabaya Bonek Mania akan menjamin kemenangan Kelantan FA di bulan November, Stadion 10 Jakarta, Rabu (28/12) Pada 20.00 WIB (siaran langsung MNCTV). Termasuk, tujuan optimis akan datang. Tim medis Persebaya, Heri Siswanto, mengatakan jika cedera belum sepenuhnya pulih Erol.

 KOMPOSISI PEMAIN TIM KEDUA:

Persebaya 4-3-3
Pelatih: Divaldo Alves
Pemain: Endra, Mat Halil, Otavio, Rivelino, Khomad, Taufiq, Amaral, Jusmadi, Andik, Feri, Rendy
Cadangan: Dedi Iman, Erol, Sadam Tenang, Ryan Wahyu, Nur Fasta, Aulia Ardli, Sam Maruf, Miko Ardiyanto.

Kelantan FA (4-4-2)
Pelatih: Peter Butlet
Pemain: Fahmi; Daudsu, Farisham, Subhramaniam, Aziz, Charara, Nor Farhan, Indra, Ghaddar, Dennis, Noorshahrul
Cadangan: Ismail, Adnan, Shaari, Roya, Ramli, Radzi, Yusof, Khairul, Chanturu, Fakrudin.




Persebaya Vs Kelantan FA

Prisia Nasution Bercerai



Prisia Nasution Bercerai

   Sahabat pemikir cerdas kali ini kita ada kabar yang beredar mengenai artis Prisia Nasution ya kabar yang terdengar dia sudah pernah menikah dan sekarang sedang sidang perceraian.

Jakarta-C & R/OMG- sidang perceraian Prisia Haris Nasution dan Ananda Siregar kembali digelar di Pengadilan Agama (PA), Jakarta Selatan, Rabu (28/12/2011). Ibu Pia, Siti Sundari juga hadir sebagai saksi.
Sebagai orang tua memberikan deskripsi seadanya, hanya ada mengkonfirmasikan proses perceraian.


Jakarta-C & R/OMG- proses perceraian Prisia Haris Nasution oleh Ananda Siregar bergulir. "Tidak, Pia tidak pernah membicarakannya (harta-red)," jelas ibu Pia, Siti Sundari, saat ditemui di Pengadilan Agama (PA) Jakarta Selatan, Rabu (2011/12/28).
Jika anak masalah, tidak baik.


Jakarta - Saya tidak pernah mengklaim telah menikah, aktris tahu Prisia Nasution kini dalam proses perceraian. Prisia dan Ananda menikah pada tanggal 12 Agustus 2007 silam. Lalu mengapa Prisia tidak pernah mengklaim memiliki suami?

Aktris Prisia Haris Nasution menikah Ananda Siregar, seorang Blitzmegaplex bos pada tanggal 12 Agustus 2007. Phia juga telah mengakui bahwa ia punya rencana besar pada tahun 2012. Apakah pasangan masalah?

Suami, Ananda Siregar lalu.Keduanya menggugat cerai pada bulan Agustus sudah hampir 10 kali untuk diadili di Pengadilan Agama Jakarta Selatan.


Prisia Nasution Bercerai 

Wednesday, December 28, 2011

Lowongan Kerja-Pak Tua Penjual Amplop



Lowongan kerja

Pak Tua Penjual Amplop .

Sahabat Pemikir Cerdas  yang mau cari lowongan kerja di Indonesia. Banyak kesempatan sahabat untuk bisa dapatkan pekerjaan, hanya saja banyak cara untuk bisa dapatkan pekerjaan sahabat. Mungkin sahabat bisa buka usaha sendiri ,sehingga nantinya sahabat yang akan membuka lowongan kerja.Tetap semangat sahabat rezeki tidak pernah salah pintu sahabat. Sahabat berbicara tentang pekerjaan ,ini ada cerpen juga mengenai pekerjaan,pekerjaannya itu menjual amplop sahabat.Menjual amplop masi pekerjaan yang halal kan sahabat walaupun pada zaman sekarang sudah maju, jarang sekali orang menggunakan amplop untuk mengirim surat. yuuk lansung aja deh sahabat baca .
            Setiap menuju ke Masjid Salman ITB untuk shalat Jumat, saya selalu melihat seorang bapak tua yang duduk terpekur di depan dagangannya. Dia menjual kertas amplop yang sudah dibungkus di dalam plastik. Sepintas barang jualannya itu terasa “aneh” di antara pedagang lain yang memenuhi pasar kaget di seputaran Jalan Ganesha setiap hari Jumat. Pedagang di pasar kaget umumnya berjualan makanan, pakaian, DVD bajakan, barang mainan anak, sepatu dan barang-barang asesori lainnya. Tentu agak aneh dia “nyempil” sendiri menjual amplop, barang yang tidak terlalu dibutuhkan pada zaman yang serba elektronis seperti saat ini. Masa kejayaan pengiriman surat secara konvensional sudah berlalu, namun bapak itu tetap menjual amplop. Mungkin bapak itu tidak mengikuti perkembangan zaman, apalagi perkembangan teknologi informasi yang serba cepat dan instan, sehingga dia pikir masih ada orang yang membutuhkan amplop untuk berkirim surat.

Kehadiran bapak tua dengan dagangannya yang tidak laku-laku itu menimbulkan rasa iba. Siapa sih yang mau membeli amplopnya itu? Tidak satupun orang yang lewat menuju masjid tertarik untuk membelinya. Lalu lalang orang yang bergegas menuju masjid Salman seolah tidak mempedulikan kehadiran bapak tua itu.

Kemarin ketika hendak shalat Jumat di Salman saya melihat bapak tua itu lagi sedang duduk terpekur. Saya sudah berjanji akan membeli amplopnya itu usai shalat, meskipun sebenarnya saya tidak terlalu membutuhkan benda tersebut. Yach, sekedar ingin membantu bapak itu melariskan dagangannya. Seusai shalat Jumat dan hendak kembali ke kantor, saya menghampiri bapak tadi. Saya tanya berapa harga amplopnya dalam satu bungkusa plastik itu. “Seribu”, jawabnya dengan suara lirih. Oh Tuhan, harga sebungkus amplop yang isinnya sepuluh lembar itu hanya seribu rupiah? Uang sebesar itu hanya cukup untuk membeli dua gorengan bala-bala pada pedagang gorengan di dekatnya. Uang seribu rupiah yang tidak terlalu berarti bagi kita, tetapi bagi bapak tua itu sangatlah berarti. Saya tercekat dan berusaha menahan air mata keharuan mendengar harga yang sangat murah itu. “Saya beli ya pak, sepuluh bungkus”, kata saya.

Bapak itu terlihat gembira karena saya membeli amplopnya dalam jumlah banyak. Dia memasukkan sepuluh bungkus amplop yang isinya sepuluh lembar per bungkusnya ke dalam bekas kotak amplop. Tangannya terlihat bergetar ketika memasukkan bungkusan amplop ke dalam kotak.

Saya bertanya kembali kenapa dia menjual amplop semurah itu. Padahal kalau kita membeli amplop di warung tidak mungkin dapat seratus rupiah satu. Dengan uang seribu mungkin hanya dapat lima buah amplop. Bapak itu menunjukkan kepada saya lembar kwitansi pembelian amplop di toko grosir. Tertulis di kwitansi itu nota pembelian 10 bungkus amplop surat senilai Rp7500. “Bapak cuma ambil sedikit”, lirihnya. Jadi, dia hanya mengambil keuntungan Rp250 untuk satu bungkus amplop yang isinya 10 lembar itu. Saya jadi terharu mendengar jawaban jujur si bapak tua. Jika pedagang nakal ‘menipu’ harga dengan menaikkan harga jual sehingga keuntungan berlipat-lipat, bapak tua itu hanya mengambil keuntungan yang tidak seberapa. Andaipun terjual sepuluh bungkus amplop saja keuntungannya tidak sampai untuk membeli nasi bungkus di pinggir jalan. Siapalah orang yang mau membeli amplop banyak-banyak pada zaman sekarang? Dalam sehari belum tentu laku sepuluh bungkus saja, apalagi untuk dua puluh bungkus amplop agar dapat membeli nasi.

Setelah selesai saya bayar Rp10.000 untuk sepuluh bungkus amplop, saya kembali menuju kantor. Tidak lupa saya selipkan sedikit uang lebih buat bapak tua itu untuk membeli makan siang. Si bapak tua menerima uang itu dengan tangan bergetar sambil mengucapkan terima kasih dengan suara hampir menangis. Saya segera bergegas pergi meninggalkannya karena mata ini sudah tidak tahan untuk meluruhkan air mata. Sambil berjalan saya teringat status seorang teman di facebook yang bunyinya begini: “bapak-bapak tua menjajakan barang dagangan yang tak laku-laku, ibu-ibu tua yang duduk tepekur di depan warungnya yang selalu sepi. Carilah alasan-alasan untuk membeli barang-barang dari mereka, meski kita tidak membutuhkannya saat ini. Jangan selalu beli barang di mal-mal dan toko-toko yang nyaman dan lengkap..”.

Si bapak tua penjual amplop adalah salah satu dari mereka, yaitu para pedagang kaki lima yang barangnya tidak laku-laku. Cara paling mudah dan sederhana untuk membantu mereka adalah bukan memberi mereka uang, tetapi belilah jualan mereka atau pakailah jasa mereka. Meskipun barang-barang yang dijual oleh mereka sedikit lebih mahal daripada harga di mal dan toko, tetapi dengan membeli dagangan mereka insya Allah lebih banyak barokahnya, karena secara tidak langsung kita telah membantu kelangsungan usaha dan hidup mereka.

Dalam pandangan saya bapak tua itu lebih terhormat daripada pengemis yang berkeliaran di masjid Salman, meminta-minta kepada orang yang lewat. Para pengemis itu mengerahkan anak-anak untuk memancing iba para pejalan kaki. Tetapi si bapak tua tidak mau mengemis, ia tetap kukuh berjualan amplop yang keuntungannya tidak seberapa itu.

Di kantor saya amati lagi bungkusan amplop yang saya beli dari si bapak tua tadi. Mungkin benar saya tidak terlalu membutuhkan amplop surat itu saat ini, tetapi uang sepuluh ribu yang saya keluarkan tadi sangat dibutuhkan si bapak tua.

Kotak amplop yang berisi 10 bungkus amplop tadi saya simpan di sudut meja kerja. Siapa tahu nanti saya akan memerlukannya. Mungkin pada hari Jumat pekan-pekan selanjutnya saya akan melihat si bapak tua berjualan kembali di sana, duduk melamun di depan dagangannya yang tak laku-laku.


Lowongan Kerja

Friday, December 16, 2011

Cerpen Cinta -Samudera Cinta




Cerpen Samudera Cinta

Ketemu lagi sahabat pemikir cerdas kali ini ada yang baru ni tentang Cinta sahabat.Sahabat sudah pernah kan merasakan bagai mana cinta itu datang dan pergi sesukanya.Nah sekarang kita akan berbicara tentang cinta sahabat abis2san  kita berbicara mengenai cinta sahabat.

senja selalu tersenyum ramah pada kemuningnya...
awan - awan berbalut jingga kehitaman....tentram,
tutur lembut angin masih sama dengan hari kemarin


ah terlalu sepikah hingga yg dalam itu kini membeku hingga kelu... 
menyambut waktu dan menyisakan masa pada bait - bait purnama ..
buaian sederhana yg memikat... berirama bersenandung sendu..
dan...senyum indah itu bernama... samudera...
sementara malam terlalu hening ketika denting tak menguak bunyi dari persembunyiannya...


masih membekas... lengkap kini yang sudah terampas...


akan tetapi walau smua terpecah, terbelah

yg 1 tetaplah setia
karena CINTA tidak mengakhirkan dirinya dengan kenestapaan,
melainkan... keikhlasan yg dapat buat KITA BAHAGIA dengan kuat dari-NYA
suara hatiku terlalu kelu ...
kelu untuk terikat dalam bahasa, ataupun tertuang pada kata – kata mutiara...
sementara di luar sana...
gejolak jiwa terus paksaku ntuk katakana yang sesungguhnya..


biru, masihkah biru alirku?
sementara pulau itu terlalu gersang pada karam ombak yang mencoba menyapu lembut setiap tepinya..


(Ratih .Septiana)
Jakarta
AL Farouq Home
Selasa, 19 Juli 2011
8/51 pm

 ***************************************************************************************



Pecahan logam itu, terlalu kekal untuk ku hilangkan. Kepingan yang lebih berharga dari mutiara itu, entahlah sulit lagi ku temukan.
maaaf ganggu ni sahabat.. kata-kata berikut mantap banget....

Malam ini seperti malam yang sudah – sudah. Menikmati lampu – lampu kota dari balkon lantai 2 aku terdiam, termenung khidmat. Bukan tanpa isi, yah... masih sama. Hembusan nafas bersama doa, kerlingan mata sayu membawa harapannya, tinggi ke langit yang hitam berhias bintang itu. Namun keikhlasan itu, yang bersamanya luka peneguh langkah cerita tetap aku haturkan utuh penuh pada Dzat yang lebih jujur dari kejujuran hatiku saat ini, lebih mengerti dari apa yang tidak aku fahami, apa yang terjadi dengan diriku saat ini.


Ah siapa yang mengira senyum setiap pagi itu coba sembunyikan getirnya rasa, apakah sekitar dapat mendengar isakan tangisku bersamaannya dengan diamku yang seribu bahasa? Kalau begini, aku jadi kangen dan rindu bapak, hmm kangen sama rindu apa bedanya? ( hmm....)


“ kehidupanmu akan termulai lebih baru nul, dan semoga lebih baik” terngiang kalimat dari sahabat sedari aku duduk SD. Devi.., tahukah aku pun rindu kebersamaan kita. Devi yang dulu manja, ternyata sekarang ia bertambah dewasa. Hehehehe peace dev, jangan marah deh kalau aku bilang begini. Ah, kau tahu apa yang menjadi kisahku, kau tahu itu, terakhir kali ngobrol by chat dia bilang “ Semoga dipertemukan dengan yang lebih baik, dan segera. Amin” doanya setelah kita berdua chat berdua.


Ingat juga dengan.....

“mbak, apa kabar? Aku semalam mimpiin kamu, aku kangen waktu kita makan bareng, mbak sehat kan? kangen kalau kita makan pasti mbak minta aku beli krupuk ke warung sebelah, itu kebiasaan yang aku rindukan...., bagaimanapun mbak tetap mbakku, aku sayang sama mbak, jaga diri baik – baik di sana ya....” sms Vian adikku yang ke 2 batinku tumben nih anak smsperhatian yang sedikit romantic, padahal dia cuek banget, di susul sms Thosan, “ Assalamualaikum..., mbak apa kabar? Kamu baik baik aja to? Sehat?” 


Thosan, Vian, Oki..3 jagoan yang diamanahkan padaku, oh Ibu... maafkan aku jika aku tak dapat sepenuhnya menjaga mereka. Doaku selalu bersama kalian wahai para pemuda. Rinduku, ah.. haruskah aku menuliskan dan membicarakan itu, tidak. Ku rasa kalian tahu bagaimana bentuk cintaku untuk kalian.


Lampu – lampu yang indah, angin yang lembut. Berdesir hatiku dibuatnya..., aku merasa nyaman kadang ketika saat sendiri seperti sekarang ini. Teringat pula kata salah satu sahabat hangat diskusiku , kak Eko hehe.. “masih lagu lama? Kakak ga mau ah baca tulisan yang masih di Solo, sekarang kan sudah di Jakarta udah jadi cewek metropolis harusnya ga sama dong, kakak mau liat warna yang beda dari Anna” semangat dan dukungan itu... terima kasih kak. Insya Allah tanpa harus menjadi “cewek metropolis” seperti yang kakak bilang, pastilah kakak bisa baca warna yang lain dari diri Anna, meski“isi” dari Anna tetap sama. Heheee....


********************************************************************


“ eh ratih entih........, ngapain di situ?” panggilan sayang kak Lina mengejutkanku yang menyepi di sudut depan balkon lantai 2, entih itu anti katanya, tapi emang dia suka manggil gitu, heheee..

“ lagi liat lampu kak, bagus, indah juga ya kalau diliat dari sini. Anna suka” jawabku tanpa bergeming dari tempat dudukku.

“Iya, tapi jangan ngelamun.. ga baik, mending baca buku atau tilawah” saran kak Lina kepadaku. “ siap Murabbi, cuma Anna pengen di sini aja dulu kak, tenang aja Anna ga ngelamun kok, insya Allah dzikirnya sama doa di hati sambil diam” jawabku nyengir.

Kak Lina adalah salah satu kakak akhwat yang satu rumah denganku kini, beliau baik dan sering juga menjadi tempat shareku. Termasuk share tentang sekarang yang entah mulai karam, atau hilang...pulau itu..., semoga dia tetap berseri tanpaku. Tentu dan pastilah, bukankah ketika penjagaanku tak sanggup lagi ku lakukan, aku sudah meminta Allah agar menjaganya.., karena ku tahu ALLAH, sebaik – baiknya penjaga.

“ lagi mikir apa sih, kok serius banget, Anna ada masalah ya? Kenapa? Jangan sedih – sedih dong”hibur hangat kak Lina, jadi inget kak Elyana, yang doyan banget bilang gitu, tapi sekarang  dia sedang koas di salah satu Rumah Sakit Karawang. Hmm, kak El kangen deh Anna.

“ ga kok , Cuma menghayati pemandangan aja, Tadzabur Alam dengan diam” jawabku setengah bercanda.

“ owh okey, silahkan dilanjutkan deh entih hehe” katanya sambil berlalu.

*********************************************************************************


 1 rumah dengan akhwat ber- 13 dan semuanya dokter, mungkin yang sastrawati aku aja, hihihi... kata kak Sonia “bahasa Anna terlalu tinggi, tak fahamlah apa tuh artinya, Anna dapet darimana sih? Jiplak atau bikin sendiri?” tanyanya kemarin yang juga sering baca status halaman FB ku,“

jiplak ga ada ah di kamus Anna, Anna lebih suka dijiplak, daripada menjiplak, hehehe, kecuali kalau sangat penting dan pasti ana kasih sumbernya” jelas ku waktu itu.


Jadi kangen kakak Murabbi yang sekarang udah pulang ke Negara asal, Malaysia, kak Dina,  puisi cinta Ana dibacanya 3 kali, baru masuk maknanya.

“ Anna akak dah baca dah puisi ana kena 3 kali baca barulah faham, bahasa tinggi sangat, tak faham, tapi  bisa juga, like like like... sedih bacanya huhuhu” begitu komentnya setelah puisi cinta by email Anna layangkan padanya. Hmm ukhty... betapa aku juga sangat merindukan dirimu.



Kalau Pulau? Siapa pulau itu na? Itu hanya kami yang tahu... dan matahari ada dalam sisi keterangan yang paling jelas. 3 rangkaian yang ketika di satukan menjadi keindahan tersendiri. Samudera, Pulau dan Matahari. Semoga Allah menjaga mereka. Amin.

*******************************************************************


tempat untuk bersandarnya waktu dan keadaan hati yang kadang tak menentu...
semua terkemas apik, meskipun sederhana dalam kenangnya....
tapi mungkin tidak dalam menemani dan mengisi keksosongan hari dan hampanya...


ijinkan ku titipkan pada-Mu...
bahwasannya smua ini begitu berarti...


ijinkanlah aku perjelas garis – garis ketulusanku untuknya....
ijinkanlah semua merasa damai karena nadir memaksimalkan segala upaya...

ku mohon pada-Mu....
jangan jadikan cacat dalam paras atau pada ruas kanvas yg terukir jelas pada kemas utuhnya hati..
untuk dia dan mereka....


tempatkanlah kenang indah pada hati yang selalu berbunga...
atau bahkan pada gelapnya masa ketika ia bermuram...

untuk dia dan mereka yang menjadi sebuah kenangan dan realita....

 **********************************************************************************

Kak Meisya hanya tersenyum mendengar share ku kali ini, share tentang fasal Tauhid yang bertema
Bagaimana kah Kita Mengenal Allah?”


“jadi Anna, mengambil yang pada intinya atau simplenya, bagaimanakah untuk kita mengetahui, mengenal dan merasakan kewujudan Allah, adalah dengan cara kita lebih dalam mengenali apa yang ada dalam diri kita. Kehidupan ini adalah seni yang  paling sempurna. Manusia terlahir dengan akal, perasaan, dan fikiran. Dan semua itu berfungsi karena ia hidup. Hati yang hidup adalah dia yang peka, dan yang mampu merasakan kesakitan, kesedihan, kebahagiaan. Subhannallah banget kan kak? Dan pastilah semua itu tersusun rapi, kepercayaan kita terhadap ciptaan Allah, akan membawa kita bertambah yakin karena keberadaan Allah itu pun tertanda ada dalam diri kita.”



Lagi..., Murabbiku tersenyum. “benar Anna, seperti gambaran yang tadi ana singgung, jika ada mobil yang berjalan, pastilah ada yang mengendarai itu keyakinan kita, dan manusia yang hidup itu ada yang mengendalikan. Bumi yang berputar itu ada yang mengatur, itu tidak berdiri sendiri, tidak bergerak  tanpa ada yang menggerakkannya. “ jelasnya ulang.


“ yah, seperti yang ada di dalam surah AL Jasiyah ayat 3 – 4 :

‘Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk orang-   orang yang beriman.

Dan pada penciptakan kamu dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini,’ 


Tapi di sini bukan berarti kita dapat memahami sifat Allah yang kesemuanya, misalkan Anna memang pernah tertanya sendiri untuk apa sebenarnya Allah menciptakan kita? Mematikan kita, dan Mengatur sedemikian rupa?  Dan si sinilah jawabannya, karena manusia berbatas pengertiannya. Dan untuk sifat – sifat Allah yang tidak kita ketahui seperti juga Allah Maha Tinggi, dan Dia Layak untuk Disembah, yang Maha Suci, Maha Menghitung.  Anna jadi inget ceramah ustadz Jefri al Bukhori,   beliau berkata “ kita tak pantas untuk memikirkan pekerjaan Allah,  yang seperti bagaimana Allah bisa menganggapi doa – doa dan mengabulkan permintaan para hambaNYA, Bagaimana Allah Mengatur sedemikian rupa rangkaian kehidupan manusia, kita tidak boleh, karena itu bukan hak kita. Ada bagian yang tak mampu kita untuk melampauinya ataupun berfikir tentannya. Tugas kita adalah sebagai muslim yang beriman ... sami’na waa’tona, kami dengar dan kami taat.” Jelasku panjang lebar.


“Iya.. “ jawabnya singkat diserati senyum khasnya. Hmm kak Meisya.

“Anna ada mau share apa – apa ga?” tanyanya,

“hmm......, apa yah, mungkin sedikit, boleh?” kataku balik bertanya.


“banyak juga ga papa kalu kita sempet” jawabnya ramah.


“ Gini...,ada seseorang menuaikan kasih sayangnya, akan tetapi ternyata kasih sayang itu membuahkan hasil yang tidak diharapkan, katakanlah bahwasannya sebuah perhatian yang di taburkan ternyata malah membawa ketidak sukaan pada yang lainnya. Di sini seseorang bukannya tidak adil dalam membaginya, ia berusaha, hingga pada akhirnya jika keadaannya sudah dapat mengotori hati yang lain, karena ketidak sukaan mereka terhadap dirinya, ia akan pergi... mungkin tanpa harus meninggalkan apa yang menjadi keputusannya, bagaimana menurut kakak? Apakah ada kasih sayang yang menyakiti? Anna rasa tidak, tapi kisah ini sangat berbeda.” Jelasku serius, sedikit sendu.


“maksud Anna keputusan dalam hal apa?” selidik kak Meisya,

“keputusan untuk jujur, menjadi diri sendiri, untuk tetap membagi kasih sayangnya sekalipun dalam alur dan cara yang berbeda, karena bukankah keputusan itu adalah bagian dari komitmen itu sendiri? “jelasku dengan tersenyum lembut.

“ Baiklah, lalu kenapa perhatian seseorang itu bisa menjadikan yang lain tidak suka? “ tanyanya lagi.

Dan aku menggeleng, “ Anna tidak tahu, yang pasti kesedihan seseorang itu bukan karena tertampikknya kasih sayang yang ia bagi, namun justru kasih sayangnya itu bisa menyebabkan orang lain tidak suka. Dan ia sadar kalau itu bisa menyebabkan hati ternodai, yang bisa menjadi rasa iri, ataupun dengki. Karena itulah dia beranjak pergi, bukan karena ia menjadi seorang pengecut, tapi dia lebih mementingkan perasaan yang lainnya, dibanding perasaan dia sendiri.” Jawabku panjang.


“Kakak rasa, tak perlu selalu menjaga perasaan orang lain, karena perasaan seseorang yang Anna ceritakan itu juga penting, karena di dalam hatinya ada kejujuran untuk berbuat baik, terserah saja jika yang lain tidak suka, yang penting orang itu melakukan dengan hati yang ikhlas, kalaupun tidak ada respon yang baik, tak perlu juga memaksakkan kehendak  untuk mengambil hati seseorang yang kita kasihi, kita boleh beranjak dari keadaan itu, tanpa harus berubah sikap ataupun menunda niat yang ingin kita buat, bukankah itu lebih baik? Yang penting ridho Allah sama kita” nasehatnya halus.


Aku tersenyum “ yah, kakak betul, dan itulah yang seseorang itu lakukan sekarang, karena orang yang mengerti bukanlah dia yang memaksa orang yang dikasihinya untuk berubah, tapi sebaliknya, adalah dia yang menerima apapun yang ada dalam diri orang yang ia sayangi, karena ia yakin dengan penerimaan itu mungkin suatu waktu Allah-lah yang akan memberi tahu



Kak Meisya tersenyum lagi memandangku, sambil mengusap bahuku “ iyah, insya Allah”

 ***************************************************************************

Lain Waktu.....

Masih mencoba mengerti dan memahaminya, untaian nasehatnya... ,Dia yang juga tak lelah memberiku semangat,
“Anna, ada hadis cantik coba denger” pintanya,

“Barangsiapa memurkakan Allah swt untuk meraih keridhoan manusia maka Allah murka kepadanya & menjadikan orang yg semula meridhoinnya jadi murka kepadanya. Dan barang siapa yang menginginkan Keridhoan Allah swt (meskipun) dlm kemurkaan manusia, maka Allah swt akan meridhoinya & meridhokan kepada orang yg pernah memurkainya, sehingga Allah swt memperindahnya, memperindah ucapannya dan perbuatannya dalam pandangannya.”  

 (HR. Athabrani)

So, Anna, Karina minta Anna tetep semangat yah!”  katanya dengan senyum di balik layar kaca skype sore tadi


 Yah Karina , sahabat hangat dan sangat tepat bagiku ketika Allah mempertemukan kita. Sekalipun dia jauh karena musti menyelesaikan pendidikan di Negara yang menjadi impianku bertandang ke sana  sebelum aku mengenalnya karena tempat yang begitu teduh juga asri menurutku, New Zeland, tapi ku rasa ia faham cinta dan kasih ini tak akan berkurang.



Ku jawab singkat yang dengan senyum sesungguhnya penuh haru “ insya Allah, jazakillahu khoir ya ukhty...”.


“terima kasih ya Allah kau berikan aku kekayaan dengan memiliki sahabat seperti dia” batinku sembari mendengar nasyid Maher Zain berudul “Thank You Allah”, ah entahlah... jika aku mendengarkan lagu ini, sungguh lagu itu mengingatkan bagaimana aku bersyukur karena bertemu dengan dia, sebuah nama cinta bernama Karina.


***********************************************************************

Kehidupan biarlah ku eja atas nama doa, ikhtiar dan tawakal.
Seikat dan segumpal harap rindu mendayu menuju kekal, tak semudah dan tak segampang ku balik kan telapak tanganku.
Biarlah lembut hati yang kan meluluhkan segala kekerasan, tak ada satupun jiwa yang tak mau berbahagia, namun bukankah keindahan itu tak selalu ia yang bersama?
Ku eja atas asma asma yg penuh cinta dan kasih itu, agarlah tenang hatiku ketika badai ragu menerjang teguh dan yakinku. Semua menari, semua menyanyi, berdendang tentang sebuah alur alur sendu. Nyanyian alam membaringkan jiwa pada kerinduan – kerinduan yang alami, namun sungguh tak pernah ku temui smua itu di sini. Kalupun ingin menghadirkan salah satu sisi yang hidup dengan alami, sungguh itu membutuhkan waktu yang lebih mengerti dan memahami.


senja masih tersenyum ramah pada kemuningnya... 
tutur lembut angin masih sama dengan hari kemarin...


ah terlalu sepikah hingga yg dalam itu kini membeku hingga kelu... 
menyambut waktu dan menyisakan masa pada bait - bait purnama ..


*********************************************************************


Aku tak tahu, terkadang semua yang utuh dan penuh dari hati itu sungguh benar aku haturkan pada mereka, tapi aku sadar ....seperti apa yang pernah aku ucapkan “tak semua kebaikkan, akan di terima dengan baik dan berbalik dengan baik” yah, tapi sebenarnya kebaikan itu adalah setelah kita memberikannya, bukan pada saat kita berbagi dengan kebaikkkan itu sendiri. Karena hasil dari kebaikkan yang terkadang tak sesuai dengan harapan, adalah hal yang menguji sebuah niat yang tulus yang lahir dari hati. Seseorang yang tulus itu akan tahu, apa yang menolaknya lantas tidak menjadikan kesetiaannya berkurang untuk menjaga kemurnian dari ketulusannya. Karena Kasih sayang itu tidak merusak. Menetap pada hal yang sering bertemankan “penerimaan”, adalah bagian dari “kebesaran” dari sebuah ketulusan. Bukankah ketulusan itu akan terbayar mahal oleh kesadaran? Ya, itu pasti.... karena Tuhan Maha Adil. Dia tahu apa yang ada dalam hati ini.



Wanita ayu nan manis itu pernah mengajarkanku tentang sebuah kesabaran, penerimaan yang sangat luar biasa menurutku dalam kehidupan. Keteguhan yang kuat, kekurangan yang tak menjadikan beban yang menghalanginya untuk memberi. Dia adalah Ibuku. Dan dari dirinya aku belajar kini.


Ku rasa tak perlu menyalahkan orang lain, jika semua apa yang diberi kembali dengan hal yang tidak mengenakkan. Mungkin aku yang salah, aku salah menuangkan air dalam cawan – cawan yang masih tertututup rapat, hingga tumpah dan aku sendiri yang basah. Samudera itu memiliki birunya yang terbentang, air nya yang menyejukkan setiap orang yang memandang. Namun terkadang pula tak ada yang mau jika airnya yang berlebih itu menyejukkan santun pengertian yang sulit untuk difahamkan. Karena tak semua musti dibicarakan, mencoba untuk diam sesaat dan merasakan apa yang ada di sekitar, itulah yang harusnya kita lakukan. Agar kita tahu apa yang terjadi, dan dimana letak kurang bijak kita dalam kedewasaan ini.



Seseorang membutuhkan kesedihan agar ia mengenal arti kebahagiaan….
Seseorang memerlukan rasa amarah ketika ia menghadapi keegoisan, agar ia tahu apa arti berbagi dan bertoleransi…
Dan, Seseorang tidak akan pernah kuat  jika ia tak pernah merasa jatuh , sakit dan kembali bangkit….


******************************************************************************


Jangan pernah merasa “sudah” memberikan yang terbaik, jika semua yang tengah kita beri dan bagi itu adalah karena ada tujuan tersendiri ( egois).  Karena kehidupan ini adalah untuk selalu dipelajari dan dipahami, hingga kita mengenal sebenar – benarnya arti dari “pengertian”. Banyak orang yang mengerti, tapi tidak faham dalam bersikap dan memutuskan persoalan, sebab itulah kita dianjurkan untuk selalu belajar, karena untuk mempertahankan suatu yang baik itu jauh lebih sulit daripada sebelum kita mendapatkannya.



Dan kehidupan yang aku tahu dan aku mengerti, memang tak mudah.
Tak ada jalan yang tak terjal bagi sebuah “keikhlasan, kebaikkan, ketulusan” , karena semua yang baik memang menanjak untuk menjadikan kita giat “berlatih”. Entah itu hati kita, kesabaran kita, maupun pengertian yang betul – betul memahami dari rasa mengerti itu sendiri.


ada yg berkata "tak selamanya kejujuran itu menjadikan kita lebih baik, karena diam itu adalah "emas". Itulah mengapa kejujuranpun harus diseimbangi sikap & pemikiran yang dewasa, yang bijaksana  dalam menyampaikannya. Karena itu pun, kebenaran terkadang datang terlambat,  dan jujur memerlukan waktu. 


Biarlah yang indah itu terdapat bagian yang tak sesuai dengan apa yang kita inginkan, karena mungkin tanpa kita sadaripun kesempurnaan adalah ketika semua warna beradu dalam corak – corak tinta yang berbeda. Sehingga senja itu pun akan terlihat lebih haru membiru dengan warna merah, orange, hitam, kelabu, merah dan juga ungu… , (lucu ya kayak pelangi :P )


Dan hidup akan menjadi sangat berwarna ketika kita mampu memaknai sebuah peristiwa dengan sebijak dan sedewasa mungkin. Pengertian adalah ilmu kehidupan. Dan kehidupan membutuhkan suatu ketegasan dan keberanian untuk memilih, karena keberanian adalah kejujuran. Dan si sinilah letak“tarbiyah hati“ yang sesungguhnya.



Dan karena ku yakin, luka apapun yang tak dapat disembuhkan oleh manusia, namun dengan kesempurnaan-NYA akan dapat menyembuhkan segala luka. Sungguh tiada yang Mustahil bagi Allah ta’alla.

****************************************************************************


Untukmu yang ku sayangi karena kasih-Nya kepadaku agar membagikannya untukmu... 

ada banyak hal yang mungkin tak kau tahu dariku,
betapa banyak tersimpan segala kurangku atau bahkan lebihnya kasihku yang ku kemas dalam hati yang bahkan tertuai untukmu, namun kau tak merasakan hal itu...
dan aku masih setia untuk satu jujurku yang masih tersimpan baik ,
bahwa itu demi Ridho-Nya ...
jejak – jejak langkahku kan terukir pasti bersama waktu yang ada padamu, pada KITA.


 *********************************************************************************


ada senyum tipis pada wajah yang sedari datar mengingat semua waktu itu...
di luar hujan telah mewakilkan sebuah perasaan yang teramat dalam...

Sebelum aku Pergi,
Kenanglah aku dalam sederhananya masa dengan jujurnya rasa,
Karena semua tuangan tinta tak akan kau temui sedikitpun dusta di dalamnya...
Dan yang kau kenal adalah samudera cinta bernama Anna.... 
 











Ratih .Septiana
white_rose
Jakarta
AL Farouq Home
Kamis, 21 Juli 2011
1 . 27 pm

Cerpen-Samudera Cinta

Cerpen Remaja-18+ Aku Masih Perawan



18+ Aku Masih Perawan


Sahabat Pemikir cerdas yang pada lagi nyantai mungkin ya. Kali ini pemikir cerdas berbicara tentang keperawanan seorang wanita.Untuk para cowok jangan mikir aneh dan jangan lakukan tindakan yang aneh..hihi becanda. Ulasan berikut ini sangat penting untuk para wanita untuk selalu menjaga kesuciannya. yoook lansung aja kita bahasnya.
Aku masih perawan, nggak pernah ciuman, pegangan tangan, bercumbu, atau jalan-jalan berdua saja dengan bukan muhrimku, dan dengan laki-laki manapun…”
glek….. “Masa sih…”
“Iya, AKU MASIH PERAWAN, JELAS….!!!!”
aku masih perawan, utuh, murni 100 persen, tidak berkurang sedikitpun, aku tidak pernah “pacaran” seperti orang kebanyakan, aku lihat lelaki itu dari bagaimana pola pikir dikepalanya bukan “Pola Tangan dan Pola Matanya” melihatku.
“Bodoh loe,”

Biar, aku lebih suka dibilang “Bodoh” sebab bodoh itu melindungiku dari melakukan hal-hal “pintar” tapi sebenarnya aku sendiri TIDAK TAHU .
“Sekarang bukan zamannya neng,….”

Ya, benar, sekarang memang bukan jamannya menyembunyikan atau mengatakan “tabu” kalau bicara soal keperawanan, jaman sekarang sudah terbuka, orang bisa bicara dari sudut mana saja, dengan cara berfikir apa saja tentang keperawanan. silahkan. sorry, tapi tidak bagiku.
“Pantesan, sekarang blom dapat pacar…”

“Aku …..cari suami yang bisa dijadikan pacar, bukan pacar yang belum tentu jadi Suami“
“Kolot, Kuno, Nggak Gaul, Nggak ngikutin trend…”

“ah nggak papalah, toh yang bilang aku Kolot, Kuno, Nggak Gaul, Nggak ngikutin trend, itu kan manusia, Tuhan nggak”
“Sok Munafik…!!!!”

“Kalau munafik itu orang yang nggak konsisten, ngomong ini tapi ngelakuin ini, tapi menjaga keperawanan itu kewajiban”

“Sok Suci….!!!!”

“Bukankah “Kesucian” seorang wanita memang harus dijaga, ada orang aneh bilang
Kamu perempuan tuh memang anak ayah dan ibumu, tapi sebenarnya kamu itu titipan suamimu pada mereka, jadi harus dijaga semuanya, jangan ada yang hilang. Dijaga sampai nanti dia siap membawamu pergi dari mereka dengan satu ikatan yang suci dan diridhoi . Emangnya kamu mau kalau nanti dibilang Ayah dan Ibumu tidak becus menjaga titipannya”


Kesimpulan:
“Hidup ini pilihan dan setiap pilihan ada konsekuensinya, ada tanggung jawab baik dimata manusia maupun dimata Tuhan. silahkan lakukan apa saja karena itu hak dasar kita sebagai manusia bebas, tapi sebagai perempuan alangkah indahnya kalau kita bisa menjaga KEPERAWANAN kita secara utuh sampai nanti dipersatukan TUHAN dalam ikatan suci perkimpoian, seperti kata orang aneh tadi :

Akar utama kebahagiaan kita dan pasangan kita itu kejujuran, bukan dengan “kebohongan”. 

Bagaimana sahabat suka dengan ulasannya.Semoga bermanfaat ya sahabat. 

18+ Aku Masih Perawan

Tuesday, December 13, 2011

Cerpen Remaja-Nikita Mirzani- Mana Ciuman Untukku



Mana Ciuman Untukku


 Sahabat Pemikir Cerdas jangan berpikiran aneh dulu kalau berbicara tentang ciuman, Nikita Mirzani artis yang belakangan ini mulai diperbincangkan sahabat. Berbicara tentang ciuman sahabat mungkin sahabat punya cerita sendiri tentang ciuman, tetapi pemikir cerdas sendiri memiliki cerita sendiri juga mengenai ciuman. Nah mari kita simak ceritanya berikut ini.
Dulu ada seorang gadis kecil bernama Cindy. Ayah Cindy bekerja enam hari dalam seminggu, dan sering kali sudah lelah saat pulang dari kantor. Ibu Cindy bekerja sama kerasnya mengurus keluarga mereka memasak, mencuci dan mengerjakan banyak tugas rumah tangga lainnya.

Mereka keluarga baik-baik dan hidup mereka nyaman. Hanya ada satu kekurangan, tapi Cindy tidak menyadarinya.

Suatu hari, ketika berusia sembilan tahun, ia menginap dirumah temannya, Debbie, untuk pertama kalinya. Ketika waktu tidur tiba, ibu Debbie mengantar dua anak itu ketempat tidur dam memberikan ciuman selamat malam pada mereka berdua.

"Ibu sayang padamu," kata ibu Debbie.

"Aku juga sayang Ibu," gumam Debbie.

Cindy sangat heran, hingga tak bisa tidur. Tak pernah ada yang memberikan ciuman apappun padanya..

Juga tak ada yang pernah mengatakan menyayanginya. Sepanjang malam ia berbaring sambil berpikir, Mestinya memang seperti itu ..

Ketika ia pulang, orangtuanya tampak senang melihatnya.

"Kau senang di rumah Debbie?" tanya ibunya.

"Rumah ini sepi sekali tanpa kau," kata ayahnya.

Cindy tidak menjawab. Ia lari ke kamarnya. Ia benci pada orangtunya.
Kenapa mereka tak pernah menciumnya?
Kenapa mereka tak pernah memeluknya atau mengatakan menyayanginya ?
Apa mereka tidak menyayanginya?.
Ingin rasanya ia lari dari rumah, dan tinggal bersama ibu Debbie.

Mungkin ada kekeliruan, dan orangtuanya ini bukanlah orang tua kandungnya.
Mungkin ibunya yang asli adalah ibu Debbie.
Malam itu, sebelum tidur, ia mendatangi orangtunya.

"Selamat malam,"katanya.

Ayahnya,yang sedang membaca koran, menoleh.

"Selamat malam," sahut ayahnya.

Ibu Cindy meletakkan jahitannya dan tersenyum.

"Selamat malam, Cindy."

Tak ada yang bergerak. Cindy tidak tahan lagi.

"Kenapa aku tidak pernah diberi ciuman?" tanyanya.

Ibunya tampak bingung.

"Yah," katanya terbata-bata, "sebab... Ibu rasanya karena tidak ada yang pernah mencium Ibu waktu waktu Ibu masih kecil. Itu saja."

Cindy menangis sampai tertidur. Selama berhari-hari ia merasa marah. Akhirnya ia memutuskan untuk kabur. ia akan pergi kerumah Debbie dan tinggal bersama mereka. Ia tidak akan pernah kembali kepada orangtuanya yang tidak pernah menyayanginya. Ia mengemasi ranselnya dan pergi diam-diam. Tapi begitu tiba di rumah Debbie, ia tidak berani masuk. Ia merasa takkan ada yang mempercayainya. Ia takkan diizinkan tinggal bersama orangtua Debbie.

Maka ia membatalkan rencananya dan pergi. Segalanya terasa kosong dan tidak menyenangkan.

Ia takkan pernah mempunyai keluarga seperti keluarga Debbie. Ia terjebak selamanya bersama orangtua yang paling buruk dan paling tak punya rasa sayang didunia ini. Cindy tidak langsung pulang, tapi pergi ke taman dan duduk di bangku.

Ia duduk lama, sambil berpikir,hingga hari gelap. Sekonyong-konyong ia mendapat gagasan. Rencananya pasti berhasil . Ia kan membuatnya berhasil. Ketika ia masuk kerumahnya, ayahnya sedang menelpon. Sang ayah langsung menutup telepon. ibunya sedang duduk dengan ekspresi cemas. Begitu Cindy masuk, ibunya berseru," Dari mana saja kau? Kami cemas sekali!".

Cindy tidak menjawab, melainkan menghampiri ibunya dan memberikan ciuman di pipi, sambil berkata,"Aku sayang padamu,Bu."

Ibunya sangat terperanjat, hingga tak bisa bicara.

Lalu Cindy menghampiri ayahnya dan memeluknya sambil berkata, "Selamat malam, Yah. Aku sayang padamu,"

Lalu ia pergi tidur, meninggalkan kedua orangtunya yang terperangah di dapur.

Keesokan paginya, ketika turun untuk sarapan, ia memberikan ciuman lagi pada ayah dan ibunya. Di halte bus, ia berjingkat dan mengecup ibunya.

"Hai, Bu,"katanya.

"Aku sayang padamu."

Itulah yang dilakukan Cindy setiap hari selama setiap minggu dan setiap bulan. Kadang-kadang orangtuanya menarik diri darinya dengan kaku dan canggung. Kadang-kadang mereka hanya tertawa. Tapi mereka tak pernah membalas ciumannya. Namun Cindy tidak putus asa.

Ia telah membuat rencana, dan ia menjalaninya dengan konsisten. Lalu suatu malam ia lupa mencium ibunya sebelum tidur. Tak lama kemudian, pintu kamarnya terbuka dan ibunya masuk.

"Mana ciuman untukku ?" tanya ibunya, pura-pura marah.

Cindy duduk tegak.

"Oh, aku lupa," sahutnya. Lalu ia mencium ibunya.

"Aku sayang padalmu, Bu." Kemudian ia berbaring lagi.

"Selamat malam,"katanya, lalu memejamkan mata.

Tapi ibunya tidak segera keluar.

Akhirnya ibunya berkata. "Aku juga sayang padamu."

Setelah itu ibunya membungkuk dan mengecup pipi Cindy.

"Dan jangan pernah lupa menciumku lagi," katanya dengan nada dibuat tegas. Cindy tertawa.

"Baiklah,"katanya.

Dan ia memang tak pernah lupa lagi. Bertahun-tahun kemudian, Cindy mempunyai anak sendiri, dan ia selalu memberikan ciuman pada bayi itu, sampai katanya pipi mungil bayinya menjadi merah.

Dan setiap kali ia pulang kerumah, yang pertama dikatakan ibunya adalah, "Mana ciuman untukku?"

Dan kalau sudah waktunya Cindy pulang, ibunya akan berkata, "Aku sayang padamu.

Kau tahu itu, bukan?"

"Ya,Bu," kata Cindy.

"Sejak dulu aku sudah tahu."


Nah bagaimana sahabat ? Keren kan cerita versi pemikir cerdas . Sahabat pemikir cerdas ingat pesan ibu,ibu sering bilang waktu kita kecil " Jangan nakal nak". samapai kita dewasa ingat pesan ibu itu agar kita tidak terjerumus pada hal yang negatif.

Mana Ciuman Untukku

Monday, December 12, 2011

Cerpen Remaja - Mission Father



Cerpen Remaja - Mission Father

sahabat pemikir cerdas kali ini kita akan bercerita tentang seorang ayah sahabat.  Sebelum sahabat memulai untuk membacanya,coba sahabat tanyakan pada diri sahabat sendiri "Apakah ayah selalu memperhatikan aku?". mungkin apapun jawabannya dari sahabat akan terjawab setelah sahabat membaca yang berikut ini.
Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya…..Akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya. Lalu bagaimana dengan Papa? Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari,tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu?

Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng. Tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau
lakukan seharian?

Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil……Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda. Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu…Kemudian Mama bilang : “Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya” , Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka…. Tapi sadarkah kamu? Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.

Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba.Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : “Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang” Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?

Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata :”Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!”. Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut. Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.

Ketika kamu sudah beranjak remaja….Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan: “Tidak boleh!”. Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu? Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat - sangat luar biasa berharga.. Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu…Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama…. Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya, bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?

Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia….. :’) Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu.. Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?

Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya. Maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir… Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut-larut…Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan mengeras dan Papa memarahimu.. . Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Papa akan segera datang?” Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa”

Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur. Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata - mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti… Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa :)

Ketika kamu menjadi gadis dewasa….Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain…Papa harus melepasmu di bandara. Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu? Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini - itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati… Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat.Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata “Jaga dirimu baik-baik ya sayang”.Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT…kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.

Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa. Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.

Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan…
Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : “Tidak…. Tidak bisa!” Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan “Iya sayang, nanti Papa belikan untukmu”. Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?

Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana. Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu. Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat “putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang”

Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu darinya. Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin..Karena Papa tahu…..Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti…

Dan akhirnya….Saat Papa melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia…. Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis? Papa menangis karena papa sangat Bahagia!


Kemudian Papa berdoa….Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Papa berkata: “Ya Allah tugasku telah selesai dengan baik….Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik….Bahagiakanlah ia bersama suaminya….”

Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk…

Dengan rambut yang telah dan semakin memutih….

Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya….

Papa telah menyelesaikan tugasnya….

Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita…Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat…

Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis…Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu…

Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa “KAMU BISA” dalam segala hal apapun.:’)

Tersenyum dan bersyukurlah ketika kamu bisa merasakan kasih sayang seorang Ayah hingga tugasnya selesai….
Jika kamu mengalaminya, Kamu adalah salah satu orang yang beruntung…

(Thomas Tjahja)

Bagaimana sahabat apakah terjawab? semoga terjawab ya sahabat.

Cerpen Remaja - Mission Father

Sunday, December 11, 2011

SERIBU PERNAK PERNIK PONSEL ANDROID




SERIBU PERNAK PERNIK PONSEL ANDRO


 
Sahabat pemikir cerdas kali ini beda pada postingan lainnya,sekarang kita akan bahas mengenai android sahabat.Untuk para sahabat yang gila akan informasi atau teknology yang terbaru silakan baca ulasan berikut ini sahabat.Semenjak diluncurkannya ponsel android pertama di dunia, HTC Dream, sistem operasi android nampaknya menjadi sistem operasi terbesar saat ini dan sudah dipakai di hampir seluruh ponsel pintar atau smart phone yang ada di dunia ini.Sistem operasi ponsel yang berbasis Linux. Bagi anda yang belum tahu, Android merupakan sebuah sistem operasi yang pertama kali dikembangkan oleh software developer yang bernama Android Inc. Namun, pada tahun 2005, Google melihat bahwa Android Inc dapat memberikan keuntungan besar bagi mereka sehingga akhirnya mereka berhasil membeli dan mengakuisisi perusahaan tersebut dan mengembangkan sistem operasi Android yang khusus digunakan untuk sistem operasi pada ponsel. Seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya, ponsel pertama di dunia yang mendapatkan kesempatan utuk menjajal kemampuan android untuk sistem operasi ponsel pintar adalah HTC Dream yang dirilis pada 22 Oktober 2008. Dream menggunakan sistem operasi android versi pertama pada saat itu. Namun, saat ini, sudah banyak pengembangan dan update dari sistem android tersebut seperti, Ginger Bread dan Froyo.

Fitur merupakan hal yang paling mempengaruhi penjualan ponsel yang menggunakan sistem operasi android. Disini android menyediakan platform terbuka bagi para pengembang untuk menciptakan aplikainya sendiri .Layaknya sebuah computer, ponsel yang didukung oleh sistem operasi android dapat di install beberapa aplikasi lain yang didukung oleh sistem operasi ini. Jadi, jika anda merupakan seorang penggila sosial networking, anda bisa mengunduh beberapa aplikasi android yang bisa mendukung anda dalam ber sosial networking di android market. Jangan kahwatir jika anda tidak mempunyai uang untuk membeli aplikasi android, di Android market, ada banyak aplikasi android yang bisa anda download secara gratis untuk memudahkan anda memaksimalkan fungsi ponsel anda. Jadi, dengan ponsel android, ponsel anda tidak hanya sekedar sebuah ponsel yang hanya bisa digunakan untuk SMS dan telepon saja. Dengan sistem operasi android di ponsel anda, anda bisa menggunakan ponsel anda sebagai apa saja yang anda suka. Selain fitur, ponsel dengan sistem operasi android juga dikenal sebagai ponsel yang mempunya kemudahan dan kenyamanan untuk melakukan banyak aktifitas karena android tidak memerlukan banyak memori sehingga dapat dengan mudah melakukan berbagai aktifitas dalam satu waktu.

Di dunia ini terdapat dua distributor sistem operasi Android.  Pertama yang mendapat dukungan penuh dari Google atau Google Mail Services (GSM)dan yang kedua adalah yang benar-benar bebas distribusinya tanpa dukungan lansung dari Google atau dikenal sebagai Open Handset Distribution(OHD).


SERIBU PERNAK PERNIK PONSEL ANDROID

Saturday, December 10, 2011

Kata Motivasi Cerdas-Motivasi Membangun Semangat Diri Kita



Kata Motivasi Cerdas-Motivasi Membangun Semangat Diri Kita.


Sahabat Pemikir Cerdas berikut ini kita dapat share motivasi membangun diri dari teman kita. Sebelumnya pemikir cerdas juga sudah post Kata-kata Bijak dalam post itu juga bisa membangun semangat diri kita sahabat. Untuk membangun semangat diri kita juga butuh Pandangan Optimis mungkin dengan demikian untuk membangun semangat diri bisa kita capai sahabat .Semua itu juga bisa membentuk karakter diri kita yang baru yang lebih baik lagi sahabat. Ayok kita baca Motivasi Cerdas ini sahabat, semoga bermanfaat sahabat.
"JANGAN  pernah meremehkan DIRI KITA"

Tuhan memberikan kita hidup bukan krn kita membutuhkannya,
‎tapi krn “seseorang membutuhkan kita“.

Jangan hiraukan mereka yang menjelekkan diri kita. Siapa diri kita hanya Tuhan & kita yg tahu,
hanya Tuhan & kita yg menentukan, bukan mereka!

Menjadi yg “TERBAIK” lebih penting dari pada
menjadi yg “PERTAMA”. Namun menjadi yang PERTAMA & TERBAIK jauh lebih baik

Jangan tergantung pada orang lain, kita lebih kuat dari yg kita pikirkan, hanya terkadang kita tdk mempercayainya..

Jangan tangisi dia yg telah mengkhianati kita. Bersyukurlah, krn Tuhan telah menunjukkan bahwa dia “bukan orang yg tepat bagi kita“.

Jangan buang energi kita utk membalas, hukum alam/ hukum Tuhan lebih mengerikan.

Jangan lari dari masalah, mereka akan selalu menghampirimu. Yang harus kita lakukan adalah : “pelajari cara mengatasinya“.

Jangan “remehkan diri kita sendiri“. Kita terlahir dgn banyak talenta, manfaatkanlah.
Mereka adalah jembatan menuju kebahagiaan kita.

Sesuatu yg dimulai dgn kebaikan akan menghasilkan kebaikan. Namun jika hasilnya belum baik, maka itu bukanlah akhir.

Rasa iri merugikan kita.
Luangkan waktu utk bersyukur atas segala hal yg kita miliki. Kita terbaik dgn cara kita sendiri.

Hidup selalu punya banyak hal utk “membuat kita jatuh“. Namun, apa yg benar2 bisa membuat kita jatuh adalah “sikap kita“.

Jangan pernah berpikir kita bukan siapa2, krn kita tak pernah tahu bàhwa "ada seseorang yg berpikir kita adalah segala-nya"

Jangan pikirkan mereka yg membenci kita, krn mereka hanya iri atas pribadi kita yg lbh baik. Abaikan mereka dan teruslah melangkah.

"Kita tdk bangga krn kesalahan kita. Tapi kita bangga krn kita dpt belajar dari kesalahan kita"

Jangan memandang rendah diri kita sendiri.
Jika kita tdk bahagia dgn hidup kita saat ini, intropeksi diri dan berusahalah lbh baik.

Semua orang punya kelebihan dan kekurangan, tapi jika kita tdk bisα menghargai kekurangan kita,
kita tdk menghargai diri kita sendiri.
 
Nah sahabat  bagaimana perasaan sahabat stelah membaca motivasi cerdas ini?
Apakah ada merasakan hal yang baru ,yang mungkin akan membawa perubahan yang baru pada diri sahabat.


Motivasi Cerdas-Motivasi Membangun Semangat Diri Kita.

Monday, December 5, 2011

Cerpen Cinta : He'd Never Stop

Cerpen Cinta : He'd Never Stop kali ini Pemikir cerdas memberikan sebuah Cerpen Cinta  yang sangat bagus juga romantis bange, judulnya yaitu He'd Never Stop kisah waita yang sangat mencintai seorang pria, pastinya teman teman sangat penasaran dengan cerpen ini, so langsung baca aja dech


Pyaarr! Gelas berisi Cappuccino Mousse yang dipenuhi beberapa balok es batu itu terlepas dari tanganku, pecah berceceran di lantai keramik halaman rumah baruku. Sial! Padahal aku belum mencicipinya. Dengan dada yang tiba-tiba terasa sesak dipenuhi amarah meluap-luap, kuhampiri penyebab jatuhnya minuman buatanku sendiri itu. Sebuah bola basket yang sudah kusam tampak dengan santainya bergerak-gerak di dalam sebuah pot bunga lavender yang baru saja bersemi dua hari yang lalu. Sial. Bungaku ikut berantakan dan bahkan potnya sedikit retak!

 Aku segera keluar dari pagar besi halaman rumah sambil menenteng bola basket keparat itu. Mencari-cari kira-kira siapa pemiliknya. Kutoleh ke kanan dan ke kiri, tetap tak kulihat satu orang pun di sekitar sini. Apa ini bola setan? Pasti pelakunya masih berada di sekitar sini.

Setelah yakin dan pasrah karena tak juga menemukan pelakunya, kuputuskan untuk kembali ke rumah. Percuma mencari-cari seseorang yang pasti sudah kabur dari tadi. Saat berbalik, tubuhku hampir saja menabrak seseorang. Tubuhnya tinggi, kira-kira dua puluh sentimeter lebih tinggi dariku. Wajahnya pucat dengan rahang yang mengeras dan gigi yang gemeretak menahan emosi. Matanya yang hitam legam menatapku tajam, membuatku merinding seketika. Aku susah payah menelan ludah. Dengan kasar, direbutnya bola basket yang ada di tanganku yang gemetar. Setelah itu, dia berlalu begitu saja. Bahkan dia tidak meminta maaf! Dasar cowok tidak tahu diri!
“Elberta! Apa yang kaulakukan di sini?”
“Eh, Nicola?”
“Kau benar-benar tampak seperti orang tolol. Lihat pakaianmu!”
“Eh?”
Nicola benar! Gawat! Mana mungkin aku berhadapan dengan seorang cowok yang baru kukenal dengan pakaian seperti ini? Pajama berwarna putih pucat yang tingginya hanya sepuluh sentimeter di atas lututku. Gila!
“Wajahmu merah, Elberta. Tenang saja, kita ‘kan sama-sama cewek. Lebih baik kau segera masuk ke dalam rumah sebelum orang lain melihatmu. Cepat!” didorongnya tubuhku yang masih terpaku di tempat.

***

            “Kau ada perlu apa? Tumben tidak menghubungiku dulu.” Apfelkuchen di hadapanku masih mengepul hangat, membuatku tidak sabar untuk segera melahapnya.
Well, sebenarnya aku tidak berniat ke rumahmu. Aku hanya sedang berjalan-jalan, tapi saat aku melihatmu tadi, aku jadi ingat film yang kau ceritakan padaku waktu itu. Kelihatannya keren!”
Spoorloos?”
“Tepat sekali! Dan kau tahu, teman-teman sekelas kita banyak yang terkena demam setelah menonton film itu. Aku jadi penasaran.”
“Sudah puluhan kali kau menceritakannya padaku, Nic.”
“Aku betul-betul ingin menontonnya dan membuktikan bahwa mereka penakut!”
“Mereka demam bukan karena film itu, tetapi karena kondisi badan mereka memang sedang tidak sehat ketika menontonnya.”
“Ah, kau ini. Buktinya, Roberto, Vincent, Allen, dan Edeline menderita demam bersamaan dan suhu tubuhnya tinggi tepat setelah menonton film itu.”
“Buktinya, aku yang sudah lebih dari tiga kali menontonnya, tidak pernah menderita demam. Kau memang berelebihan.”
Spoorloos merupakan sebuah film produksi Belanda, film psikopat paling jahat dan mengerikan yang disutradarai oleh George Sluizer. Nicola yang berlebihan itu selalu menganggap setiap orang yang telah selesai menonton film itu akan langsung sakit, demam, dan semacamnya.
“Jadi bagaimana? Kau mau meminjamiku film nya ‘kan?”
“Aku rasa, sudah puluhan kali kau berniat ingin meminjam film itu, tetapi toh ujung-ujungnya pasti kau sendiri yang pura-pura lupa atau tiba-tiba merasa sedang tidak mood untuk menontonnya.”
“Kali ini aku benar-benar akan meminjamnya darimu!”
“Mengaku saja bahwa kau sebenarnya takut menonton film thriller seperti itu, Nic!” aku menjulurkan lidah, dan wajah gadis itu bersemu merah.
“Ah, kau ini selalu mengolokku. Akan kubuktikan bahwa aku bukan penakut seperti mereka!”
Dan Nicola pun naik ke lantai atas, ke mana lagi kalau bukan ke kamarku. Aku segera mengikutinya dari belakang sambil membawa sepiring kue apel kesukaanku.
“Kau menaruhnya di mana, Elberta?” gadis yang tidak tahu sopan santun itu mengobrak-abrik rak buku dan isi lemariku. Dasar gila. Tidak mungkin aku menaruh kepingCD di dalam lemari pakaian. Tetapi dia sahabatku – dia orang yang paling dekat denganku sejak aku pindah ke belahan selatan kota Rotterdam ini sekitar sebulan yang lalu, dan di kelas, dia juga sebangku denganku – sehingga aku membiarkannya bersenang-senangdengan pencariannya meski harus membuat kamarku berantakan, padahal aku baru saja membereskannya dua jam lalu.
Dengan santai aku berjalan menuju meja komputer yang terletak tepat menghadap ke luar jendela. Mengambil sekeping CD dengan cover Spoorloos. Tentu saja hal itu segera membuat Nicola bahagia hingga meloncat-loncat di atas ranjangku. Aku hanya melotot ke arahnya ketika kulihat sebuah bantalku terjatuh ke Teppich tebal berwarna coklat. Sudah kubilang ‘kan tadi, dia gadis yang tidak tahu aturan? Tetapi aku menyayanginya seperti saudara kandungku sendiri.
Pyaarr! Nicola terjingkat, begitupun aku. Kaca jendela kamarku pecah dan sebuah bola basket meluncur mengenai kepalaku. Sialan! Siapa lagi yang melakukan hal menyebalkan ini?
Aku segera melongok keluar jendela, melihat ke bawah. Cowok itu. Cowok yang tadi pagi bertemu denganku di halaman rumah. Dia memberiku isyarat untuk turun. Dadaku berdegup kencang, dipenuhi kemarahan atas tindakannya yang kurang ajar itu.
Bagaimana mungkin dia melempar kaca jendela kamarku hingga pecah, sementara kami kenal pun tidak? Bola basketnya bahkan mengenai kepalaku. Bukankah itu termasuk tindakan kriminal?
“Siapa dia?” Nicola berbisik di telingaku. Dia ikut-ikutan mengintip cowok itu dari belakangku.
Tanpa menjawab, aku segera turun dan bersiap menghujani cowok itu dengan segala macam umpatan.
“Apa yang kau lakukan?” aku mencoba mengatur nada suaraku agar tidak terdengar gemetar. Entah kenapa, berhadapan langsung dengan cowok ini membuatku selalu merinding. Mungkin karena tatapannya yang dingin dan wajahnya yang terlihat tidak ramah.
Cowok itu memberi isyarat agar aku menyerahkan bola basket yang kini berada di genggaman tanganku. Dengan kasar kulempar bola itu dan mengenai wajahnya.
“Apa maumu?? Apa salahku sehingga dengan santainya kau berani-beraninya melempar kaca jendelaku hingga pecah?!” kudorong tubuhnya yang tinggi dan kekar itu.
“Elberta!” Nicola menarikku, kemudian berbisik pelan.
“Cowok ini tampan sekali. Jangan marah-marah padanya, aku ingin berkenalan dulu dengannya.”
 "Persetan!" kembali kuhampiri cowok yang telah mengacaukan hariku di awal musim semi pagi ini.
Cowok itu menunjukkan bola basketnya padaku.
“Apa?!”
“Kau membuatnya kotor. Jangan kau pikir aku tak tahu, bola ini tadi masuk ke dalam pot bungamu yang tanahnya masih lembab. Kau lihat ini?”
Suaranya dingin dan dalam. Lebih menyerupai desisan yang halus dan menusuk.
Kuamati bola itu. Ada bercak tanah di sana. Ya Tuhan… Kumohon. Cowok ini berlebihan sekali! Ini sama sekali masalah yang sangat tidak penting untuk dibahas jika dibandingkan dengan pecahnya gelasku tadi pagi diikuti pecahnya kaca jendela kamarku! Keterlaluan!
“Kau! Apa maksudmu? Kau tak sadar, bolamu telah…”
“Telah menghantam gelasmu hingga pecah, dan barusan juga membuat kaca jendela kamarmu mengalami nasib yang sama? Hh.” Cowok itu tersenyum miring.
“Kau…”
“Urusan kita belum selesai.” Lanjutnya. Kemudian dia berlalu dari hadapanku, lagi-lagi tanpa mengucap maaf.
Urusan kita belum selesai.
Baiklah. Aku juga mempunyai pikiran yang sama. Lihat saja nanti.

***

            “Jadi kau mengenalnya?” Nicola berbisik di telingaku, takut suaranya yang memang selalu keras dan hampir tidak bisa dipelankan itu terdengar oleh Ms. Furori yang sedang menerangkan soal matematika di depan kelas.
“Iya. Eh, maksudku, tidak.” Suaraku tak kalah pelan.
“Iya atau tidak?”
“Aku dua kali bertemu dengannya, tetapi aku tidak tahu siapa namanya dan siapa dia. Kau mengenalnya?” Jujur saja, hari ini aku tidak bisa konsentrasi di kelas.
“Tidak.”
“Bukankah kau sudah lama di sini? Aku orang baru, harusnya kau lebih sering melihatnya.”
“Tidak, aku tidak pernah bertemu dengannya sebelumnya. Mungkin dia juga orang baru.”
“Sok tahu.”
“Kau tidak menanyakan namanya dan di mana dia tinggal?”
“Pentingkah?”
“Tentu saja! Hampir tidak ada cowok yang setampan dia di sekolah ini.”
“Bisakah sebentar saja kau berhenti memikirkan laki-laki? Kau masih ingat berapa nilai ujianmu semester lalu, ‘kan?”
“Hei, kenapa kau mengaitkannya dengan masalah ini? Bukankah…”
“Nicola Scarlatti!” suara Ms. Furori terdengar seperti petir di siang yang cerah dan cukup berangin ini.
“Bukankah aku sudah bilang, jangan bicara di kelas sewaktu diajar oleh Ms Furori!” aku membentaknya pelan.
“Eh? Kapan kau bilang itu padaku?”
“Baru saja! Kau tak dengar?”
“Diam! Kau juga, Elberta Eustacia! Apa yang kalian bicarakan? Kita sedang belajar matematika, dan kalian malah dengan asyiknya membicarakan laki-laki, hah?”
 “Kau menguping pembicaraan kami?” Nicola bertanya dengan tampang innocentnya. Wajah guru matematika itu seketika merah padam.
“Kalian berdua, silakan keluar!”
“Dengan senang hati!” dengan cekatannya, Nicola menggandeng tanganku dan menarikku keluar kelas, diikuti geraman pelan guru wanita itu.

***

            “Bagaimana film nya, Nicola?” sepanjang jalan pulang dari sekolah, aku menendang-nendang bebatuan kerikil yang berserakan di tepi trotoar. Tidak biasanya trotoar sekotor ini. Tanah-tanah halus juga tampak berceceran di atasnya.
“Huh?”
Spoorloos. Kau sudah menontonnya, ‘kan?”
“Eh, hmm. Yeah, kau tahu? Semalam aku sibuk dengan tugas-tugasku di rumah. Kau tahu sendiri, orangtuaku sedang mengunjungi rumah Opa, jadi aku sendirilah yang harus mengurus diriku sendiri sampai mereka pulang.”
“Aku bosan mendengar alasanmu, Nicola. Klasik sekali.”
“Diam kau, Elberta!”
“Hahaha. Tidak usah malu mengakui bahwa kau penakut film-film thriller seperti itu, Nic.”
“Aku tidak takut, aku hanya…”
“Kau ingin tahu sesuatu?”
“Apa?”
“Aku sendiri sebenarnya juga belum pernah menontonnya.”
“Apa?? Apa maksudmu?!”
Well, aku sama sekali belum pernah menonton Spoorloos, asal kau tahu.” Aku memelankan suaraku sambil sesekali menoleh sekeliling.
“Hahaha. Kurang ajar kau, Elberta! Jadi selama ini percuma aku selalu mempercayaimu yang selalu bilang bahwa kau sudah berkali-kali menontonnya.”
“Rahasia kita berdua, Nic.”
“Tenang saja!” Nicola memelukku sambil tersenyum.
“Kau memang sahabat terbaikku.”
“Elberta, aku rasa kita lebih cocok menonton Barbie atau Tom and Jerry, apakah kau sepakat denganku?”
“Hahaha. Tidak.”
“Hah?”
ORPHAN.” Aku memelankan suaraku dan mencoba membuatnya terdengar seram.
“Kau gila! Itu film paling mengerikan yang pernah kulihat seumur hidupku!”
“Hahaha. Karena hanya film itu satu-satunya genre thriller – atau misteri? – yang pernah kau tonton, Sayang.”
“Aduh!” Nicola mengerang ketika seekor kucing berwarna putih menyusup di antara kedua kakinya. Gadis ini benci sekali pada kucing. Atau lebih tepatnya, takut. Entah kenapa aku bisa berteman dengan orang macam dia. Tapi ada untungnya juga. Aku membandingkannya dengan teman lamaku di kota asalku dulu. Namanya Cossette. Kami sama-sama penggila kucing. Setiap pergi berdua untuk membeli makanan kucing, kami selalu berebut. Entah kenapa, Cossette selalu mengikutiku. Kalau aku membeli makanan ini untuk kucingku, dia ikut-ikutan. Aku membeli itu, dia pun ikut-ikutan. Sampai pada suatu hari, kami pernah bertengkar hebat hanya karena kucingnya yang bernama Guby itu berkelahi dengan kucingku. Kucingku yang memang tubuhnya jauh lebih besar dan bulunya lebih lebat daripada Guby itu akhirnya berhasil mencakar tubuh Guby hingga terkoyak dan mengeluarkan banyak darah.
“Elberta! Kenapa kau diam saja?! Aduh!”  Nicola melompat-lompat kecil, menghindari gerakan kucing lucu itu. “Tolong aku, singkirkan kucing ini!”
“Nicola?” aku teringat sesuatu. “Aku melupakan sesuatu.”
“Ada apa?”
“Aku lupa memberi makan kucingku!”
“Hei, dasar kucing keparat! Pergi kau!” Nicola menendang kucing putih itu hingga tubuhnya terpental dan membentur trotoar. Kucing itu langsung diam tak bergerak.
“Ayo cepat pergi! Sebelum pemiliknya mengetahui perbuatanmu! Kau ini memang keterlaluan!”
Aku menarik tangan Nicola menjauh dari situ.
“Aku rasa dia mati!” kataku sambil menarik tangan Nicola semakin menjauh. Bukannya aku enggan menolongnya, tetapi pasti pemiliknya akan sangat marah jika mengetahui kucing itu mati. Dan aku tidak mau berurusan dengan polisi di tempat baru ini. Apalagi, kucingku, Episch, pasti sudah sangat kelaparan di rumah. Ayah dan ibuku belum pulang dari pelayaran mereka menuju rumah bibiku di Venezia. Semoga Episch masih bernyawa.
“Kau memang keterlaluan, Nic! Kalau sampai ada apa-apa, aku tidak mau berurusan dengan siapapun!”
“ Aku tidak peduli! Alibiku kuat. Aku alergi kucing. Und alles fertig.”
“Kau memang keterlaluan!”
“Kau suka sekali mengatakan itu? Sudah tiga kali dalam waktu kurang dari tiga menit kau mengatakan ‘kau memang keterlaluan!’, Elberta.”
“Bisakah kau tidak mengurusi hal-hal tidak penting semacam itu, Nicola Scarlatti? Lebih baik kau urus saja tindakan kriminalmu barusan. Ayo cepat!” aku menarik tangan Nicola dan menyeretnya dengan tergesa-gesa.
“Elberta? Kau mau membawaku ke mana? Aku rasa aku harus pulang. Lagipula setelah ini kau pasti sibuk dengan kucingmu.”
Aku menghela napas. “Oh, aku lupa. Tadinya kupikir kita serumah.”
“Tidak lucu.”
Aku pun berpisah dengan Nicola di gang lima. Kupercepat langkah agar segera sampai di rumah. Aku tak mau membiarkan kucingku kelaparan.
Sesampainya di rumah, aku terkejut hingga hampir terpeleset saat berbelok di depan pagar rumah. Sial. Kutendang kulit pisang yang membuatku nyaris tersungkur itu.
Kurang ajar. Perbuatan siapa lagi ini? Seenaknya membuang sampah di depan pagar rumah orang. Lagipula, dari mana dia mendapatkan buah pisang?!
Bukk! Ada yang menghantamku dari belakang.
Aku mengumpat dalam hati. Ketika aku menoleh, tidak ada siapa-siapa di sana. Padahal aku berharap orang yang melemparku itu masih berada di sekitar situ agar aku bisa kembali melemparnya dengan sesuatu yang dipakainya melempar kepalaku tadi.
Saat aku berjongkok untuk mengambil benda sialan itu, tiba-tiba, kali ini benar-benar tersungkur. Bahkan lebih parah jika dibandingkan dengan tersungkurnya aku karena kulit pisang tadi.
Aku mengenalinya. Bukan benda, melainkan seekor hewan berbulu crème lebat. Dengan gemetar kuraih kucing itu. Kedua bola matanya telah tiada, seperti telah dengan sengaja dicungkil seseorang. Perutnya terbelah. Darah kering mengotori bulu lembut dan lebat itu.
Episch tewas.

***

Aku duduk termenung di balkon kamar Nicola. Sementara itu, jasad Episch masih berada di dalam kardus bekas mie instant yang kini tergeletak di ujung kakiku.
“Elberta,” Nicola datang membawakan segelas jus apel dingin. “Minumlah dulu. Tenangkan pikiranmu.”
Maaf, Nic. Aku sedang sama sekali tidak ingin apapun kecuali Episch.
“Elberta?” Kali ini Nicola mengguncang bahuku. Menyerahkan selembar saputangan padaku. Kuseka airmata yang menggenang di pipiku. “Kalau kau mau, aku akan menemanimu membeli kucing baru sebagai pengganti…”
“Kau pikir semudah itu?!”
Nicola terdiam ketika aku membentaknya.
“Maaf, Elberta.”
Gila. Ini benar-benar gila! Siapapun dia, yang telah melakukan pembunuhan terhadap Episch, adalah orang yang sudah sinting. Bagaimana mungkin dia tega membunuh kucingku yang sangat menggemaskan itu? Kalau aku bertemu dengannya, aku akan melakukan hal yang sama seperti yang telah dilakukannya pada Episch. Aku akan mencungkil kedua bola mata orang itu. Kemudian akan kubelah perutnya dengan pisau daging yang ada di meja dapur rumahku, dan kutarik keluar ususnya. Lalu kuiisi perutnya dengan bebatuan runcing yang berserakan di pekarangan rumahku. Setelah itu akan kupatahkan lehernya, kuputuskan dari badannya. Dan kepalanya yang sudah terlepas dari tubuhnya itu akan kumasukkan ke dalam perutnya, dan terakhir, kujahit perutnya dengan ususnya yang panjang dan menjijikkan. Setelah itu akan kubakar dia!
“Kenapa bukan kucing putih di pinggir jalan tadi saja mengalami nasib seburuk ini?” Nicola duduk di sebelahku dan menghela napas panjang.
Seketika aku teringat satu hal.
Nicola Scarlatti. Dia telah mencelakakan kucing putih itu, bahkan hingga tewas. Seketika aku mendapat satu titik terang dalam permasalahan ini.
“Ini semua gara-gara kau!” kucengkeram kerah baju Nicola. Gadis itu menjerit keras.
“Elberta! Apa-apaan kau?! Apa maksudmu?!”
“Kalau saja tadi kau tak menendang kucing putih itu hingga tewas, pasti sekarang Episch masih hidup!”
“El-Elbert… Elbertaaa…” kali ini kucekik lehernya.
“Semua ini gara-gara kau, Nic! Kau teman yang jahat!”
“Elberta!” gadis itu menarik tanganku dan mendorongku, sehingga aku jatuh terduduk ke belakang. “Kalau memang ini tentang kucing putih itu, pasti si pembunuh Episch sudah menghabisi nyawaku! Bukan kucingmu!”
“Itu karena kau tak punya kucing, dan si pembunuh tahu kau temanku. Karena itulah dia menjadikan Episch sebagai sasaran utamanya!”
“Kau menceracau banyak sekali, Elberta! Dengar, ini sama sekali tidak ada hubungannya denganku!”
“Bangsat kau, Nic! Tega sekali kau membuat hidupku menjadi sekacau ini!”
“Apa… Apa yang telah kulakukan?! Aku tidak…”
“Hahhh!! Persetan! Mulai sekarang kita tidak akan berteman lagi!”
Dan aku pergi meninggalkan rumah Nicola dengan berurai airmata.
Aku berjalan semakin menjauh dan bersumpah takkan pernah lagi menginjakkan kakiku di rumahnya.
“El-Elbert… Elbert-a… Elbertaaaa, tolong a-akuu… Aaaaaaaaaarrghh!” aku mendengar erangan Nicola dari jauh.
Aku benar-benar tidak peduli dan tidak percaya lagi padanya. Teriakan pilu itu pasti hanya akal-akalannya agar aku kembali padanya.
Aku melanjutkan perjalanan pulang ke rumah.
Kubuka pintu pagar rumahku. Sial. Aku melupakan sesuatu.
Kuurungkan niatku untuk masuk ke dalam rumah. Aku kembali keluar dan mengunci lagi pintu pagar, bersiap pergi ke rumah Nicola untuk mengambil Episch yang tertinggal di balkon kamarnya.
Aku sengaja memasuki rumahnya tanpa mengetuk pintu atau menekan bel terlebih dahulu. Nicola sudah tidak pantas mendapat perlakuan sesopan itu lagi.
Aku naik ke kamarnya di lantai atas.
Sreeettt! Astaga. Aku terpeleset lagi. Aku jadi waspada. Tadi sepulang sekolah aku juga terpeleset, dan ternyata itu suatu pertanda buruk. Episch meninggal.
Kali ini aku terpeleset. Semoga ini bukan pertanda apapun.
Saat bangkit, spontan aku menjerit keras. Cairan berwarna merah segar tampak mengalir di lantai keramik yang putih itu. Aku tak mungkin salah lihat.
Ini benar-benar… Darah.
Masih segar dan anyir.
“Nic?” suaraku gemetar. Kali ini aku benar-benar khawatir.
“Nicola?” ulangku. Aku hampir mendekati kamarnya.
“Nicola, kau di mana?” aku terus masuk dan masih terus waspada. “Nic? Ini aku… Elberta. Kumohon, keluarlah!”
Brak! Kubuka pintu kamarnya. Di pojok ruangan, kulihat sosok itu sedang berdiri menghadap jendela sambil memainkan sesuatu di tangannya. Tidak biasanya dia mengenakan tudung di kepalanya seperti itu.
“Oh, Nic. Aku lega sekali. Tapi darah apa tadi? Sangat mengerikan, kau tahu?” kupeluk sahabatku itu dari belakang.
Tidak. Bukan.
Nicola tak setinggi ini.
Tingginya sama denganku.
Tidak. Dia bukan…
“Kau!” segera kulepas pelukanku ketika tahu siapa sosok yang kini menatapku tajam itu. Senyumnya yang miring sangat menyerupai iblis. Memuakkan!
“Kau?! Apa yang kaulakukan di sini?? Dan  di mana kau sembunyikan… Nicola?!” suaraku memelan saat mengucapkan nama sahabatku. Kulihat tangan cowok itu sedang memainkan dua pasang… mata! Melempar-lemparnya ke atas dan menangkapnya dengan tangan lainnya. Mata itu masih berdarah!
Cowok pembawa sial itu menatapku dengan mata hitam legamnya yang mengerikan. Sudut matanya mengarah ke arah kamar mandi di pojok kiri ruangan ini. Aku bergegas pergi untuk mengecek.
“Nicola?” panggilku. “Oh, tidaaaak!!!”
Nicola sangat mengerikan. Kepalanya hancur. Kaki kirinya patah dan melengkung ke posisi yang tidak seharusnya.
“Bangsat! Ternyata kau pelakunya! Berarti kau juga yang telah membunuh Episch?!!! Aku akan melaporkanmu pada polisi!”
Cowok itu melangkah ke luar dan tak menghiraukan aku. Ditinggalkannya senyumnya yang mirip setan itu. Dia pergi tanpa kata-kata.
Aku meraung di samping jasad Nicola. Menangis deras. Aku menyesal kenapa tadi tidak kembali sewaktu mendengar jeritan pilu Nicola.

***

Kriiing.
Telepon di ruang tengah berdering. Dengan malas, kuturuni anak tangga yang sangat panjang itu. Aku baru saja pulang dari kantor polisi dan melaporkan semuanya. Pasti yang telepon itu adalah pihak kepolisian yang mengabarkan bahwa cowok pembunuh itu sudah tertangkap.
“Hallo?”
“Elberta, kau sedang berbicara dengan ibumu.”
Aku menghela napas panjang. “Ada apa, Ibu? Ini sudah malam dan aku sangat mengantuk. Hoaaahm.” Aku pura-pura menguap.
“Ibu hanya ingin mengabarkan, ibu tidak bisa pulang minggu ini. Bibimu mengalami kecelakaan tadi sore, dan harus di rawat di rumah sakit. Kau tahu? Dia sangat mengerikan! Satu matanya terlepas. Dia…” selanjutnya aku tak mampu mendengar apapun lagi. Kalimat ibuku membuatku teringat jelas dengan kematian Episch dan Nicola yang sangat aku sayangi.
Klik. Aku mematikan telepon dan bergegas naik ke kamarku di lantai atas. Tak kupedulikan deringan telepon yang tak henti berbunyi sepanjang malam. Aku menutup telingaku dengan bantal. Aku tak tahu sampai kapan telepon itu akan berhenti berdering.
Aku tak bisa tidur. Ini sudah lebih dari satu jam saat aku naik ke ranjang dan menutup telingaku dengan bantal. Saat kuangkat bantal dari kepalaku, telepon itu masih berdering.Kumohon, Ibu… Aku sedang tidak ingin mendegarkan penjelasan apapun tentang kecelakaan bibi.
Aku sudah terlalu shock dengan yang kualami hari ini.
Kriiing. Kriiiing.
Sial! Dengan enggan, akhirnya aku terpaksa turun untuk menjawab telepon memuakkan itu.
“Hallo, ibu, kumohon berhentilah menelepon. Berisik sekali, kau tahu? Dan aku tidak menyukai…”
“Miss Eustacia?” suara berat di seberang sana menyela ucapanku.
“Maaf?”
“Kami dari pihak kepolisian ingin mengabarkan sesuatu. Dari tadi kami menelepon Anda, tetapi tidak kunjung ada jawaban.”
“Oh, maaf. Kukira tadi orang lain yang menelepon.”
“Anda harus lebih respek dan waspada lain kali, Miss Eustacia.”
“Aku sangat menyesal. Well, apakah sudah ada kabar mengenai laki-laki yang kulaporkan tadi?”
“Menurut data yang tertera, laki-laki dengan ciri-ciri yang Anda sebutkan tadi bernama Antonio Eldorra. Dia seorang psikopat yang sudah menelan banyak korban dengan mencungkil mata korban, sama persis seperti penjelasan Anda tadi. Dan sekarang, menurut salah satu rekan kami yang berhasil membuntutinya, Antonio Eldorra sedang dalam perjalanan menuju Postdamer Street.”
Seketika telepon itu terlepas dari genggamanku.
Postdamer Street.
Rumah yang kutempati saat ini berada di jalan itu. Di Postdamer Street.
Dok dok dok!
Pintu rumah diketuk dengan sangat keras. Padahal ada bel yang nyaring dan indah bunyinya, kenapa orang itu memilih mengetuk pintu dengan kasar?
Dok dok dok!
Jantungku berdegup semakin kencang.
Dok dok dok!
“Dan sekarang, menurut salah satu rekan kami yang berhasil membuntutinya, Antonio Eldorra sedang dalam perjalanan menuju Postdamer Street.”
Kalimat polisi itu terngiang-ngiang di telingaku.
Dok dok dok!
Aku berjalan mengendap-endap menuju pojok kanan ruang tamu, mengambil vas bunga dari keramik yang berukuran cukup besar.
Dok dok dok!
Berhenti menggedor pintu seperti itu, bodoh!
Aku memutar anak kunci dan bersiap dengan vas bunga di tanganku. Pintu itu akhirnya terkuak dengan cepat, dan aku dengan sigap menghantam kepala itu dengan vas yang kupegang.
Sial! Bodoh!
Orang itu menjerit kesakitan dan bangkit lagi dengan tertatih.
“Maaf, Mister! A-aku sangat ketakutan, kukira tadi… Oh, maaf sekali lagi. Keningmu berdarah. Aku…”
“Tidak apa-apa, Miss Eustacia.” Polisi itu meringis sambil memegangi kepalanya yang pasti sangat sakit. Vas bungaku pecah dan berserakan di lantai. “Aku hanya ingin mengingatkan supaya jangan lupa mengunci semua pintu dan jendela rumah Anda. Mungkin tersangka itu sedang dalam perjalanan ke sini, Miss Eustacia. Anda harus lebih waspada. Untuk sementara aku akan berjaga di sekitar rumah Anda. Sementara itu, beberapa rekan polisi yang lain akan memburu Antonio Eld… eld…”
Tubuh polisi yang tinggi dan kekar itu roboh, digantikan dengan sosok yang tak pernah kuharapkan akan mampir lagi dalam hidupku.
“Aaaaaahh!” aku menjerit keras mengetahui polisi itu pingsan dan kini, Antonio Eldorra tengah berdiri di depanku dengan jarak kurang dari satu meter, sambil membawa sebuah tongkat kayu yang cukup besar.
Aku bergegas masuk dan menutup pintu, namun gerakan cowok psikopat itu sungguh sangat cepat. Dia menahan tanganku dan mamaksa masuk. Aku mendorong pintu dengan sekuat tenaga, membuat tubunya yang tinggi dan kekar itu terpelanting ke halaman. Dengan cepat segera kukunci pintu dan kututup semua tirai.
Aku berlari menuju meja telepon untuk menelepon kantor polisi.
Pett!
Sial! Lampu tiba-tiba mati. Dan sambungan telepon terputus. Dalam gelap, aku berusaha menaiki tangga dan bermaksud bersembunyi di dalam kamar.
Praang!
Aku yakin betul bahwa itu suara kaca pecah.
Aku sudah berada di dalam kamar. Meja dan dua kursi aku letakkan di belakang pintu setelah menguncinya. Kututup tirai jendelaku setelah memastikan bahwa jendela itu sudah terkunci rapat dan tak mungkin bagi Antonio untuk masuk melaluinya.
Tuhan, tolonglah aku!
“Elberta Eustacia!” suaranya dalam dan menusuk.
“Kau tahu namaku?!” teriakku spontan. Ups! Aku segera membodoh-bodohkan diriku sendiri sambil membungkam mulutku dengan kedua telapak tanganku. Seharusnya kau diam saja, Elberta! Dasar tolol!
“Elberta, buka pintunya, atau aku akan mendobraknya!”
Dobrak saja! Aku sudah mengunci pintu dan meletakkan sebuah meja dan dua kursi di belakangnya. Dia takkan bisa mendobraknya. Dipikirnya dia sekuat apa? Aku tahu itu hanya gertakannya saja.
Brakkkk!
Aku masih meringkuk di dalam lemari pakaianku, kali ini gemetar hebat. Kuintip dari celah lubang kunci, Antonio berhasil mendobrak pintu kamarku.
“Elberta, keluarlah! Aku tahu di mana kau bersembunyi!”
Pisau buah dalam genggamannya mengkilap di tengah kegelapan. Aku semakin gemetar dan memegangi lututku sendiri. Peluh bercucuran dan nafasku memburu.
“Elberta!” Brakk! Tubuh Antonio menabrak bola plasma mainanku di atas meja komputer. Bola plasma itu terjatuh dan aku sangat yakin, pecah berantakan di lantai keramik.
Kini aku mulai bisa merasakan lemari ini bergetar, mengikuti getaran tubuhku yang tidak menentu. Aku mengintip dari celah lubang kunci, kali ini Antonio benar-benar menatap ke arahku.
Ditendangnya lemari tempatku bersembunyi. Spontan aku menjerit sekeras-kerasnya. Dia bahkan mendobrak pintu lemariku.
“Tidaaak! Jangan! Kumohon jangan bunuh aku, Antonio…”
Aku menangis meraung, Antonio justru tersenyum licik menatapku. Dijambaknya rambutku dan diseretnya aku keluar dari kamar.

***

Aku akan mencungkil kedua bola mata orang itu. Kemudian akan kubelah perutnya dengan pisau daging yang ada di meja dapur rumahku, dan kutarik keluar ususnya. Lalu kuiisi perutnya dengan bebatuan runcing yang berserakan di pekarangan rumahku. Setelah itu akan kupatahkan lehernya, kuputuskan dari badannya. Dan kepalanya yang sudah terlepas dari tubuhnya itu akan kumasukkan ke dalam perutnya, dan terakhir, kujahit perutnya dengan ususnya yang panjang dan menjijikkan. Setelah itu akan kubakar dia!
Aku masih ingat betul janjiku terhadap siapapun yang telah membunuh Episch waktu itu. Dan kini, aku menatap sosok yang terbaring berdarah-darah di lantai keramik ruang tamu sebuah rumah di Postdamer Street.
Gadis itu perutnya terjahit dan berdarah-darah, kepalanya telah tiada. Perutnya menggembung, penuh berisi bebatuan runcing dan sebuah kepala. Jahitan di perutnya, aku yakin sekali, itu adalah ususnya, panjang dan menjijikkan!
Kemudian kulihat Antonio Eldorra menyulut sebatang korek api setelah menyiramkan minyak gas di sekujur tubuh itu.
Kurasakan butiran airmataku menetes, mungkin. Bahkan aku sendiri tak bisa merasakan tubuhku.
Gadis itu adalah aku. Lebih tepatnya, ragaku. Tubuhku.
Dengan penuh senyum kemenangan dan senyum miring khasnya yang menyerupai iblis itu, Antonio Eldorra meninggalkan jasadku begitu saja setelah yakin seluruh bagian tubuhku telah tersulut api, terbakar.
“Elberta?” aku mengenali suara itu. Berbalik, aku menatap sosok yang berjalan terseok-seok dengan posisi kakinya yang sangat mengerikan.
“Nicola…”
Mata Nicola yang sendu menatapku, seakan menyesali kematianku. Seharusnya dia lebih menyesali kematiannya.
“Maafkan aku, Nic… Seharusnya waktu itu aku tidak…”
“Sudahlah, Elberta. Semua sudah terjadi. Dan aku senang kita bisa bertemu lagi.”
Kami saling tersenyum dan saling mendekat untuk berpelukan. Tetapi aku lupa bahwa kami takkan bisa saling menyentuh.
“Elberta, aku punya ide bagus.”
“Apa yang kaupikirkan, Nic?”
“Sekarang saatnya menghabisi nyawa Antonio Eldorra.”


***


On the other side of the world…
            Seorang gadis sedang tampak sibuk di depan layar komputernya. Sesekali dia menyambar secangkir teh Peppermintz di atas meja di dekatnya.
“Vara, bagaimana menurutmu?” Hava menghela nafas lega sambil membenarkan posisi duduknya.
“Kau sudah selesai?” gadis yang dipanggil Vara bangkit dengan malas-malasan dari ranjang empuk kamar flat nya.
“Ya. Bagaimana menurutmu kalau ending nya seperti ini?”
“Sebentar, biar kubaca dulu.”
Kening Vara beberapa kali berkerut saat membaca tulisan Hava, sahabatnya. “Hmm. Jadi Elberta Eustacia meninggal? Mengerikan juga. Hanya sampai di sini? Kau tidak ingin menceritakan proses terbunuhnya Antonio Eldorra oleh mereka berdua?”
“Yap! Aku sengaja mengakhirinya seperti itu saja. Bagaimana?”
“Baiklah, terserah kau saja.”
“Payah, kau benar-benar tidak membantu.” Hava menyalakan printer dan bersiap mengeprint karyanya yang akan segera dikirimnya ke penerbit.
“Hehehe, aku lebih suka kau suruh mencicipi kue cherry buatanmu daripada kau suruh membaca novelmu.”
Dok dok dok!
Suara pintu flat mereka diketuk seseorang.
“Siapa?” suara Hava terdengar kurang bersahabat. Dia benci sekali ada orang yang menggedor pintu sekeras itu, apalagi dia merasa tidak punya janji apapun hari ini.
“Siapa di luar?” Vara mengulangi, tetap tak ada sahutan. Hanya suara pintu yang digedor semakin keras.
“Berisik sekali, biar kubuka!” Hava bangkit dari kursinya dan bergegas ke arah pintu.
Seorang laki-laki bermata hitam legam di depan pintu berdiri dengan tegap dan menatap Hava tajam. Senyumnya miring dan auranya terlihat jelas, tak bersahabat.
“Benarkah Anda yang bernama Hava Eustacia? Perkenalkan, aku Antonio Eldorra!”

===============================

THE END
by. Nuzulul Laily

Bagaimana cerpen cinta ini? keren yaa...